brak! Bruk! Trank!
Macam-macam benda berjatuhan ke lantai, sedangkan kedua tangan pria itu terus membongkar satu persatu data diri tentang seluruh pelajar kampusnya.
Saat data yang sejak awal ingin ia temukan, kini berhasil di temukan, bukan senyum bahagia yang terbit dari bibirnya. Melainkan seringaian jahat.
"Tara Abimanyu!" geram pria itu yang tidak lain adalah Sai. Tangan kanannya meremas map di genggamannya. Lalu detik setelahnya ia berlari meninggalakan ruangan kepala sekolah.
Satpam yang sedari tadi ikut membantu sontak menatap kepergian Sai yang sangat terburu-buru. Pria tua itu berpikir sejenak. Apa yang baru saja terjadi? Datang dengan pakaian berantakan. Kondisi yang sangat memperhatikan. Membuatnya penasaran.
"Dasar pria itu! Sudah di bantu bukannya berterima kasih," pria yang baru saja datang itu menepuk pundak satpam di depannya dengan lembut.
"Bukannya begitu pak Hardi?" pria itu tersenyum. Satpam bernama Hardi itu mundur dua langkah sedetik setelahnya langsung membungkukkan kepalanya.
"Pak kepsek?" cicit Hardi merasa sungkan. Tadi Sai yang datang, sekarang? Kenapa atasannya itu mau datang malam-malam ke kampus?
"Maaf merepotkan, tapi tolong rahasiakan kejadian malam ini. Jangan sampai ada gosip besok pagi," tutur pria itu berujar.
"I-iya pak," jawab Hardi.
"Terima kasih," kata pria itu kemudian melenggang pergi.
Di tempat lain, setelah setengah jam di dalam perjalanan. Akhirnya pria itu berhasil sampai di tempat tujuan. Sai yakin kalau di jam seperti ini cowok brengsek itu pasti ada di rumahnya.
Sai tidak akan memberi ampun, bagi pria yang sudah menyentuh miliknya. Tidak akan.
Mengeraskan rahangnya, Sai beranjak pergi menuju rumah Tara yang menurutnya lumayan besar.
"Permisi!" ucap Sai sambil jarinya menekan tombol bel.
"Permisi!" kata Sai yang sudah kesal. Jari telunjuknya itu menekan bel dengan cepat.
Sampai pagar yang sedari menghalangi pria itu masuk akhirnya terbuka.
Tanpa permisi ia langsung masuk, melongos pergi meniggalkan satpam keluarga Tara dengan ekspresi kesal.
"Anda siapa? Jangan seenaknya masuk tanpa izin! Berhenti atau saya hajar anda di tempat ini!"
Sai menghentikan langkahnya. Matanya menajam menatap pria berseragam putih hitam itu dengan sengit.
"Saya sudah emosi! Rasanya ingin sekali bunuh orang khususnya seperti anda! Diam atau saya bunuh!"
Glek.
Mundur dua langkah. Satpam itu langsung terdiam, nyalinya langsung menciut sesaat setelah melihat tatapan mengerikan dari lawannya itu.
Menarik napasnya panjang, Sai langsung menunjang pintu rumah Tara hingga berulang-ulang. Sampai membuat pintu itu rusak dan akhirnya terjatuh.
Brak!
Bunyi suara pintu rumah Tara yang terjatuh.
"Keluar kamu bocah brengsek!" teriak Sai murkah. Kedua tangannya sudah terpekal siap-siap ingin menghajar pemuda yang sudah mencium istrinya.
Mendengar suara keributan, seluruh keluarga Tara terbangun. Bahkan para pelayannya juga.
"Siapa kamu?" tanya papa Tara, menatap Sai dari ujung kepala hingga kaki.
Dan seketika kedua bola matanya membulat.
"P-pak Sai, silahkan masuk!" ajak papanya Tara itu dengan ramah.