DreamCatcher||45

501 42 0
                                    


Happy Reading!!

Jangan lupa Voment ya manteman 🤗🤗🤗

<><><>

"Bianca!"

Bianca menghentikan langkahnya dan berbalik. Melihat Alana berlari ke arahnya dengan tas yang masih menggantung di punggungnya. Alana berhenti di depan Bianca untuk mengatur napasnya yang ngos-ngosan.

"Kenapa?" tanya Bianca malas.

Alana tersenyum. Ia langsung memeluk Bianca erat. Membuat Bianca mematung dengan apa yang di lakukan oleh Alana.

"Hei, lo apa-apaan, sih?" ujar Bianca mencoba melepaskan pelukan Alana darinya. Walaupun sebenarnya ia sangat merindukan pelukan tersebut.

"Terima kasih," bisik Alana di telinga Bianca, membuatnya berhenti melepaskan pelukan Alana. "Terima kasih, karena lo udah jenguk Rama."

Alana melepaskan pelukannya dan tersenyum tulus pada Bianca. Lalu ia berbalik pergi setelah mengatakan hal itu pada Bianca. Sebuah ucapan terima kasih.

Bianca masih mematung di tempatnya. Menatap punggung Alana yang mulai menjauh darinya.

Alana berjalan di koridor menuju kelasnya. Namun ia berhenti saat tali sepatunya lepas. Ia berjongkok untuk memperbaiki tali sepatunya. Secara tiba-tiba sepasang tangan lebih dulu mengikatnya dengan rapi. Orang itu berdiri dan tersenyum pada Alana yang dibalas oleh cewek itu. Orang itu mengulurkan tangannya pada Alana dan membantunya berdiri.

"Mau jadi pangeran nih ceritanya?" kekeh Alana.

Rizki tertawa. "Lebih tepatnya seorang pahlawan, sih. Karena kalau nggak ada gue, lo pasti nyium lantai lebih dulu."

"Hahaha, bisa aja lo. By the way, makasih, ya."

Rizki mengangguk. "Yuk ke kelas."

"Oh ya, Lan. Gue dengar Rama udah siuman dan sudah boleh pulang," ujar Rizki saat mereka berjalan di koridor.

"Iya, Alhamdulillah. Ini sebuah keajaiban. Sudah dua tahun Rama koma dan akhirnya ia kembali membuka mata."

Rizki menganggukkan kepalanya. Ini memang sebuah keajaiban untuk Rama.

"Oh ya," Alana membongkar tasnya dan memberikan sebuah undangan pada Rizki. "Lo datang, ya. Jangan sampai nggak datang. Nanti gue tuntut ke rumah lo kalau lo nggak datang," ancam Alana menatap galak Rizki.

"Waduh, kayaknya gue nggak ada pilihan lain selain datang. 'Kan rugi juga makannya dianggurin," ujar Rizki sok dramatis, lalu tertawa.

"Makanya lo datang. Ya udah, gue ke kelas dulu. Bye!" Alana melambaikan tangannya pada Rizki dan masuk ke kelasnya.

Sampainya di kelas, Alana duduk di kursinya. Disana sudah ada Ziva, Mita, dan Nayla.

"Guys, gue mau ngasih ini sama kalian. Jangan lupa datang, ya," ujar Alana memberikan undangan pada mereka.

"Widih, acara apaan nih, Lan?" tanya Mita membuka undangan tersebut dan membacanya. "Anniversary nyokap-bokap lo?" lanjutnya.

"Iya. Tepat saat tahun baru nanti.  Kalian jangan lupa datang, ya."

"Siapp! Kita mah pasti datang!" seru Mita semangat.

"Eh, apaan nih?" Sindi tiba-tiba mengambil undangan di tangan Mita. "Wah, ada pesta. Kita nggak di undang, Lan?" tanya Sindi.

"Diundang. Kalian semua di undang kok. Jangan sampai lupa datang, ya. Lebih banyak orang 'kan lebih seru," kata Alana.

"Semuanya! Kita di undang ke acara Anniversary orang tuanya Alana!!" seru Sindi memperlihatkan undangan tersebut pada teman-teman kelas mereka.

DreamCatcher [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang