"Assalamuallaikum, Hardan!" teriak pria bersorban dengan tongkat di tangannya. Di samping kiri badan ada cucunya yang sedang membantunya berdiri. Keduanya Menatap rumah yang tidak terlalu besar di depannya ."Om Hardan!" panggil sang cucu ikut memanggil. Namanya Naina, gadis cantik yang baru menyelesaikan kuliahnya.
"Waallaikumsallam," balas Hardan dari dalam rumah. Semenit kemudian dia keluar dengan mengenakan kaos polos berwarna abu-abu. Melihat siapa yang datang lantas senyum mengembang terbit dari bibirnya.
"Pak Ahmad?" sentak Hardan, belari-lari kecil lalu menghampiri pria bersorban bernama Ahmad.
"Gimana kayu pesanan bapak nak Hardan, Udah selesai?"" tanya Ahmad sambil tersenyum.
"Alhamdulillah udah. Nanti siang saya antar ke rumah bapak," tutur Hardan dengan sopan. Orang yang berdiri tepat didepannya ini adalah salah satu orang yang banyak disegani oleh orang-orang di lingkungan tempat dia tinggal.
"Saya tunggu nak, saya mampir kemari cuma mau bilang terima kasih. Karena mau membantu bapak." lirih pak Ahmad.
"Jangan repot-repot lah pak Ahmad, kayak sama siapa aja. Masuk dulu pak, sarapan bareng." ajak Hardan.
"Nggak palah. Bap-"
"Ayo lah pak. Saya akan merasa terhormat kalau bapak mau sarapan di rumah saya," potong Hardan memohon.
"Hem...baik lah, bapak tanya Naina dulu." izin Pak Ahmad. Detik setelahnya melirik cucunya yang berdiri tepat di sampingnya.
"Naina, gimana kamu mau ikut sarapan di rumah nak Hardan?" tanyanya.
Mengangguk patuh. Naina gadis itu tersenyum manis, pakaian sopan. Serta tutur kata yang lemah lembut. Tidak pernah membantah, jika Hardan masih lanjang dan belum menikah. Pasti dia akan menikah sosok gadis mungil di depannya ini.
"Silahkan masuk pak," ucap Hardan mempersilahkan. Mengangguk keduanya pun ikut masuk ke dalam rumah.
****
Berjalan dengan cara mengendap-endap. Sai melirik kanan dan kiri. Mengamati sekelilingnya yang sunyi, hanya ada Ino yang sedang memasak di dapur.
Dimana Meysa? Mungkin saja wanita itu sedang mengurus putranya. Dan Hardan? Bodoh amat sama Hardan.
Sekarang niat Sai, hanya ingin menggoda istrinya. Sai sangat rindu di manja oleh Ino.
"Kamu sudah bangun?"
Suara Ino berhasil membuat Sai meringis. Pasalnya dia sudah gagal ingin mengagetkan Ino dari belakang.
"Kecewa?" tanya Ino menggoda. Gadis itu tertawa menertawai Sai yang tampak kesal.
"Pakek banget Ino," berjalan Sai memeluk Ino dari belakang. Dagu pria itu menancap di pundak kiri istrinya.
"Masak apa?" tanya Sai sambil menghirup bau wangi masakan yang di masak oleh istrinya.
"Banyak," balas Ino. Tersenyum lalu melirik Sai yang lagi bermanja di pundaknya.
"Kak Hardan!" pekik Ino dengan manik membulat.
"DIMANA?" sentak Sai. Tubuhnya kembali tegak, dan dia menatap ke penjuru ruangan.
Mendengaus penuh kekecewaan, Sai melirik Ino dengan geram. Dia takut tanpa sebab. Padahal Hardan tidak ada.
"Hahaha..." tawa Ino. Ekspresi Sai membuat perutnya terasa geli.
"Lucu ya?" tanya Sai sambil menekan katanya.
"Banget!" balas Ino yang masih saja tertawa.
Tanpa sadar ikan yang di masaknya hampir saja gosong.
"Astaghfirullah ikannya!" pekik Ino histeris.
Lantas membuat Sai gantian menertawainya.
"Sekarang aku percaya dan yakin. Jika karma itu memang ada," kata Sai. Membuat Ino jengkel lalu memukul lengan suaminya pelan.
"Ehem!" dehem Hardan. Pria itu geleng-geleng kepala. Melihat kelakuan suami istri zaman sekarang. Terlalu lebay menurutnya.
Sama-sama menoleh. Saat mendengar suara Hardan, keduanya pun meringis pelan.
"Hahaa..." tawa pak Ahmad. Menertawai Ino dan Sai.
"Bapak suka liat pasangan romantis seperti ini." cetus pak Ahmad merasa senang.
Mendengar itu. Sai dan Ino pun beralih menatap Pak Ahmad dan Naina.
"Pak Ahmad? Naina?" cicit Ino.
"Oh Ino?" kaget Naina. Melihat sahabat karibnya dari kecil itu ada tepat di depan matanya. Setelah 17 tahun akhirnya mereka bertemu kembali.
"Naina!" teriak Ino ingin berlari, Tiga detik setelahnya dia meringis, berputar arah, lalu mematikan kompor gas yang tadinya masih menyalah.
"Kamu apa kabar?" tanya Naina sambil tersenyum yang dimana senyumnya membuat Sai seketika langsung terdiam.
"Aku baik," balas Ino dengan cepat.
"Alhamdulillah," ucap Naina. Sekilas dia melirik Sai yang terus menatapnya.
Seketika mata gadis itu pun membulat. Jantungnya berdebar tidak karuan.
Apa ini? Kenapa dia kembali di pertemukan dengan mantan kekasihnya. Setelah sekian lama.
"Dia, suami Ino." kata Ino memperkenalkan Sai.
Deg.
Seketika, tubuh Naina hampir jatuh. Perkataan Ino persis seperti bom untuknya.
"Sai, ayo kenalan sama Naina."
"Naina, perkenalkan dia Sai suami Ino. Dan Sai ini Naina, teman terbaik aku selain Ahana." ucap Ino sambil memasang ekspresi bahagia.
Sedangkan orang yang di perkenalkan. Mereka Saling tukar pandang, keduanya terdiam dalam diam.
Melihat itu Ino menggembungkan mulutnya. Sedetik setelahnya Ino meraih satu tangan Sai dan satu tangan Naina, kemudian dia satukannya.
"Jangan diam aja. Ayo kenalan!" seru Ino memerintah.
TbC.
Author kok was-wasan sediri ya ngetik ini😟
![](https://img.wattpad.com/cover/181005482-288-k138470.jpg)