DreamCatcher||48

503 49 0
                                    


Happy Reading!!

Jangan lupa Voment ya manteman 🤗🤗🤗

<><><>

Alana dan Arga berjalan sembari menuntun kedua orang tua mereka menuju taman belakang rumah. Tempat dimana diadakannya acara Anniversary kedua orang tua mereka. Alana menuntun ayahnya dan Arga menuntun ibunya. Disana sudah hadir para tamu undangan, teman-teman orang tua mereka, kerabat, keluarga, dan juga beberapa teman-teman Alana dan Arga yang hadir pada malam ini.

"Mama sama Papa siap?" tanya Alana.

"Siap!" seru orang tuanya kompak.

Serentak, Alana dan Arga membuka penutup mata kedua orang tua mereka.

"Happy Anniversary, Mama! Papa!" seru Alana dan Arga. Semuanya bertepuk tangan sembari mengucapkan selamat kepada keduanya.

Linda yang terharu dengan kemeriahan acara Anniversary-nya pun langsung memeluk Alana dan Arga. Memberikan mereka ciuman kasih sayang dan penuh cinta.

"Terima kasih, sayang. Mama senang banget. Mama sangat bahagia malam ini," ujar Linda.

"Sama-sama, Ma. Kami juga senang melihat Mama sama Papa bahagia. Sudah genap 18 tahun usia pernikahan Mama sama Papa. Dan aku berharap, Mama sama Papa tetap akan selalu menjadi orang tua yang kami banggakan," ucap Alana tulus.

"Pasti, sayang. Mama sama Papa akan selalu menjadi orang tua kebanggan kalian. Kita akan selalu bersama. Tidak ada yang bisa memisahkan kita berempat," ujar Papa Alana.

Sekarang mereka berpelukan. Semua orang yang menyaksikan adegan tersebut tersentuh dan kembali memberikan tepuk tangan yang meriah.

"Nah, Om sama Tante silahkan tiup lilinnya. Setelah itu potong. Jangan lupa make a wish dulu," ujar Adam.

Orang tua Alana menutup mata, mengucapkan make a wish mereka dalam hati. Setelah itu mereka membuka mata dan meniup lilin yang bertuliskan 18 diatas kue bertingkat yang mewah tersebut.

Semuanya bertepuk tangan dengan meriah. Setelah acara tiup lilin dan kata sambutan dari pemilik acara, selanjutnya acara bebas. Dimana semua orang bebas makan dan minum sepuasnya. Menikmati acara yang sudah di siapkan.

Disinilah Alana sekarang, berkumpul bersama ketiga temannya. Lebih tepatnya hanya Ziva dan Nayla, karena Mita belum datang.

Alana tampak cantik dengan balutan dress diatas lutut berwarna merah maroon dengan pita yang menempel di pinggangnya. Rambutnya yang biasanya lurus sekarang dibuat curly dan sedikit di jepit ke samping. Dan sebagai alas kakinya Alana memakai heels yang tidak terlalu tinggi. Tak lupa aksesoris seperti anting yang menambah kesan manis sekaligus cantik secara bersamaan.

Saat mereka sedang asik mengobrol, tiba-tiba Mita datang mengejutkan mereka.

"Hai, girls!" seru Mita.

"Dari mana lo? Katanya mau minta restu sama nyokap-bokap gue. Tapi malah telat. Acara puncaknya udah selesai!" sarkas Alana.

"Sori, Lan. Tadi tuh macet banget. Bener, deh. Please dong jangan marah. Nanti cantiknya ilang loh," goda Mita.

Alana menghela napas. "Ya udah, gue maafin." Alana tersenyum sontak membuat Mita langsung memeluknya. Dia tahu bahwa Alana tidak akan bisa marah terlalu lama padanya ataupun pada kedua temannya.

"Jadi ... mana cowok lo? Katanya mau ngenalin sama kita bertiga. Lo nggak ingkar janji, 'kan?" Alana menatap Mita.

"Enggak. Dia datang kok. Tadi lagi markirin mobil. Mungkin sebentar lagi kesini," jawab Mita.

Tak lama, seorang cowok tampan datang menghampiri mereka berempat. Ziva yang menyadari kedatangan cowok itu langsung menyenggol lengan Alana. Menyuruhnya melihat ke arah cowok yang semakin dekat dengan mereka.

"Eh, Kak Roy. Kenalin, Kak, ini teman-teman aku. Ini Nayla, Ziva dan Alana." Mita memperkenalkan ketiga temannya pada cowok yang bernama Roy tersebut.

"Salam kenal, Ziva," ujar Ziva memperkenalkan diri lebih dulu.

Alana menatap Roy dengan kening berkerut. Ia merasa pernah bertemu dengan Roy entah dimana. Alana lupa. Bukan hanya Alana, malah Roy juga bersikap sama. Dia merasa pernah bertemu Alana sebelumnya di suatu tempat.

"Alana?" ujar Roy memastikan setelah dia mengingat wajah Alana secara jelas. "Lo Alana, 'kan? Yang dulu selalu di kejar sama guru BK karena udah ngerusak bunga waktu SMP?" lanjutnya.

Mita, Ziva, dan Nayla saling pandang. Tidak tahu apa yang sedang terjadi diantara Alana dan Roy.

"Ini ... Kak Roy? Kapten futsal yang sok kegantengan itu?" balas Alana kembali ingat siapa Roy.

Roy tertawa kemudian mengangguk. "Iya, itu gue. Cowok yang lo bilang sok kegantengan. Padahal 'kan emang udah kodratnya," jawab Roy percaya diri.

"Ya ampun, Kak Roy disini? Bukannya Kak Roy pindah ke Surabaya, ya, setelah lulus?" tanya Alana bingung.

"Gue kembali ke Jakarta karena pekerjaan bokap," jawab Roy. "Gue nggak nyangka bakalan ketemu sama lo lagi, Lan. Gimana kabar lo?" tanya Roy.

"Alhamdulillah, baik. Eh, tapi lo harus bayar PJ nih sama gue. Lo juga, Ta, traktir kita bertiga pokoknya!" tuntut Alana.

"Dasar. Lo emang nggak berubah, ya, Lan. Dari dulu selalu aja maunya gratisan." Roy terkekeh pelan.

"Kalau ada yang gratis, kenapa malah dianggurin?" balas Alana membuat mereka tertawa. Alana selalu saja bicara blak-blakan.

"Kalian saling kenal?" tanya Mita heran.

Roy dan Alana mengangguk. "Kita dulu satu sekolah saat SMP. Kita emang dekat, sih. Karena Alana terkenal dengan kejahilannya di sekolah," jawab Roy.

"Beneran, Lan?" tanya Ziva penasaran.

"Iya, dia bahkan sampai membuat guru bosan melihat wajahnya yang terus-terusan di hukum karena berbuat ulah," jawab Roy lagi.

"Wah, parah lo, Lan. Pantesan aja di sekolah lo selalu dihukum karena ulah konyol lo. Ternyata bawaan dari SMP," ujar Ziva.

"Apaan, sih. Itu 'kan masa lalu. Nggak usah diingat lagi. Bikin malu aja," ujar Alana. Mereka kemudian tertawa melihat wajah malu Alana karena kedoknya selama SMP terbongkar.

"Guys, kalian nikmati. aja ya pestanya. Gue mau kesana bentar," kata Alana. Ia berjalan menuju tempat Rama duduk bersama Angga.

"Boleh gabung?" tanya Alana. Keduanya sontak menoleh ke arah Alana.

"Elo, Lan. Nih, duduk aja disini." Angga berdiri mempersilahkan Alana duduk disamping Rama.

"Lo mau kemana?" tanya Alana mendongak menatap Angga.

"Gue keluar bentar. Mau nelfon seseorang."

"Seseorang siapa, sih? Kenalin dong sama gue. Jangan rahasia-rahasiaan mulu."

"Bawel lo. Udah, gue ke depan bentar." Angga kemudian pergi.

Alana memperhatikan orang-orang di acara kedua orang tuanya, sembari melirik jam. Beberapa jam lagi tahun akan berganti. Dan Alana berharap bahwa di tahun depan ia akan merasakan sedikit kebahagiaan dalam hidupnya. Baik itu masalah keluarga, sahabat, bahkan masalah percintaannya.

"Pestanya meriah. Semua orang datang untuk berkumpul bersama," ucap Rama.

Alana tersenyum mendengar pujian dari Rama. "Aku bersyukur karena masih bisa merasakan kebahagiaan seperti ini. Dan sebentar lagi tahun ini akan berakhir. Aku berharap di tahun depan aku masih bisa merasakan kebahagiaan seperti ini lagi," Ujar Alana

Rama merangkul Alana dan tersenyum. Yakin bahwa Alana pasti akan menemukan kebahagiaannya di tahun depan.

---o0o---

DreamCatcher [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang