Ep|12

6.6K 209 0
                                    


Senyum ceria terbit dari wanita berumur 30-an, bernama Lolita, wanita itu menyambut kedatangan Ino dengan bahagia. Setelah dua bulan tidak datang ke restaurantnya, kini Ino muncul kembali membuat Lita benar-benar bahagia.

"Ino!" teriak Lita senang, tangannya meraup tubuh kecil Ino lalu memeluknya erat.

Tiga detik berpelukan, Lita melepaskan pelukannya. Cemberut wanita itu mencubit perut Ino pelan.

"Dari mana saja kamu Ino?!" meringis Ino menutup sebelah matanya.

Mengusap perutnya sekali. Ino nyengir kemudian memamerkan deretan giginya yang tidak rapi. Karena ada gigi tumbuh di atas gusinya, itu lah yang dinamakan ginsul.

"Maaf-maaf tante," kata Ino.

Lita memalingkan wajahnya.

"Tante Lita cantik, maafkan Ino dong..." bujuk Ino. Matanya berkedip-kedip serta bibirnya merapat. Gadis itu tersenyum.

Membuang napas jerah, Lita akhirnya menyerah juga. Ia jadi tak lagi marah. Setelah melihat wajah imut keponakannya.

"Kamu mau pesan apa, kali ini tante traktir. Gak boleh makan banyak-banyak!" larang Lita.

"Anggap aja hadiah tante sama paman kamu," lanjut Lita. Ino menaikan sebelah alisnya lalu bertanya.

"Hadiah? Emang Ino lagi ulta?" Ino berpikir keras dagunya ia naikan ke atas.

"Tapi seingat Ino hari ini, Ino gak ulta tuh," kata Ino. Lita geleng kepala serta menonyor kepala Ino pelan.

"Hadiah pernikahan kamu," jelas Lita, membuat Ino membuka mulutnya.

"Tante tau dari mana Ino sudah menikah?" tanya Ino.

"Jangan bilang dari kakak?" pungkas Ino sebelum Lita menjawab.

"Tuh kamu tau!" cetus Lita. Ino berkacak pinggang. Kedua sudut matanya menyipit.

"Dasar tukang aduh!" cibir Ino terlihat tidak suka. Karena ia ingin mengatakan berita pernikahannya langsung. Dari orangnya langsung.

"Udah ih! Katanya mau makan?" sela Lita. Ino menyungging senang.

"Makanan biasa ya tante!" seru Ino dengan khas senyum cerianya.

Melihat itu Lita tersenyum senang.

Lalu pergi ke dapur untuk memasak pesanan untuk Ino.

Selama menunggu pesanannya datang, Ino sibuk memainkan ponselnya yang sudah beberapa hari ini tidak ia hidupkan.

Wah teryata banyak sekali pesan masuk dari Ahana, tentu saja memerintahnya agar kuliah.

Membaca semua pesan yang di kirimkan Ahana dari ponselnya membuat Ino terkekeh pelan.

Hana comel

Ino! Hari ini kamu gak kuliah lagi?!

Hana comel

Ino cerita dong kalau kamu lagi ada masalah?

"Ino," panggil Lita, membuat Ino yang tadinya lagi membaca pesan Lita langsung memalingkan wajahnya. Menatap Lita dengan senyumnya yang mengembang.

"Eh iya tan," sahut Ino. Sambil membantu Lita menyusun makanannya di meja.

Begitu banyak makanan membuat ludahnya keluar dari sela bibirnya yang terbuka.

"Terima kasih tante," lirih Ino yang diangguki Lita.

Ino berkecap dua kali. Saat menghitung semua jumlah makanan yang sudah di masak dengan jarinya.

Lalu tiba-tiba saat ia masih pokus menghitung, ponselnya berdering. Melihat notip pesan dari Ahana membuat senyum samar terbit dari bibir Ino.

Meraih ponselnya, Ino membalas pesan Ahana.

Ino lagi makan! Ahana jangan ganggu.

Send

Setelah mengirim pesan tersebut. Ino tertawa kecil lalu kedua tangannya bergerak untuk mengambil kepiting saus tiram dan udang di depannya.

Sementara di tempat lain, gadis dengan gaun putih itu mendesah pelan. Pesan yang baru saja di kirim Ino untuknya benar-benar mengundang amarah. Hingga tanpa sadar gadis itu memukul meja sambil berteriak.

"AWAS AJA LO INO! JUMPA GUE BUNUH LO!" teriak gadis itu bernama Ahana.

Lalu setelah gadis itu berteriak, kini semua mata berfokus menatapnya, termasuk Sai yang sedang mengajar. Pria itu memperbaiki kaca matanya, detik setelahnya melirik Ahana yang sedang meringis malu.

"Ada apa? Siapa yang mau kamu bunuh?" tanya Sai. Mengundang tawa dari mahasiswa dan mahasiswi di kelasnya.

"A-anu pak..." kata Ahana gugup.

"Anu? Anu apa?" sela Sai bertanya, kini kedua tangan pria itu terlipat rapi di atas dada. Menunggu jawaban dari siswinya.

Kalau tidak salah dengar samar-samar Sai mendengar gadis itu mengatakan akan membunuh Ino istrinya.

Terlihat gugup kembali, Ahana meruntuk Ino dalam hati.

"Katakan!" pekik Sai.

"Kamu ada masalah?" lanjut Sai bertanya.

"Kamu terlihat gugup?"

Ahana menggeleng.

"Saya tidak gugup kok pak," kata Ahana. Walau jantungnya kini berdebar tidak karuan.

"Terus masalahnya apa?" pungkas Sai.

"Tidak ada masalah," ucap Ahana berlirih.

"Kalau tidak ada masalah? Terus kenapa berteriak tadi?" introgasi Sai benar-benar membuat gadis itu mendesis kesal.

"Disini membosankan pak jadi saya berteriak..." alasan Ahana. Sai menganggukan kepalanya dua kali.

"Yaudah, kalau bosan pelajaran saya. Kamu boleh pergi!" tandas Sai sambil meyeringai.

Ahana terdiam sambil mengeraskan rahangnya.

"Awas aja loh Ino! Kali ini gue bener-bener bunuh lo!" teriak Ahana dalam hati.

TbC

Mendadak Nikah! [Tamat✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang