Ep|26

4.5K 161 1
                                    

Sai mengerutkan keningnya, melihat Ino tiba-tiba berhenti tidak masuk ke dalam mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sai mengerutkan keningnya, melihat Ino tiba-tiba berhenti tidak masuk ke dalam mobilnya.

"Ada apa? Kenapa tidak masuk?" tanya Sai, pria itu sudah duduk anteng di dalam mobilnya. Menatap Ino yang sedang diam sambil memasang wajah bingung.

"Ehmmm... anu-" Ino bingung sehingga gadis itu tidak melanjutkan perkataannya.

"Anu? Anu apa? Kalau tidak masuk nanti bisa ketinggalan kelas," ujar Sai.

Ino diam. Menatap Sai yang sudah terlihat kesal.

"Ayo Ino kamu tunggu apa lagi? Apa ada barang kamu ketinggalan di dalam? Kalau iya sana buruan ambil. Saya tunggu," kata Sai. Tapi Ino. Masih diam berdiri di samping mobil sedan milik suaminya.

"Anu pak, In-"

"Ino!" panggil seorang pria dari luar gerbang yang masih tertutup. Pria itu tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya.

"Kak senior!" ucap Ino sambil membalas lambaian tangan pria itu yang teryata adalah Tara.

"Kak senior?"

Mendengar Ino menyebut julukan itu. Membuat Sai buru-buru menoleh kebelakang. Untuk melihat siapa orang yang di panggil kak senior oleh istrinya. Ah teryata cowok itu? Tara dari fakultas hukum. Salah satu murid kesayangan Leni.

Mengecewakan tapi, dia tidak boleh ketahuan. Dan bodohnya kenapa? Ino memberi tahu alamat rumahnya.

"Ino ada apa ini?" tanya Sai marah.

"M-maaf pak, tapi kak senior maksa nanya rumah Ino dimana. Katanya besok kak senior mau jemput Ino, jad-"

"Usir anak sialan itu!" potong Sai memerintah agar Ino mengusir Tara dari rumahnya.

"T-tapi pak,"

Ah sial! Sai melupakan papan nama keluarganya yang terpampang dengan jelas di dinding dekat gerbangnya. Tidak mungkinkan? Jika pria seperti Tara tidak melihat papan nama itu?

"Lupakan Biar saya yang usir dia," putus Sai. Tidak ada pilihan lain memang. Tapi pria itu sudah memeliki rencana. Untuk menutupi pernikahannya dengan Ino.

Membuang napasnya dengan berat akhirnya setelah beberapa detik di dalam mobilnya, Sai kini memutuskan untuk turun langsung menghadapi Tara yang sedari tadi menunggu Ino di depan gerbang.

Berjalan dengan elegan, serta menunjukan raut wajahnya yang tetap tenang. Sai berjalan ke arah Tara yang sedang meyeringai.

Situasi apa ini?

"Selamat pagi pak Sai," sapa Tara.

Sai mendesis pelan. Entah kenapa felingnya sebagai seorang pria mengatakan kalau Tara adalah pria berbaya. Dan harus di jauhi.

"Selamat pagi juga," balas Sai. Seraya menatap satpam di sampingnya, memberikan kode melalui matanya agar segera membukakan gerbang di depannya.

Setelah pintu gerbang di buka. Tara langsung menatap Ino yang sedang memasang wajah ketakutan. Gadis itu masih berdiri di samping mobil Sai.

"Ada apa kamu datang ke rumah saya?" tanya Sai seraya melipat kedua tanganya di atas dada.

"Apa kedatangan saya saat ini tidak di sambut pak?" Tara tersenyum miring. Menepuk punggung Sai sekali pria itu berbisik.

"Saya datang ingin menjemput istri bapak, boleh kan?" bisik Tara. Lalu pria itu kembali menjauh. Tersenyum mengembang Tara mengancungkan satu tangannya. Meberikan kode agar Ino tidak cemas memikirkan tentangnya.

"Jangan bercanda kamu! S-saya belom punya istri," kata Sai berbohong. Ucapan Sai sangat kuat hingga Ino mendengarnya.

"Benarkah pak? Saya pikir Ino itu istri bapak? Teryata saya salah. Alahamdulillah kalau gitu. Soalnya saya cinta sama istri bapak, eh bukan. Tapi?" Tara menatap Sai yang sedang mengeraskan rahangnya.

"Ino adalah keponakan saya," cetus Sai kedua tangannya yang sedang bersedekap itu terkepal kuat.

"Bagus lah, berarti pak Sai sekarang adalah paman saya? Benar kah?"

"Paman ndasmu! Memangnya saya setuju kamu dekat-dekat dengan Ino!" sembur Sai.

"Ya harus dong, sebagai paman yang baik kan. Harus restui hubungan kami," ucap Tara sengaja memanas-manasi Sai.

"Sampai mati! Nggak akan saya restui Ino sama kamu! Pria model begini? Apa bisa melindungi Ino?" Sai mengamati sekujur tubuh Tara dari atas sampai bawah. Kerempeng, gak ada sispek-sispeknya. Jika di bandingkan dengan tubuhnya. Tara kalah jauh.

"jangan nilai, saya dari luarnya dong pak. Akan saya buktikan sejantan apa saya di bandingkan bapak!"

"Kamu?!" geram Sai. Pria itu sudah tak bisa menahan rasa kesalnya. Mendengar Tara ingin merebut Ino darinya saja sudah membuatnya kesal sekarang di tambah Tara menghina tentang seberapa jantannya dirinya?

Ah, jika tidak ada Ino sudah mati. Bocah sialan bernama Tara itu di tangannya saat ini juga.

"Saya peringati kamu! Kalau masih sayang sama nyawa. Jangan sesekali kamu berani dekati Ino!" tegas Sai penuh peringatan.

Tara tertawa remeh, bersedekap lalu Tara menatap Sai yang sudah memasang raut wajah marah.

"Emang bapak suaminya? Nggak kan?" kata Tara bertanya tentang status Sai saat ini.

Lagi mode pengen update terus😂



Mendadak Nikah! [Tamat✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang