Berjalan ke arah taman, gadis itu terus ngedumel dengan langkahnya yang kian melambat karena gaun yang ia pakai panjang dan sungguh membuatnya kerepotan.
"Kita makan biar kenyang? Terus apa masalahnya? Jika hanya memakannya dengan cara yang sedikit bersemangat? Cih, menyebalkan!" dumel Ino kesal.
Langkahnya terhenti. Bibirnya merapat serta matanya menyipit ketika bertemu dengan pria berjas rapi dengan posisinya saat ini sedang duduk di kursi besi dengan posisi tangan pria itu menyangga kepalanya.
"Siapa lagi coba?" tanya Ino kepada dirinya sendiri.
"Permisi!" panggilnya sambil mendekati pria yang mencoba ingin ia usir keberadaannya.
"Ada apa ya?" tanya pria itu dengan suaranya yang serak. Mendongakkan kepalanya pria itu menatap Ino dengan kedua alisnya yang terangkat.
"Eh, pak dosen?" kaget Ino dengan ekspresi kaget.
"Siswi jorok?" gantian pria itu yang kaget.
"Ngapain bapak dosen disini? Lagi Galau ya?" tanya Ino. Dirinya ikut duduk di samping pria yang baru saja ia panggil dengan sebutan dosen.
"Sok tau kamu!" kilah pria itu geleng-geleng kepala.
"Terus kenapa, Pak dosen disini?" tanya Ino lagi lantaran kepo.
"Apa kalau saya berada disini itu berati saya lagi galau?"
Ino mengernyitkan dahinya,"Iya, soalnya Ino datang kesini juga karena lagi galau." kata Ino sembari menganggukkan kepala.
"Masih kecil apa yang kamu galauin?" pria itu tertawa cukup keras.
"Banyak ih pak Sai," balas Ino sambil mencibirkan bibirnya kesal. Lagian dirinya bukan lagi bocah. Emang kalau bocah gak boleh gitu galau?
ngadih-ngadih.
Melihat sudut bibir Ino yang ada cream bekas cake. Membuat pria itu tersenyum samar. Seperti biasa wanita itu selalu saja tidak memperdulikan soal penampilan.
"Pak Sai, tumben rapi bener?" kata Ino yang sedari tadi mengamati penampilan Sai.
"Saya kan yang mau nikah," ujar Sai, membuat mulut Ino berubah berbentuk huruf 'O'
"Mau nikah sama siapa pak?" tanya Ino kepo."Emang siapa yang mau nikah sama pak Sai, cerewet gini?"
"Nilai Fisika kamu bapak kurangi ya? Barusan ngatain dosennya cerewet." ancam Sai terlihat agak kesal.
Ino menyilangkan kedua tangannya.
"Jangan atuh pak, nanti saya doain gak jadi nikah loh bapak. Kalau jahat-jahat sama Ino!"
"Aminn ...." balas Sai. Merasa senang. Dan semoga doa Ino menjadi kenyataan.
"Dih kok malah di Aminin sih pak? Emang mau jomblo lagi? Gara-gara batal nikah?" kilah Ino merasa bingung.
"Entar sampe tua gak laku loh gara-gara sekali pernah gagal nikah!" lanjut Ino berkata.
"Kalau gak laku,"Sai menyeringai sudut pupil matanya melirik Ino di sampingnya,"Kan ada kamu!" lanjutnya.
Bergedik ngeri Ino bangkit dari kursinya, gadis itu memukul-mukul jidatnya sambil terus membaca mantra,"Amit! Amit!" ucapnya.
"Jangan sampe Ino nikah sama pria cerewet kayak pak Sai, ih Amit! Amit ..."
"Awas loh biasanya, dari amit-amit. Bisa jadi amin-amin," kekeh Sai. Lalu melenggang pergi meninggalkan Ino.
"Jangan lupa loh, datang pas acara pernikahan saya ..." kata Sai memperingati."dan jangan lupa itu make up kamu di perbaiki, jadi gadis jangan jorok!" tandas Sai memberitahu.
Ino yang mendengarnya hanya bisa berdercak sebal.
Setelah kepergian Sai, beberapa detik kemudian gadis itu akhirnya pergi ke arah kamar mandi untuk memperbaiki riasannya seperti yang dikatakan oleh Sai barusan.
Walau sebenarnya dirinya tidak ingin melakukannya.
Selesai.
dikit amat yak kata disetiap part wkwk