Tara berdehem sekali, lalu tangannya terangkat untuk mengetuk pintu kamar milik adik perempuannya bernama Sinta.
"Sheila!" panggilnya dari luar.
Yang di panggil namanya, langsung membukakan pintu untuk Tara. Wajah bantal yang di tunjukan sinta untuk kakaknya. Menandakan jika gadis berusia 14 tahun itu baru saja bangun tidur.
"Ada apa kak?" tanyanya sambil menguap.
"Uh jorok!" semprot Tara, seraya melangkah masuk ke kamar Sinta tanpa seizin dari sang pemilik kamar.
"Udah mau sore juga, bisa-bisanya kamu tidur?" ucap Tara. Kedua tangannya sibuk menyampiri barang-barang adiknya yang berserakan di lantai.
"Tadi ketiduran kak, habis ngerjain soal Fisika tahun lalu." jelas Sheila. Gadis itu kembali menutup pintunya. Lalu berjalan malas ke arah ranjang.
"Soalnya tahun ini Sheila jadi perwakilan lomba olim Fisika." lanjutnya sambil mendudukan bokongnya ke sisi ranjang.
Sinta menatap Tara yang sedang tersenyum ke arahnya.
"Jangan terlalu di paksa kali ya Shei," ujar Tara. Sinta mengangguk pelan.
"Kakak ngapain datang ke kamar aku?" tanya Sheila.
Tara menepuk keningnya sekali. Habisnya kenapa bisa dia kelupaan soal menanyakan tentang apa saja yang jadi kesukaan para gadis.
"Oh ya Shei, kakak mau tanya. Biasanya kalau cewek itu suka sama apa aja?" tanya Tara serius.
Sheila mengerutkan keningnya. Tumben sekali? Kakaknya ini menanyainya tentang kesukaan para cewek? lebih tepatnya baru kali ini Tara menanyainya tentang hal berbau tentang para cewek.
"Kakak lagi jatuh cinta sama siapa? Orangnya gimana? Pintar gak? Cantik gak? Pernah ikut lomba apa aja? Sejauh ini nilainya tentang semua mapel itu berapa?" tanya Sheila panjang lebar. Mengenai pacar kakaknya. harus lah orang yang sama seperti apa yang ada di pikirannya.
Cantik, cerdas, dewasa dan tentunya bisa membahagiakan kakaknya.
"Kakak cuma nanya Shei, kamu ni? Kakak gak lagi jatuh cin-"
"Bohong!" potong Sheila dengan lantang.
"Kakak itu gak pernah bahas tentang kesukaan para cewek. Dan sekarang? Gak salah lagi! Pasti kakak lagi jatuh cinta. Bilang sama Sheila, siapa orangnya?" desak Sheila.
Tara tersenyum terpaksa. Pria itu menggaruk sekali pelepis alisnya.
"Namanya Ino. Kakak lagi suka aja sama dia," jelas Tara.
"Orangnya lucu, ehmm imut.." Tara tersenyum saat memikirkan tentang Ino.
"Dan pastinya dia adalah orang yang bisa buat kakak bahagia," lanjut Tara.
Sheila, mengembungkan kedua pipinya. Selama Tara berbicara mengenai Ino. Tidak satu kata pun keluar dari mulut Tara memuji tentang kepitaran Ino. Apa mungkin gadis yang di sukai oleh kakaknya itu adalah orang bodoh?
"Terus apa dia pintar? Setidaknya di rumah ini tidak boleh lagi ada yang bodoh selain papa," kata Sheila dingin.
Tara terdiam sesaat. Selama dia mengenal Ino, yang dia tau hanyalah kalau gadis itu sangatlah unik dan menarik. Dia tidak perduli jika Ino pintar atau tidak.
Tapi pertanyaan Sheila benar-benar membuat Tara memikirkannya walaupun sedikit.
"Inget kak! Cukup papa saja yang bodoh, dan aku harap istri kakak itu tidak seperti papa. Kakak boleh dekat dengan siapa aja, berpacaran dengan wanita mana saja. Asalkan orang itu adalah orang yang pintar. Inget kak zaman sekarang orang bodoh itu tidak berarti apapun." nasehat Sheila. Walau yang di bilang Sheila cukuplah pedas akan tetapi ucapan adiknya itu ada benarnya juga.
"Kakak tau," balas Tara sambil tersenyum ceria.
"Pastikan kalau kakak gak ngecewain Sheila," cetus Sheila mengakhiri percakapan.
TbC.
500 kata itu terlalu sikit gak sih😂