DreamCatcher||38

394 48 0
                                    


Happy Reading!!

Jangan lupa Voment ya manteman 🤗🤗🤗

<><><>

"Duduk dulu, Ka." Adam mempersilahkan Azka duduk di sofa ruang keluarganya.

"Lo tinggal sendirian?" tanya Azka melihat rumah Adam yang sepi.

"Iya, orang tua gue masih tinggal di Jerman," jawab Adam.

Ia berjalan ke arah lemari, mengambil sebuah album foto dan duduk. Membuka Album tersebut dan memperlihatkannya pada Azka.

"Ini album lama gue. Semua kenangan gue sama Alana ada disini. Sama teman-teman kita yang lain juga," kata Adam.

Azka membuka lembaran pertama dan melihat foto dua orang anak kecil yang berusia kira-kira lima tahun sedang tersenyum kearah kamera dengan begitu gemasnya. Ada juga foto lain di bawahnya saat kedua anak kecil itu bermain bersama di taman dan tidur di atas rumput hijau.

"Ini gue," Adam menunjuk foto anak laki-laki dengan baju kaos dan celana sebatas lutut yang mengenggam tangan anak perempuan. "Dan ini Alana," lanjut Adam menunjuk anak perempuan dengan rambut di kepang.

"Lucu," gumam Azka memperhatikan foto Alana kecil. Begitu menggemaskan dengan senyuman yang tidak pernah berubah sampai sekarang.

Adam melirik sebentar karena mendengar Azka memuji Alana. Ia tersenyum. Adam lalu membalik lembaran berikutnya. Disana terdapat foto saat Adam dan Alana mengenakan seragam merah putih.

"Ini saat kita berdua sekolah di hari pertama. Waktu itu Alana senang banget. Kita bahkan sekelas sampai lulus dan masuk SMP," ujar Adam.

Azka membalik halamannya, terdapat foto remaja yang mengenakan seragam putih biru. Kali ini tidak hanya Adam dan Alana saja, melainkan disana terdapat enam orang yang tersenyum bahagia.

Dibawahnya juga terdapat foto mereka berenam dengan latar gelap dan lampu-lampu, Alana berdiri di tengah-tengah sembari memegang sebuah kue dengan lilin bertuliskan angka 15.

Pasti ini saat ulang tahunnya.

Azka kembali membalik halaman album tersebut. Disana, masih terdapat foto mereka berenam. Sepertinya foto tersebut saat mereka lulus. Dilihat dari latar tempat mereka yang berada di sekolah sambil memegang sebuah amplop dan menunjukkannya ke arah kamera.

Azka terus memperhatikan foto tersebut. Senyum Alana tidak pernah berubah sampai sekarang. Azka memperhatikan seorang cowok yang begitu dekat dengan Alana. Dia bukan Adam ataupun Angga. Melainkan seorang cowok berkulit putih dengan wajah yang tampan, merangkul Alana tanpa segan sedikitpun.

"Itu Rama," ucap Adam memperhatikan raut wajah bingung Azka yang memperhatikan foto Alana dan Rama.

Azka menoleh sekilas lalu kembali beralih pada foto tersebut. "Jadi ... ini Rama?"

"Rama adalah sahabat kita waktu SMP dulu. Kita berenam sangat dekat sudah seperti saudara sendiri. Dulu Rama pendiam, karena waktu kecil orang tuanya sudah bercerai saat usianya 7 tahun. Dan kita berteman dengan Rama karena kita tidak tega melihat dia terus-terusan sedih karena keluarganya," jelas Adam. Ia menghela napas dan kembali melanjutkan ceritanya.

"Yang paling berpengaruh dalam sikap dan kehidupan Rama selama ini, sampai dia benar-benar bisa merubah keadaannya dan sadar bahwa hidupnya masih panjang adalah Alana. Alana adalah orang yang sudah merubah Rama kembali menjadi dirinya sendiri. Bagi Rama, Alana adalah mataharinya. Karena Alana selalu ada untuknya disaat Rama benar-benar butuh penyemangat."

"Begitu juga bagi Alana, Rama adalah orang yang sangat berarti dalam hidupnya. Rama selalu ada disisinya. Rama adalah pahlawannya, keluarganya, dan juga hidupnya. Alana mencintai Rama, begitupun sebaliknya. Ia juga sangat mencintai Alana."

Azka mematung saat mendengar kata-kata terakhir yang di ucapkan Adam. Jadi, Alana mencintai Rama? Sampai sekarang pun Alana masih mencintai Rama?

Azka membalik halaman tersebut. Ia melihat foto Alana dan Rama yang tersenyum bahagia. Disana Alana memegang bunga mawar putih sembari bersandar di pundak Rama. Cowok itu juga merangkul Alana hangat.

Azka beralih kebawah dan melihat foto dimana Rama mencium puncak kepala Alana. Dibawah foto tersebut terdapat sebuah tulisan tanggal.

"Itu tanggal jadian mereka. Tepat saat ulang tahun Rama, cowok itu menyatakan perasaannya dan diterima dengan tulus oleh Alana," jelas Adam.

Azka seperti merasakan sesak di dadanya. Hatinya serasa seperti ditusuk oleh ribuan belati yang tajam dan langsung merobeknya. Selama ini ternyata Alana menyimpan sebuah rahasia yang tidak ia ketahui. Dimana Alana mencintai seseorang dengan begitu tulusnya. Azka benar-benar egois. Ia pikir selama ini ia paham dengan kehidupan Alana. Tapi ternyata tidak, ia bahkan tidak mengetahui hal sepenting ini.

Azka tersenyum kecut melihat betapa bahagianya Alana saat berada di dalam dekapan Rama. Seolah hanya Rama lah satu-satunya orang yang paling dia cintai.

"Mereka tampak bahagia. Pasti hubungan mereka berjalan lancar," ucap Azka dengan perasaan sesak di hatinya.

"Mungkin," sahut Adam yang sudah merubah raut wajahnya menjadi sendu.

Azka menoleh sembari mengerutkan keningnya melihat wajah Adam. "Maksud lo?"

Adam menghela napas berat. "Mungkin mereka akan bahagia, jika saja kejadian saat itu tidak terjadi," lirih Adam. Azka semakin penasaran maksud dari ucapan cowok itu.

Adam melirik Azka yang tampak membutuhkan penjelasan dengan semua kata-katanya. Ia duduk tegap dan mencoba mengenang masa lalu.

---o0o---

DreamCatcher [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang