Ino meringis ketika tangannya mulai membuka satu per satu kancing kemeja yang di kenakan oleh Sai.Matanya tertutup, saat kedua tangannya sibuk berkerja membuka pakaian yang di kenakan oleh Sai.
Usai membukakan kemeja Sai. Kini giliran membuka celana jins yang masih terpasang di pinggang Sai.
Ino mengintip dengan satu matanya. Takut jika salah pegang kan bisa gawat.
"Cepat Ino..." ujar Sai. Merintih kesakitan.
Gelagapan Ino membuka kedua matanya. Lalu matanya mulai mendelik saat tanpa sadar tangannya sudah menyentuh bagian terlarang milik suaminya.
Sai yang tidak sadar karena terlalu kepanasan hanya bisa memarahi Ino karena terlalu lama membukakan celana yang ia pakai.
"M-maaf," kata Ino ketakutan.
Tangannya bergemetar lalu membayangkan saat tangan itu menyentuh barang terlarang milik suaminya.
"Ah!" jerit Ino.
Sai menatap Ino dengan napasnya yang tersengal-sengal, wajahnya semakin memerah.
"Shower... tolong hidupkan showernya, panas," kata Sai sambil melirik shower di atasnya.
Mencoba untuk tidak panik, Ino mencoba beristigfar.
Lalu satu tangannya mencoba menyalahkan tombol hidup.Lalu beberapa detik setelahnya, air muncul bercucuran dari atas tempat Sai baringan sekarang.
Setelah merasakan air di tubuhnya, perlahan tubuh Sai mulai membaik. Hanya saja rasa nyeri dan pusing masih menguasainya.
Ino berjongkok lalu menyemprotkan sedikit sabun cair di telapak tangannya.
"Tegakan badan bapak," ujar Ino. Yang di ikuti Sai. Seperti perintah tubuh Sai mulai tegak.
Mengusap-usapkan sampai keluar busa-busa. Ino menggulum bibirnya, lalu barulah dengan gerakan lambat Ino mengusap-usap punggung Sai dengan kedua tepalak tangannya.
Punggung Sai, sangat halus, mulus dan juga bersih. Mungkin jika di bandingkan dengan punggungnya. Ino akan kalah jauh.
Huh menyebalkan! Mana ada punggung laki-laki semulus ini sih?
"Pak Sai," panggil Ino.
Sai membuka matanya lalu menjawab Ino dengan deheman.
"Hemm..."
"Kalau boleh tahu, bapak tadi kenapa?" tanya Ino merasa kepo.
"Ehmm tadi, Leni kasih minuman ke saya..."
"Leni? Bu dosen Leni? Yang jurusan hukum itukan?" tanya Ino semakin Kepo. Entah kenapa sepertinya ini menarik.
"Ya bu Leni," ralat Sai.
"Terus kenapa? Masalahnya dimana? Masak gara-gara minuman bapak jadi begini?" tanya Ino.
"Masalahnya, saya punya alergi dengan yang namanya alkohol. Saya tidak tau jika bu Leni mencapur minuman jus jeruk itu dengan alkohol," jelas Sai. Ino mengut-maut saja.
"Saya baru tau kalau pria gagah kayak pak Sai takut sama alkohol," tutur Ino sambil terus menggosok punggung Sai.
Sai menekuk wajahnya,detik setelahnya pria itu memutar kepalanya menjadi menghadap ke arah Ino.
"Alergi Ino! Saya tidak takut sama alkohol! Inget itu! Jangan bilang ke siapa-siapa, ini rahasia! Saya tidak ingin mendengar ada orang lain yang mengatakan saya takut terhadap alkohol. Camkan itu!" Kata Sai mempertegas.
"Berarti Ino orang pertama dong ya?" tanya Ino kegirangan.
Sai mencibirkan bibirnya. Sialnya karena memang benar jika orang pertama yang mengetahui kelemahannya itu hanyalah Ino. Bahkan mama dan papanya saja tidak tau jika dirinya mempunyai alergi dengan yang namanya alkohol.
Ino tersenyum merekah, lalu dengan gerakan cepat Ino mengusap-usap punggung Sai.
"Pelan-pelan Ino!" tutur Sai.
Bukannya mendengarkan apa yang suaminya katakan. Dengan nakalnya Ino semakin mengencangkan gerakan tangannya pada punggung Sai.
Hingga membuat Sai marah lalu menarik dengan kasar tangan Ino hingga membuat tubuh mungil Ino terjatuh menimpah tubuhnya.
Ino gugup, sekarang bajunya ikut basah. Menatap wajah Sai Ino mengedipkan matanya berulang-ulang. Lalu di detik berukutnya, Ino mencoba untuk bangkit namun sebelum itu Sai kembali menarik pergelangan tangannya.
"Pak Sai?" cicit Ino merasa malu.
Sai menyilahkan beberapa helai rambut Ino yang menutupi wajah gadis itu.
Sai tidak pernah menyangkah, menatap wajah Ino dengan jarak sedekat ini teryata gadis itu lumayan cantik juga.
Matanya, bibirnya, hidungnya, pipinya. Semua tubuh Ino. Sungguh pria itu ingin menyetuhnya sekarang. Tapi, bukan untuk saat ini. Nanti setelah Ino mencintainya.
Tersenyum, perlahan Sai melingkarkan kedua tangannya di pinggang milik Ino. Menariknya agar mendekat, pria itu mengecup sudut bibir Ino dengan lembut, di detik berikutnya Sai memeluk dengan lembut tubuh mungil Ino.
"Terima kasih," ungkapnya dengan matanya terpejam. Kedua tangannya memeluk tubuh Ino dengan erat.
"Karena selalu ada di samping saya," lanjut Sai.
Sementara Ino. Gadis itu hanya diam mematung saat tiba-tiba Sai memperlakukannya seperti itu.
TbC
Ahai😂
Fol me😧
![](https://img.wattpad.com/cover/181005482-288-k138470.jpg)