Ep|17

5.7K 185 3
                                    


"Kamu ikut saya," titah Sai, saat melihat Ino berjalan mendahulinya.

Ino menghentikan langkahnya, berbalik gadis itu tersenyum lantas bertanya,"Emang boleh?" tanyanya.

Sai mengangguk pelan.

"Selama kamu duduk anteng di mobil saya! Saya izinin!" cetus Sai.  Tanpa aba-aba Ino langsung berlari tangan kanannya membuka handle pintu mobil sedan milik Sai. Lalu memasukinya.

"Ayo pak!" seru Ino antusias. Sai geleng kepala, lalu mulai berjalan dan memasuki mobilnya.

Memasang sabuk pengamannya. Sai melirik Ino yang sedari tadi tersenyum ceria. Setelah sarapan tadi pagi Sai sempat memuji Ino karena nasi goreng yang di masak oleh Ino sangat lah enak. Di luar dari bayangan tentang rasa yang ia bayangkan. Saat Sai bertanya dari mana Ino mempelajari cara memasak, eh Ino malah menjawabnya dengan candaan. Yang membuat Sai menjadi kesal.

Tersenyum kecil, Sai menyalahkan mesin mobilnya.

Saat dalam perjalan, Ino hanya diam, duduk anteng sambil memandangi pemandangan di depannya.

Melihat itu Sai tersenyum, karena Ino mau mendengarkannya.

Beberapa menit berlalu akhirnya mereka sampai di kampus dimana tempat Sai mengajar sekaligus Ino bersekolah.

"Terima kasih pak," lirih Ino sambil membuka pintu mobil Sai. Tersenyum gadis itu berjalan mendekati Sai yang duduk di atas mobil depannya. Dengan kaca mata hitam yang terpasang menutupi manik pria yang entah kenapa saat Ino menatapnya pria itu bagitu sangat-sangat keren.

"Sana masuk!" usir Sai.

Ino menunduk dalam.

"Ada apa?" tanya Sai.

"Uang saku kamu masih belum cukup?" tanya Sai. Ino menggelengkan kepalanya cepat.

"Lalu?" tanya Sai dengan satu alisnya terangkat.

"Pernikahan kita apa sebaiknya," Ino menghela napas.

"Lebih baik jika kita rahasiakan, untuk sementara waktu." sela Sai. Membuat kerutan pada dahi Ino.

"Tidak apa kan?" tanya Sai.

Dan entah kenapa pertanyaan Sai sekarang membuat hatinya sedikit nyeri.

Mengulas senyuman kecil Ino menjawab,"Jika ini yang terbaik, maka lakukan saja..." kata Ino. Sai mengangguk sekali.

"Kalau gitu saya masuk dulu ya?" pamit Ino. Yang diangguki Sai.

Dengan langkah lambat, Ino meninggalkan Sai yang masih mengamatinya dari kejahuan.

***

Ahana Comel

Gue denger lo kuliah? Kalau iya. Dateng cepetan ke kantin sekolah, soalnya gue punya hadiah buat lo!

Tersenyum Ino kembali memasukan ponselnya ke dalam tas kecil yang ia bawa.

Setelah membaca pesan yang dikirim Ahana untuknya, gadis itu langsung memutar langkahnya menjadi ke arah kantin kampus. Yang jaraknya lumayan dekat dari tempatnya sekarang.

Senyumnya mengembang, saat matanya menangkap Ahana sedang duduk di kursi kantin. Sambil memainkan ponsel.

Berjalan mengendap-edap Ino memeluk tubuh Ahana dari belakang.

"Pagi!" teriak Ino tepat di telinga Ahana.

Sontak membuat Ahana terkejut lalu mendorong Ino yang mengagetkannya.

"Ino! Awas lo ya?!" balas Ahana sambil berusaha menggapai tubuh Ino yang menjauh darinya.

"1 minggu ngilang! Sekarang baru nongol batang hidung lo!" cetus Ahana terlihat kesal.

Melihat ekspresi Ahana yang sedang marah. Hanya membuat Ino tertawa. Gadis itu sangat senang menggoda sahabatnya itu.

Berhasil menggapai Ino, Ahana meyeringai lalu tangannya berusaha mencekik leher Ino.

"Kali ini gue bunuh lo!" kata Ahana bercanda. Ino nyengir lalu memamerkan gigi ginsulnya yang sudah lama tidak Ahana lihat.

Mengembungkan pipinya, perlahan cengkraman tangan Ahana terlepas.

"Gue kira gue sahabat lo, tapi teryata gue? Gak tau apapun tentang lo! Bahkan kabar lo seminggu ini aja gue gak tau," kata Ahana sedih.

Mendengar itu Ino menjadi ikut bersedih. Bukan bermaksud membuat Ahana merasa sedih. Tetapi berita tentang pernikahannya tidak boleh siapaun tau. Tapi setelah melihat Ahana sekarang, membuat Ino ingin menceritakan semuanya.

Apa yang sudah ia alami selama seminggu ini.

"Maafkan Ino, Hana..." Ino mengajak Ahana untuk duduk agar memudahkan untuk bercerita.

"Ino akan menceritakan semuanya," kata Ino sambil menggenggam tangan Ahana.

"Beneren?" tanya Ahana yang diangguki Ino.

"Tapi kamu harus berjanji dulu, untuk tidak mengatakannya ke siapapun..." ujar Ino.

Ahana mengerutkan keningnya bingung. Tumben Ino berkata seperti itu? Selama 15 tahun mereka menjalin persahabatan baru kali ino memintanya untuk berjanji.

Walau ragu akhirnya Ahana menuruti permintaan Ino.

TbC.

Mendadak Nikah! [Tamat✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang