DreamCatcher||18

528 60 0
                                    

Happy Reading!!

Jangan lupa Voment ya manteman 🤗🤗🤗

<><><>

Selesai dengan masalahnya dengan Aldi, Alana berjalan hendak kembali ke lapangan. Ia berjalan sendiri di koridor yang sepi karena Aldi langsung kembali ke kelasnya setelah menyelesaikan masalah yang membuatnya tidak tenang.

Tiba-tiba dari belakang, seseorang menarik tangan Alana. Membuat cewek itu terperanjat kaget.

"Astaghfirullah!!" seru Alana kaget. Ia menghela napas melihat Azka adalah pelaku yang membuatnya kaget.

"Lo ngapain sih? Bikin kaget aja." Semprot Alana kesal. Cowok ini selalu membuatnya jantungan. Untung Alana tidak punya riwayat penyakit jantung. Kalau tidak, mungkin sudah sering dia masuk rumah sakit karena serangan jantung.

Bukannya menjawab, Azka malah tersenyum pada Alana. Senyum yang mempunyai banyak arti.

"Lo kenapa sih? Aneh." Ujar Alana bingung. Lagi-lagi cowok ini tampak aneh. Apa jangan-jangan dugaannya benar kalau Azka akan berubah jadi psikopat?

Azka tiba-tiba menepuk pelan kepala Alana. Cewek itu terpaku menatap Azka. Sikap ini, sikap yang sudah lama tidak pernah ia rasakan lagi. Sikap yang sama dengan orang itu padanya. Sikap yang membuat hatinya menghangat.

Alana meneguk ludahnya mengingat hal itu. Kenapa? Kenapa Azka selalu melakukan hal yang membuat Alana terdiam seperti ini? Bahkan desiran darahnya juga detak jantungnya begitu merespon dengan apa yang cowok itu lakukan.

"Gue bangga sama lo."

Azka tersenyum tulus, lalu berbalik meninggalkan Alana yang masih terpaku di tempatnya. Menatap cowok itu dengan banyak pertanyaan yang bersarang di kepalanya.

Alana tersadar saat merasakan bulu kuduknya merinding. Sikap Azka benar-benar membuatnya takut. Alana menoleh ke sekitarnya dan hanya ada dia sendiri di koridor yang sepi itu.

Apa jangan-jangan Azka kerasukan terus bersikap seperti tadi padanya? Sepertinya cowok itu harus di rukiyah supaya kembali normal.

---o0o---

Alana baru saja mengganti pakaiannya dan hendak keluar dari toilet. Tapi langkahnya terhenti saat Clara dan temannya menghalangi jalannya. Alana menghela napas.

"Gue mau lewat." Ujar Alana tidak mau mencari ribut.

"Lo mau kemana? Kabur?" Clara tersenyum sinis.

"Buat apa gue kabur? Emangnya gue ada salah sama lo?" balas Alana sinis.

"Berani ya sekarang sama gue. Lo pikir lo itu siapa! Lo cuma cewek munafik."

Alana mengangkat sebelah alisnya. "Dari dulu gue selalu berani kok sama lo. Baru sadar? Dan satu lagi, gue bukan cewek seperti yang lo bilang barusan."

Clara benar-benar emosi meladeni orang seperti Alana. Cewek itu masih terus bersikap tenang disaat berhadapan dengannya. Clara mendorong Alana kasar.

"Lo nggak usah sok deh jadi cewek! Lo itu nggak ada apa-apanya dibanding gue! Jadi lebih baik lo jauhi Azka karena dia cuma cocok sama gue!"

"Emangnya Azka siapa elo? Nggak nyadar? Selama ini Azka nggak pernah tuh ngelirik lo. Jadi berhenti bersikap seolah lo adalah segalanya!!" bentak Alana emosi. Ia benar-benar sudah tidak tahan lagi dengan sikap Clara yang suka seenaknya dan menganggap bahwa dirinya adalah seorang ratu.

Clara mengangkat tangannya hendak menampar Alana, namun terhenti karena cewek itu menahannya. Clara membulatkan matanya kaget, Alana sudah berani melawannya.

Alana tersenyum sinis, menatap tajam Clara. "Gue bukan orang yang dulu lo kenal, dan gue nggak bakalan biarin lo nyentuh gue dengan tangan kotor lo ini." Bisik Alana tajam. Ia menghempaskan tangan Clara kasar dan pergi keluar dari toilet. Meninggalkan Clara yang terpaku di tempatnya dengan mengepalkan tangan kuat.

Clara tidak akan diam setelah cewek itu membuat harga dirinya jatuh seperti ini. Clara pasti akan balas dendam dan membuat hidup Alana lebih menderita.

Alana berhenti berjalan. Ia menghela napas panjang. Clara sepertinya benar-benar sudah sangat nekat hanya karena ingin mendapatkan keinginannya sendiri. Alana merasa bahwa Clara benar-benar sudah sangat berubah dari Clara yang dulu ia kenal. Clara yang dulu sangat baik dan lembut padanya, tapi sekarang Clara yang ia kenal sangat kasar dan egois. Hanya mementingkan dirinya sendiri.

"Woii!" seseorang menepuk kepala Alana. Lagi-lagi ia dikagetkan. Sepertinya Alana harus menyiapkan mentalnya disini. Karena hampir setiap saat jantungnya harus berpacu kencang karena selalu di kagetkan seperti ini.

"Kak Dylan. Kirain siapa." Ujar Alana melirik orang disampingnya.

"Nggak masuk kelas?" tanya Dylan.

"Kak Dylan sendiri? Kenapa nggak masuk kelas?" balas Alana.

Dylan tertawa, lalu mencubit pipi Alana membuat cewek itu meringis kesakitan. "Ditanya malah balik nanya."

"Kebiasaan. Pipi tuh diciptain bukan buat di cubit, tau!" Alana mengelus pipinya yang di cubit oleh Dylan.

"Terus buat apa? Buat dicium?" Dylan tersenyum menggoda Alana. Sesuai dugaanya, cewek itu tiba-tiba berhenti mengusap pipinya. Menatap Dylan dengan wajah memerah membuat Dylan semakin gemas.

Alana mengalihkan pandangannya dari Dylan yang terus menatapnya. Alana jadi salah tingkah mendengar ucapan Dylan. Darahnya tiba-tiba berdesir dan wajahnya tiba-tiba panas. Sial. Lagi-lagi Dylan menggodanya.

"K-kak Dylan apa-apaan sih." Gugup Alana. Ia meremas tangannya sendiri karena gugup. Dylan dan Azka, selalu membuatnya diam tak berkutik.

Dylan tersenyum senang melihat Alana gugup di depannya. Dylan menarik dagu Alana untuk menghadapnya. Alana membulatkan mata saat Dylan perlahan mendekatkan wajahnya pada wajah Alana.

Alana meneguk ludahnya sendiri. Menerka-nerka apa yang akan Dylan lakukan padanya? Apa Dylan akan menciumnya? Oh, no!

"K-kak D-Dylan mau ngapain?" Alana semakin meremas tangannya. Jantungnya semakin berdegup kencang. Napasnya juga memburu. Apa yang harus ia lakukan? Semakin lama wajah Dylan semakin mendekat ke arahnya.

Alana punya ide agar Dylan bisa menjauh darinya.

"Aaaaaa!!!!!!"

Alana berteriak membuat Dylan kaget dan memberikan sedikit jarak antara dirinya dan Alana. Bingung kenapa cewek itu tiba-tiba berteriak.

"M-maaf kak. Kayaknya tadi gue liat ada ayam yang lepas. Gue pergi dulu. Bye!" buru-buru Alana pergi sambil memukul kepalanya. Detak jantungnya masih berbunyi. Sial, kenapa Dylan selalu membuatnya seperti ini?

Dylan terkekeh mendengar alasan ngawur Alana. Di sekolahnya mana ada ayam yang lepas? Ada-ada saja cewek itu.

Tatapan Dylan kemudian terpaku pada seseorang yang berdiri tidak jauh darinya. Mengepalkan tangannya marah menahan emosi. Entah apa alasan orang itu sampai ia marah.

Orang itu berbalik pergi dengan menahan emosi didalam dirinya. Entah kenapa ia begitu kesal dan ingin marah saat melihat Alana dan Dylan. Bukan kedekatan mereka yang membuatnya begitu emosi, tapi apa yang dilihatnya barusan lah yang membuatnya kesal.

Hati kecilnya tidak terima saat Dylan hendak mencium Alana. Egois memang, ia tidak suka melihat Alana dekat dengan cowok lain. Setiap ia melihat Alana begitu dekat dengan cowok lain, hatinya tiba-tiba panas. Apa perlahan, ia sudah mulai menyukai cewek itu? Ia pun tak tahu jawabannya.

---o0o---

DreamCatcher [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang