Happy Reading!!
Jangan lupa Voment ya manteman 🤗🤗🤗
<><><>
Alana keluar dari mobil Mita setelah mereka sampai di depan restoran omanya Alana. Alana sedikit membungkukkan tubuhnya dan mengucapkan terima kasih pada Mita yang sudah mengantarnya.
Mobil Mita lalu pergi untuk mengantar kedua temannya yang masih berada satu mobil dengannya. Alana berjalan masuk kedalam restoran. Suara lonceng restoran terdengar saat ia baru saja membuka pintu.
"Hai, Mbak Tasya!" serunya pada seorang perempuan yang usianya lebih tua darinya yang bekerja disana.
Perempuan itu mengangkat wajahnya yang tadi sibuk dengan pekerjaannya di kasir sekarang sudah menatap ke arah Alana.
"Baru pulang lo?" tanyanya pada Alana. Walaupun Alana adalah cucu dari tempat ia bekerja, tapi ia tidak pernah memanggil Alana dengan sebutan nona atau semacamnya. Itu karena Alana yang meminta sendiri.
Katanya lebih mudah kalau bicara non formal padanya. Dan hampir seluruh orang yang bekerja di restoran itu sudah sangat akrab dengan Alana karena memang, anaknya humoris dan mudah bergaul.
"Iya. Oma udah datang, Mbak?" tanya Alana.
Tasya mengangguk. "Udah. Tuh di dalam. Masuk aja."
"Oke!"
Alana berjalan masuk kedalam restoran menuju ruang kerja Omanya. Ia membuka pintu dan melihat Omanya tengah menghitung uang di mejanya.
"Halo, Oma!" Alana menghampiri omanya dan mencium pipi kanan wanita itu. Namun bukannya mendapatkan pujian, wanita itu malah memukul lengan Alana.
"Kamu ini, mau bikin Oma jantungan?"
Alana malah nyengir. "Maaf, Oma. Abisnya Oma sibuk banget sih. Sampai-sampai Alana datang aja Oma gak tau."
Wanita tua itu kembali beralih pada pekerjaannya. Alana duduk di sofa dalam ruangan tersebut.
"Kamu pulang sendiri? Arga mana?" tanya Omanya tanpa menatap Alana. Masih sibuk menghitung pemasukan dan pengeluaran bulan ini.
"Katanya sih tadi ada les komputer dulu di sekolahnya. Pulangnya ntar sore," jawab Alana bersandar di sandaran sofa.
Lalu ia melihat sebuah kotak diatas meja. Penasaran, Alana mengambil kotak tersebut dan memperhatikannya.
"Oma, ini punya siapa?" tanyanya.
Wanita itu melirik kotak yang dipegang Alana sekilas, lalu kembali ke pekerjaannya.
"Untuk kamu," jawab Omanya.
"Untuk aku?" Kening Alana berkerut heran. "Dari siapa?"
"Buka saja, terus lihat."
Alana membuka kota tersebut dan ternyata isinya adalah sepasang sepatu baru yang tampak mahal. Alana mengambil sebuah memo yang terletak di dekat sepatu tersebut dan membacanya.
Sayang, semoga kamu suka ya sama sepatunya:)
Salam,
MamaAlana mendengus dan meletakkan kembali kotak dan sepatu itu di atas meja. Selalu seperti ini, orang tuanya hanya mengirimkan barang-barang seperti ini tanpa mau pulang dan melihat anak-anak mereka yang sudah tambah besar.
Alana tidak masalah jika orang tuanya tidak memberikan perhatian lagi padanya, tapi masih ada yang lebih membutuhkan perhatian tersebut. Yaitu adiknya sendiri, Arga. Seharusnya orang tuanya berpikir, jangan hanya mementingkan pekerjaan masing-masing sampai-sampai lupa untuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DreamCatcher [ END ]
Teen FictionAzkano Alfandra, cowok famous yang paling membuat seorang Alana Auristela selalu darah tinggi. Begitu pun Azka, baginya Alana adalah musuh abadinya. Dimana pun mereka, pasti akan terjadi keributan antara Alana dan Azka. Bahkan seisi sekolah itu tah...