Malam semakin larut. Suara orang di sekitar rumah kini tidak lagi terdengar, bahkan lampu-lampu di sekilingnya sudah mulai padam.
Suara jangkrik mulai mengeluarkan nyanyian-nyayian mereka.
Di tambah gesekan pada daun-daun pada ranting, membuat suara yang terdengar menyeramkan di karenakan terkena hembusan angin malam. Di tambah suara kelelawar yang tadinya bersembunyi di sarangnya kini mulai berkeliaran mencari makan.
Ino yang kebetulan, masih terbangun karena menunggu suaminya yang sedari tadi belum pulang kini gadis itu mulai cemas.
Menguap tanda jika ia sudah ngantuk berulang kali gadis itu lakukan. Matanya memerah sayup-sayup mengamati pintu utama di depannya.
Menguchek kedua matanya, Ino menegakan tubuhnya. Kedua tangannya ia gerakan seperti gerakan senam. Pemanasan. Guna agar mengurangi rasa kantuknya.
Menunggu sampai selarut ini membuat Ino bingung sendiri. Ada apa dengannya? Kenapa dirinya harus repot-repot menunggu pria yang mungkin saja tidak memintanya untuk di tunggu.
Tapi, mengingat tugasnya sebagai istri Ino jadi mengerti.
Ting..nong...ting nong..
Suara bel di tekan hingga berulang-ulang kali. Tak lupa di susul gedoran pada pintu yang membuat Ino langsung berlari.
Membukakan pintu untuk suaminya yang sedari tadi ia tunggu kehadirannya.
Tapi?
"Pak Sai da-"
Bruk..
Mata Ino membulat, kaget saat tiba-tiba kepala Sai jatuh di pundaknya.
"Ehmmm Ino, tolong mandikan saya," tangan Sai sibuk membuka dasi dan kacing atasnya.
"Badan saya panas, panas sekali hegk.." kata Sai. Pipi pria itu memerah. Jangan tanya kondisinya saat ini. Jauh dari kata rapi.
Mendengar itu Ino menjadi ngeri sendiri.
Lalu mendorong tubuh Sai yang di dorong sekali saja bisa tumbang.
Bruk...
Benar tubuh Sai jatuh ke lantai. Dengan tatapan marah pria itu menarik-narik betis gadis di depannya.
"Mandikan saya! Panas!" mohon Sai.
Ino bergedik jijik.
"Pak Sai, bapak udah gede mandi aja sana sendiri!" ujar Ino.
Sai tersenyum merekah. Kini bukan hanya pipi, tapi wajah, leher dan telinganya juga ikut memerah.
"Tubuh saya lemas! Tidak bisa di gerakan..." aduh Sai. Dan ini semua karena pria itu tengah mabuk.
Entah berapa banyak botol bir yang Sai minum, hingga berakhir seperti ini."T-ta-"
Menatap wajah Sai yang memerah membuat Ino tidak tega. Dengan penuh kehati-hatikan gadis itu membantu Sai untuk berdiri.
Lalu di rasa sudah pas, dengan posisinya memapah postur tubuh lebih besar darinya. Gadis itu menghela napas. Lalu mulai berjalan menuju kamarnya.
Menatap anak tangga yang kira-kira sebanyak 25 itu membuat Ino menelan salivanya dengan susah payah. Melirik Sai yang sedang terdidur di pundaknya.
"Dasar ih pak Sai nyusain muluh!" cibir Ino. Kesal tentunya.
Setelah mencibir Sai, Ino mulai melangkah menaiki anak tangga.
Begitu seterusnya sampai anak tangga terakhir. Ino sudah tidak sanggup lagi. Postur tubuh Sai, yang penuh dengan otot-otot itu. Ino tidak kuat jika memapah tubuh sebarat itu sendirian. Tapi melihat sebentar lagi ia akan sampai di tempat tujuannya yaitu kamar.
Ino memutuskan untuk kembali berjalan.
Menatap wajah tanpa dosa yang Sai tunjukan. Sedari tadi pria itu terus bergumam minta di mandikan.
Demi apapun! Kalau bukan suami mungkin sudah Ino lempar saja tubuh Sai ke dasar laut.
"Berat banget si pak? Makan apa? Batu ya?" keluh Ino seraya membuka handle pintu kamar mandinya.
"Ino mandikan saya..." kata Sai terdengar seperti gumaman.
Ino meringis, lalu memasukan tubuh Sai yang masih terbalut pakaian kemeja itu dengan hati-hati ke dalam bat up yang belum terisi dengan air.
"Ino.. buka kan pakaian saya," kata Sai memerintah.
Ino mundur perlahan dengan tangannya membukam mulutnya sendiri. Masya allah tubuh Sai saat ini benar-benar menggoda imannya.
"Mandikan saya Ino.." Sai mulai merengek. Lalu satu tangannya menarik tangan Ino. Mencegah gadis itu agar tidak pergi.
"Ih pak jangan pegang-pegang! Mesum!" semprot Ino sambil menepis tangan besar yang mencekal tangannya.
"Ino, saya mohon. Tubuh saya sangat panas..." mohon Sai. Kedua matanya mulai berkaca-kaca. Tubuhnya kali ini benar-benar tidak berdaya.
Sai, elergi dengan alkohol. Sedikit saja pria itu meminumnya maka begini lah jadinya.
"B-baiklah," putus Ino sambil memejamkan matanya.
"Tapi dengan satu syarat," kata Ino.
"Apa itu cepat lah, tubuh saya sangat panas..." kata Sai tidak sanggup lagi merasakan dampak alergi pada tubuhnya.
"Ino tutup mata sambil mandikannya," syarat Ino.
"Terserah cepat lakukan ini benar-benar panas!" kata Sai. Ino mengangguk lalu mulai mendekati Sai.
TbC
Udah ep 21 aja 😘
Thanks 7K nya😍