Happy Reading!!
Jangan lupa Voment ya manteman 🤗🤗🤗
<><><>
Alana berjalan sambil membawa sebuah kantong plastik di tangannya. Ia baru saja dari supermarket untuk membeli beberapa minuman karena minumannya di rumah sudah dihabiskan oleh Adam. Membuatnya kesal karena harus berjalan keluar malam-malam begini. Alana mengeratkan jaketnya saat angin malam berhembus.
Plung!
Byur!
Ia mendengar seperti suara yang dijatuhkan kedalam air. Ia menolehkan kepalanya dan melihat seseorang yang duduk di pinggir kolam sambil melempar kerikil. Jadi suara itu berasal dari sana?
Alana mendekat untuk melihat lebih jelas orang itu. Dan dari postur tubuhnya sepertinya Alana kenal. Alana menoleh ke arah motor disampingnya. Benar, ini adalah motor yang selalu di pakai orang itu.
"Nggak takut malam-malam disini sendirian?"
Azka menoleh mendengar seseorang bicara padanya. Alana berjalan mendekat dan berhenti di sampingnya.
"Ngapain lo disini?" ketus Azka. Ia benar-benar tidak ingin diganggu saat ini.
"Cuma lewat sih, jadinya mampir sekalian." Jawab Alana asal.
"Emangnya rumah, pake mampir segala." Azka mengambil batu berukuran kecil di sampingnya dan kembali melemparnya ke kolam.
"Emangnya mampir cuma harus kerumah? Ayam gue aja kadang mampir ke kandang tetangga buat nyari pasangan hidupnya." Cetus Alana yang membuat Azka terkekeh.
"Emang lo punya ayam?" Azka mendongak menatap Alana yang berdiri di sampingnya.
"Ada. Ayam-ayaman."
Azka menggelengkan kepalanya dengan jawaban ngawur Alana. Berbeda dengan sikapnya disekolah, kali ini dimata Azka tidak terlihat Alana yang pemarah dan penuh emosi. Tapi seorang Alana yang bersikap konyol dengan guyonannya.
Azka melirik kantong plastik yang dipegang Alana. "Lo darimana?" tanyanya.
"Dari supermarket." Jawab Alana. "Eh, gue boleh duduk nggak? Capek berdiri mulu."
Azka tertawa. "Yang nyuruh lo berdiri terus siapa?"
"Ya kan ntar lo marah lagi gue ikutan duduk disini." Alana duduk disamping Azka dengan menekukkan kakinya.
Azka kembali melempar batu ke arah sungai. Masih berkutat dengan pikirannya.
"Woi, jangan dilempar mulu tuh batu, sakit tau. Sama kayak hati kalau dilempar. Nggak enak." Ujar Alana.
Azka melirik dan kembali terkekeh. Malam ini Alana tampak berbeda. Tidak ada Alana yang selalu ia lihat di sekolah yang selalu emosi. Alana yang ia lihat malam ini sungguh berbeda. Konyol dan nyaman bicara dengannya.
"Lo curhat nih ceritanya?"
Alana menoleh. "Siapa bilang? Gue cuma ngasih tau. Hati tuh kalau dilempar sana-sini nggak enak. Nyesek."
Azka mengangguk-angguk. "Bener juga sih."
Alana mengambil sebotol minuman dari kantong plastiknya dan memberikannya pada Azka. "Mau?" tawarnya.
Azka menoleh dan mengambil minuman tersebut. "Thank's." Ia membukanya dan meminum minuman tersebut.
"Kita impas." Ujar Alana membuat kening Ravel berkerut heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
DreamCatcher [ END ]
Teen FictionAzkano Alfandra, cowok famous yang paling membuat seorang Alana Auristela selalu darah tinggi. Begitu pun Azka, baginya Alana adalah musuh abadinya. Dimana pun mereka, pasti akan terjadi keributan antara Alana dan Azka. Bahkan seisi sekolah itu tah...