Happy Reading!!Jangan lupa Voment ya manteman 🤗🤗🤗
<><><>
Azka duduk di sofa ruang keluarga dirumah Alana, sembari memperhatikan permainan PlayStation antara Arga dan Adam. Mereka juga bersorak heboh saat salah satu diantara mereka menang. Dan yang sering kalah adalah Adam karena Arga sangat jago bermain permainan seperti ini. Bisa dibilang Arga juga adalah seorang gamers.
"Aaahh! Kok gue kalah mulu, sih!" teriak Adam frustasi.
"Makanya, Bang. Jangan remehin yang katanya anak kecil. Lihat buktinya, Bang Adam kalah telak," ujar Arga tertawa.
"Wah, lo kalah, Dam. Kasihan banget," sahut Azka tertawa bersama Arga.
"Ayo kita main lagi! Kali ini gue pasti menang!" ucap Adam optimis.
"Oke, siapa takut!"
Adam dan Arga kembali bermain. Permainan yang menyenangkan dan lagi-lagi Adam kalah. Namun ia tetap menantang Arga dan optimis pasti akan menang.
"Neng Alana! Assalamualaikum!"
Terdengar seruan dari luar rumah.
"Waalaikumsalam!!" jawab mereka bertiga kompak.
"By! Ada Mas Yanto tuh di depan!" seru Adam masih fokus bermain.
"Iyaa!" jawab Alana menuruni anak tangga. Ia berjalan kedapur mengambil piring dan berlari keluar rumah. "Mas Yanto!" seru Alana pada seorang pria yang berdiri di dekat gerobak jualannya. "Kayak biasa, ya, Mas!" Alana memberikan piring yang ia bawa.
"Siaap!!" balas Mas Yanto dan menyiapkan pesanan pelanggan setianya.
Setiap hari Minggu Alana akan rutin membeli satenya Mas Yanto. Makanya Mas Yanto sudah hapal dengan pesanan Alana. Mas Yanto memberikan sate pada Alana dan menerima uang dari cewek itu. Setelah mengucapkan terima kasih, Alana berbalik masuk kedalam rumahnya dan duduk di sofa samping Adam. Sekarang yang bermain adalah Azka dan Arga.
"Wihh, sate nih!" ujar Adam.
"Mau? Nih." Alana menawarkan pada Adam yang langsung diambil cowok itu.
"Enak, By!" kata Adam menikmati sate di tangannya.
"Azka, Arga. Nih makan dulu satenya. Enak loh," tawar Alana.
"Suapin dong, Ci," ujar Arga.
"Iya, Lan. Kita lagi asik main nih. Lagi seru," timpal Azka.
Alana mendengus. Ia mengambil sebuah tusuk sate dan menyuapkannya pada Arga. Lalu gantian dia menyuapkan Azka. Tatapan mereka beradu. Lagi-lagi Alana merasakan jantungnya berdegup kencang. Bahkan ia merasa kesusahan untuk menelan salivanya sendiri.
"Woy! Lo kok bengong, sih?" ujar Azka membuat Alana tersadar dan langsung berdiri.
"Lan! Hati-hati, dong! Mulut gue jadi belepotan gini, 'kan!" seru Azka saat Alana dengan seenaknya menarik tusuk sate yang ia gigit.
"Bodo! Udah, kalian main aja. Biar gue sama Adam yang habisin nih sate."
Alana mengambil setusuk sate dan mengunyah dengan ganas. Entah kenapa wajahnya tiba-tiba menjadi panas. Jantungnya juga belum berhenti berdegup, membuat Alana semakin salah tingkah.
Sedangkan Adam yang sadar dengan tatapan Alana barusan pada Azka hanya bisa tersenyum. Ia hanya berharap, apapun itu adalah hal yang terbaik untuk Alana.
Ponsel Alana tiba-tiba berdering. Ia mengambilnya dan melihat nama Reyhan disana.
"Halo. Ada apa, Kak Rey?" tanya Alana.
Adam terus memperhatikan Alana yang tiba-tiba merubah raut wajahnya sendu. Adam jadi penasaran apa yang dibicarakan oleh Reyhan pada Alana. Apakah, ini menyangkut Rama? Kalaupun benar, jadwal Rama pergi keluar negeri baru seminggu lagi, dan Alana masih punya waktu untuk bertemu dengan Rama.
"Gitu? Gue nggak apa-apa. Thanks, Kak infonya."
Alana memutuskan sambungan teleponnya. Ia menghela napas dan bersandar di sandaran sofa. Alana melirik sate di tangannya yang hanya tinggal beberapa tusuk lagi, namun tiba-tiba nafsu makannya hilang setelah mendengar kabar dari Reyhan.
"By, lo kenapa? Reyhan bilang apa?" tanya Adam penasaran.
"Jadwal Rama di percepat. Besok dia akan segera pergi keluar negeri," jawab Alana lesu.
Adam tersentak. Ia menatap Alana dan merangkul cewek itu. Berusaha untuk memberikan semangat padanya.
"Lo ... nggak apa-apa?" tanya Adam hati-hati. Ia tahu bahwa Alana tidak akan bisa jauh dari Rama. Dan ia juga tahu, bahwa sekarang Alana sedang menekan perasaannya untuk bisa ikhlas dengan semua yang ia lalui.
"Gue nggak apa-apa. Gue ke kamar dulu. Nih, lo aja yang ngabisin." Alana memberikan piringnya pada Adam dan beranjak pergi ke kamarnya.
Adam semakin risau. Melihat Alana sedih juga membuat perasaannya begitu tertekan.
Sedangkan Azka yang sejak tadi fokus dengan permainannya bukannya tidak mendengar setiap percakapan Alana dan Adam. Ia dengar semuanya bahkan dengan seseorang yang bernama Rama tersebut. Azka jadi semakin penasaran siapa dia. Apakah dia begitu berarti bagi Alana? Sampai-sampai Alana begitu sedih saat mendengar Rama akan pergi keluar negeri.
Perasaan Azka tiba-tiba tidak menentu. Hatinya tiba-tiba sakit. Ia merasa ingin menghampiri gadis itu, memeluknya dan berusaha menenangkan gadis itu supaya tidak bersedih lagi. Tapi ia tidak bisa melakukan itu, karena mungkin sekarang Alana membutuhkan waktu untuk sendiri.
---o0o---
Azka berhenti di depan rumah Adam setelah sampai mengantarkan cowok itu pulang. Adam memang tidak membawa motor ataupun mobilnya ke rumah Alana, karena saat itu ia bersama Angga yang mengatakan bahwa oma Alana sudah meninggal. Karena Azka juga mau pulang, sekalian ia nebeng sama Azka. Daripada harus keluar uang untuk membayar taxi.
"Thanks, bray. Nggak masuk dulu?" ucap Adam basa-basi.
"Nggak usah. Gue pulang aja," jawab Azka.
"Ya udah, lo hati-hati, ya." Adam berbalik hendak masuk kedalam rumah. Tiba-tiba ia berhenti dan berbalik karena Azka memanggilnya.
Azka turun dari motornya dan berjalan kearah Adam. Sejak tadi perasaannya sudah tidak menentu. Ia harus segera menanyakan hal yang membuat hatinya gelisah pada Adam.
"Kenapa?" tanya Adam melihat raut wajah Azka yang tampak serius.
"Gue mau nanya sama lo. Cowok yang bernama Rama itu siapa?" tanya Azka. Ia benar-benar sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi.
Adam sempat tersentak mendengar pertanyaan Azka. Namun setelah itu ia tersenyum.
"Ngobrolnya di dalam aja, yuk. Lebih enak," kata Adam yang disetujui oleh Azka.
---o0o---
KAMU SEDANG MEMBACA
DreamCatcher [ END ]
Novela JuvenilAzkano Alfandra, cowok famous yang paling membuat seorang Alana Auristela selalu darah tinggi. Begitu pun Azka, baginya Alana adalah musuh abadinya. Dimana pun mereka, pasti akan terjadi keributan antara Alana dan Azka. Bahkan seisi sekolah itu tah...