Ep|58

2.6K 101 1
                                    

Hardan menatap Sai dengan geram. Kenapa tidak ada lelahnya? Kenapa pria itu sangat keras kepala? Jika memang dia sangat mencintai adiknya? Lalu kenapa harus membuat Ino menderita sebelumnya?

Sudah hampir setengah bulan Sai tinggal dirumahnya, tak lupa selama itu Hardan juga selalu menyiksa Sai agar nantinya mau menyerah dan melepaskan Ino.

Tapi, jauh di luar pemikiran. Sai benar-benar pria yang berbeda, sesuatu yang tidak dia lihat sebelumnya, dan sekarang setelah tinggal bersama. Teryata Sai adalah pria yang baik dan itu membuat Hardan berpikir 'kenapa hatinya mulai luluh dengan perlahan?' melihat tekad Sai tiada habisnya. Semangatnya untuk memliki Ino, sungguh membuatnya merasa bahagia serta bangga.

Walau selama setengah bulan ini, kesabarannya juga di uji. Memergoki  Sai yang diam-diam masuk ke dalam kamar adiknya.

Sejam bahkan lebih, bingung sendiri kalau berpikir. Apa yang di lakukan Sai disana? Oh tidak! Jika dia berpikir liar pasti yang ada...

Dan saat dia ingin menangkap basah Sai, malah kebalikan ia yang sepertinya malu sendiri, karena melihat Sai dan Ino hanya saling berdiam diri.

Dan saat dia tanya, Sai menjawab. Kangen. Cuma ingin melihat Ino.

Dan perkataan itu membuat hatinya tergerak, tidak enak. Bagaimanapun juga mereka sudah menikah, Sai mencintai Ino. Walau dulunya dia masih tidak mempercayainya.

"Kamu duduk!" seru Hardan, menepuk sekali sofa di sampingnya. Sai yang tadinya sedang berdiri, mengangguk pelan. Dia pun duduk disamping Hardan.

"Kabar kamu gimana?" tanya Hardan basi-basi. Dia gugup sendiri, teringat perkataannya yang tidak akan pernah menerima Sai sampai kapanpun. Sebagai adik iparnya.

Pertanyaan Hardan membuat manik Sai menyipit. Sai bukan orang bodoh yang bisa ditipu, setelah melihat ekspresi Hardan sekarang. Sepertinya Hardan mulai menerima keberadaannya.

Tidak seperti sebelumnya, menyapa aja bahkan nggak pernah. Sekarang malah disuruh duduk bersama.

Ini hal yang patut di curigai!

"Baik," jawab Sai sekenahnya.

"Begini," Hardan menggaruk alisnya yang tidak gatal itu.

Suasana hening, mendominasi semuanya. Rasa bersalah membuatnya merasa tidak enak.

"Begini Sai, setelah melihat kamu dan tek-"

"Apa saya bisa menikahi Ino?" tanya Sai menyela ucapan Hardan.

Dengan manik membulat, mulut  terbuka. Hardan menjawab.

"Gak!"

Ekspresi Sai mendadak berubah menjadi sedih.

"Gak, boleh. Sebelum kamu bawa mama dan papa kamu kesini," lanjut Hardan.

Kali ini Sai yang terkejut.

Bahagia? Tentunya. Setelah berjuang mati-matian, akhirnya dia berhasil meluluhkan hati kakak iparnya.

"Saya akan segera membawa mama dan papa. Besok, bukan. tapi hari ini!" kata Sai tidak sabaran.

Menggit bibir bawahnya pelan, Sai meremas wajahnya pelan. Dia sangat bahagia hari ini.

"Saya akan bawa mereka hari ini juga!" kata Sai sekali lagi.

Melihat itu, Hardan geleng-gelang kepala. Dia sih maklum, karena Sai sangat mencintai adiknya. Bahkan sangat-sangat mencintainya.

"Saya tunggu!" cetus Hardan seraya tersenyum lebar.

Mengangguk-anggukan kepalanya dengan cepat. Sai berkata.

"Saya harus menemui Ino sekarang! Tidak. Saya harus memberi kejutan untuk Ino!" kata Sai berbicara sendiri.

Mendadak Nikah! [Tamat✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang