Shila menatap lekat kakaknya, yang beberapa menit yang lalu sudah di hajar habis-habisan oleh orang yang tidak dia kenal. Gadis itu menangis, kemudian menyentuh wajah kakaknya yang memar-memar. Berani sekali orang itu menyentuh kakaknya. Kemudian mengancam akan menghancurkan keluarganya."Shila jangan menangis, hemm.." kata Tara sambil mengahapus jejak air mata di pipi adiknya dengan ujung tangan.
"Kakak baik-baik saja,"
"Bagaimana baik! Aku bukan orang bodoh yang bisa dengan gampangnya kakak tipu! Lihat kondisi kakak. Orang gila itu terus menghajar kakak tanpa ampun. Dia keterlaluan sekali," tangis Shila pecah.
Tara menghembuskan napas gusar, kondisinya saat ini tidak bisa membohongi Shila.
"Kamu buat masalah apa lagi Tara?! Papa sudah liat kabar kalau kamu adalah selingkuhan istrinya Sai! Kamu mencari masalah dengan pria itu!" Bram memijat kepalanya yang berdenyut nyeri. Sejak tadi kata-kata Sai terus teriang-iang memenuhi isi kepalanya.
Mencari masalah dengan keluarga Almaguer bukan lah perkara yang mudah. Apalagi itu menyangkut tentang statusnya yang masih di bawah.
"Bagaimana jika mereka menghancurkan perusahaan kita?"
"Papa tidak perluh khawatir, Tara janji. Masalah ini tidak akan membuat perusahaan papa mengalami masalah," kata Tara menyakinkan. Itu adalah janjinya, yang di buat Citra untuknya. Ya mama Sai ikut campur dalam masalah ini. Mereka bertiga yang merencanakannya.
Bukan karena uang, Tara mau ikut serta. Hanya ingin melihat Ino berpisah dengan Sai, dengan begitu akan mempermudakannya untuk memiliki Ino, tanpa ada gangguan.
"Yakin sekali kamu?" Bram menajamkan matanya. Wajah pria itu memerah, yang benar saja. Setelah semua yang terjadi, Tara mengtakan jika perusahaannya akan baik-baik saja. Tidak mungkin, karena Bram kenal betul sifat dari anak pemilik perusahan grup Guerdan Compeny. Egois dan ambisus.
"Papa, Tara mohon percaya lah."
Shila menyentuh pipi kakaknya. Kemudian membawanya untuk mengarah menatapnya.
"Kak, papa bodoh itu tidak akan pernah mengerti. Dan aku akan percaya dengan kakak. Aku yakin kakak tidak bersalah." cetus Shila merasa yakin. Karena yang Shila tau mengenai Tara, selain baik. Tara juga tipe orang yang tidak tegaan. Bagaimana bisa pria selembut kakaknya itu bisa melakukan sesuatu yang membuat keluarganya malu. Tidak akan. Shila akan mempercayai Tara sepenuhnya.
Menyentuh sebelah pipi adiknya, bibir Tara terangkat ke atas. Dia tersenyum samar,"Shila, kamu masih kecil. Jadi kamu belum cukup mengerti. Dengan masalah kakakmu ini, dan terima kasih. Sudah mempercayai kakakmu ini."
"Aku sudah besar kak. Dan aku bisa melihat mana yang benar dan mana yang salah!" kata Shila meralat ucapan kakaknya.
"Terserah kamu Tara papa pusing." Bram angkat tangan. Masalah istrinya belum selesai, kini masalah baru datang.
Tara memasang ekspresi sedih, padahal bukan ini yang dia harapkan. Bukan dimana karenanya, Ino akan bertindak senekat itu.
Ino yang dia kenal, selalu ceria dan polos itu. Setelah kejadian hari ini. Tara merasa Ino telah berubah banyak.
"Assalamuallaikum," ucap wanita itu pelan.
Melepaskan seragam dokternya, wanita berumul 37 tahun itu masuk dengan wajah sedih.
"Ma?"
Shila berlari menuju mamanya. Yang baru saja datang dengan kondisi menyedihkan. Menepis air matanya dengan ujung tangannya. Wanita bernama Jani itu tersenyum kemudian mendongakan kepalanya.