Happy Reading!!Jangan lupa Voment ya manteman 🤗🤗🤗
<><><>
Sudah lebih dua minggu Alana dan Azka tidak pernah lagi saling bertegur sapa. Disaat mereka berpapasan pun keduanya seolah seperti orang asing. Walaupun Alana masih merasakan sesak di dadanya, tapi ia harus berusaha untuk menahannya.
Saat ini adalah pengumuman kelulusan bagi kelas 12 setelah menjalankan ujian nasional selama empat hari. Dilihat dari raut wajah mereka yang cerah membuktikan bahwa mereka semua lulus dengan nilai yang memuaskan.
Dylan duduk di depan Alana yang sedang makan. Alana melihat Dylan yang tersenyum padanya.
"Kayaknya senang banget nih. Selamat ya, Kak Dylan udah lulus dengan nilai yang memuaskan. Nggak salah julukan sang Golden Student." Alana terkekeh begitu pun Dylan.
"Alhamdulillah. Hasilnya nggak sia-sia," jawab Dylan. Mereka berdua makan sembari mengobrol bersama. Terkadang Alana tertawa saat Dylan sudah bercanda.
Semua orang di kantin tidak heran lagi melihat kedekatan Alana dan Dylan. Karena diantara teman-teman Dylan, hanya Alana lah teman ceweknya dan itupun satu-satunya di sekolah ini.
Tepat saat itu juga Azka dan teman-temannya memasuki kantin. Langkah Azka tiba-tiba berhenti melihat Alana sedang mengobrol dan tertawa begitu dekat dengan Dylan. Membuat hati Azka seolah terbakar melihat kedekatan keduanya yang tanpa sungkan sedikitpun.
Azka mengepalkan tangannya kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Perasaannya benar-benar kesal dan jujur, ia cemburu melihat Alana dengan begitu mudahnya melupakan dirinya.
Azka langsung berbalik keluar dari kantin. Tidak tahan lagi dengan adegan yang membuatnya semakin panas karena cemburu.
"Oh ya, Kak Dylan kapan mau pergi ke Amrik?" tanya Alana.
"Rencananya sih besok. Karena gue harus liat-liat kampusnya juga," jawab Dylan. Alana mengangguk paham.
Setelah meneguk minumannya, Dylan tiba-tiba teringat sesuatu. "Lan, pulang sekolah nanti lo mau nggak nemenin gue?"
"Kemana?"
"Ada yang harus gue beli sebelum pergi. Takutnya nanti nggak sempat."
Alana mengangguk. "Oke."
Setelah istirahat, Alana kembali ke kelasnya setelah pamit pada Dylan.
---o0o---
Sepulang sekolah Alana pamit pulang lebih dulu pada teman-temannya. Karena ia sudah punya janji sama Dylan untuk pergi ke suatu tempat.
Alana berjalan ke arah parkir yang tepat disana juga ada Azka dan teman-temannya yang sedang mengobrol. Azka yang sadar saat Alana berjalan mendekat perlahan berdiri dengan reflek. Ia berharap bahwa Alana datang untuk bertemu dengannya.
Namun sepertinya semua itu hanya keinginan Azka semata. Pasalnya Alana malah berjalan melewatinya.
"Kak, Dylan. Udah lama nunggu?"
"Enggak. Nih, helmnya." Dylan memberikan helm pada Alana dan di pakai oleh cewek itu.
Azka tersentak. Ternyata dugaannya salah. Alana kesini bukan untuk menghampirinya, melainkan Dylan. Segitunya kah Alana ingin membuktikan semua ucapannya? Ingin menjadi dua orang asing yang tidak saling mengenal.
Setelah Alana dan Dylan pergi, Azka menatap nanar ke arah gerbang yang dilewati oleh Alana dan Dylan.
"Ka, lo nggak apa-apa?" tanya Vino menepuk pundak Azka.
"Gue nggak apa-apa. Yuk, cabut." Azka segera menaiki motornya dan pergi dari sekolah. Sedangkan kelima temannya menatap Azka sendu. Cowok itu pasti masih belum bisa melupakan Alana. Orang yang sudah mengisi hari-harinya selama ini.
---o0o---
Azka duduk di sofa dengan pandangan lurus ke depan. Walaupun tubuhnya disini, tapi pikirannya melayang pada kejadian tadi siang. Saat dimana Alana berlalu begitu saja tanpa menoleh ke arahnya.
Apakah Alana benar-benar akan menjauh darinya? Apakah Azka akan sanggup jauh dari Alana? Walaupun mulutnya mengatakan bahwa ia sanggup, tapi hatinya berkata lain. Hatinya masih menginginkan Alana selalu di dekatnya. Bersamanya.
"Lo belum move on dari Alana?"
Azka melirik ke arah Vino di sampingnya. Ia menghela napas, masih berkutat dengan pikirannya sendiri.
"Lo ditanya malah diem. Lo belum move on dari Alana?" ulang Vino.
"Gue nggak tau. Gue udah berusaha buat move on, tapi gue nggak bisa. Ujung-ujungnya gue tetap kepikiran sama dia," jawab Azka jujur.
"Ini semua terjadi juga karena elo. Bukannya lo sendiri yang pertama kali menjauh dari Alana? Setiap Alana mencoba untuk bicara sama lo, lo malah menghindar."
"Gue ngelakuin itu karena gue nggak mau ngerusak hubungan Alana sama orang yang dia cintai. Gue sadar diri, kalau gue cuma orang asing yang tiba-tiba masuk dalam kehidupannya dan membuat perasaan gue berlabuh padanya."
"Itu bukan tiba-tiba. Tapi emang udah jalannya aja lo suka sama Alana. Lo tau, cinta itu tumbuh karena sering bersama. Dan lo pasti sadar, kebersamaan lo sama Alana itu sudah mulai menumbuhkan rasa cinta diantara kalian," ujar Vino mengulang quotes yang pernah dia baca beberapa hari yang lalu.
"Bukan diantara kita. Tapi cuma gue, sedangkan Alana hanya mencintai satu orang. Dan orang itu bukan gue," kata Azka memperjelas bahwa Alana tidak memiliki perasaan yang sama seperti dirinya.
Vino menepuk pundak Azka sembari tersenyum. "Siapa yang tau kalau Alana tidak memiliki perasaan yang sama kayak lo? Emangnya Alana pernah bilang kalau dia nggak suka sama lo? Apa selama ini Alana pernah membiarkan lo sendirian disaat lo butuh sandaran? Apa pernah, Alana nggak khawatir dengan keadaan lo?"
Azka berpikir dengan semua kata-kata Vino. Kata-kata yang berusaha ia cerna untuk mencari makna dalam semua yang dikatakan cowok itu.
"Sekarang gue tanya, apa lo udah pernah nanya secara langsung pada Alana kalau lo suka sama dia? Apa lo pernah dengar sendiri bahwa Alana menolak lo?" tanya Vino serius. Azka mematung, ia belum pernah sama sekali mengatakan apapun pada Alana. Dan seharusnya ia sadar bahwa Alana tidak salah hanya karena pikirannya sendiri.
"Gue saranin, mendingan lo ngomong sejujurnya sama Alana tentang perasaan lo sama dia. Diterima atau enggak, itu keputusan nanti. Yang penting, lo udah jujur sama Alana dan sama perasaan lo sendiri."
Azka mematung dengan semua yang dikatakan Vino. Benar, seharusnya dari awal Azka mengatakan perasaannya pada Alana. Sehingga hal seperti ini tidak terjadi padanya dan juga pada Alana.
Dan juga, ia harus berani mengambil semua resiko dengan keputusan Alana padanya.
---o0o---
KAMU SEDANG MEMBACA
DreamCatcher [ END ]
Ficção AdolescenteAzkano Alfandra, cowok famous yang paling membuat seorang Alana Auristela selalu darah tinggi. Begitu pun Azka, baginya Alana adalah musuh abadinya. Dimana pun mereka, pasti akan terjadi keributan antara Alana dan Azka. Bahkan seisi sekolah itu tah...