Ep|5

9.4K 335 15
                                    

Wajah Sai kini berubah menjadi tegang ketika melihat dirinya kini di sambut dengan kasarnya dari keluarga yang kini sudah menjadi besannya.

"Enak banget kamu ya bilang maaf?! Setelah manfaati adik saya yang polos ini!" amuk Ardan lengan kemejanya sengaja pria itu gulung hingga ke atas untuk menunjukan otot-otot tangannya yang bersiap-siap ingin meghajar  pria yang sekarang statusnya berubah menjadi suami dari adiknya.

"Walaupun kamu bos dari perusahan saya bekerja, bukan berarti saya takut untuk menghajar kamu!" ungkap Ardan.  Tangannya ia putar-putar ke udara.

"Kak Ardan!" panggil Ino.

Merasa terpanggil Ardan menoleh, menatap Ino dengan tatapan murka,"Kamu diam! Jangan ikut campur! Ini masalah sesama pria!" tandasnya. Membuat Ino langsung bungkam lalu menatap Sai sambil menggelengkan kepalanya.

Selain dosen, Sai juga anak pemilik dari perusahan Ardan berkerja. Membuatnya sedikit ragu untuk menghajar pria di depannya ini. Walau tadi ia sudah mengatakan dengan sombongnya, jika dirinya tidak segan untuk menghajar Sai. Tapi nyatanya? Jika menyangkut tentang masalah pekerjaan Ardan jelas akan takut bila nanti dirinya akan di pecat setelah mendapatkan laporan bahwa dirinya telah menghajar anak dari perusahaan di mana ia bekerja.

Menarik napasnya dalam-dalam. Ardan memutar tubuhnya kasar. Kedua tangannya terkepal. Dalam hati pria itu mengumpat kesal. Lantaran tidak bisa berbuat apa-apa.

"Cepat pergi dari hadapan saya! Sebelum saya menghajar kamu dengan tangan saya. Saya tidak ingin melihat wajah kamu setelah ini!" Ardan menoleh, maniknya menajam saat menatap wajah adiknya,"Satu hal lagi jangan berani-berani ajak adik saya bersama dengan kamu!" ancam Ardan. Jelas membuat Sai terkejut ketika mendengarnya.

"Tapi Ino sekarang adalah istri saya!" tegas Sai tak kalah sangar.

"Istri? Jangan ngacoh kamu! Saya masih belum ngizinin adik saya menikah dengan pria seperti kamu!" sarkas Ardan.

"Faktanya secara hukum maupun agama dia," Sai menunjuk Ino,"Sudah sah menjadi istri saya, mau anda setuju nggaknya itu bukan urusan saya," jelas Sai. Pria itu mulai terbawa suasana.

"Jangan banyak bacot kamu! Mau saya hajar hah?!" teriak Ardan menantang.

"Ayo... demi Ino!" balas Sai.

Mendengar itu membuat kepala Ino pusing. Gadis itu menutup telinganya dengan telapak tangan. Tiga detik setelahnya gadis itu mulai berteriak.

"Hentikan!" teriak Ino ikut marah.

Mendengar itu Ardan dan Sai yang tadinya sudah bersiap-siap ingin saling pukul akhirnya menghentikan aksi mereka. kini keduanya melirik Ino.

"Jangan kayak anak kecil deh! Sebenarnya dari tadi yang kalian ributkan ini apa sih?!" tanya Ino yang masih tidak mengerti.

"Kamu!" teriak keduanya kompak.

Ino terbelalak kaget,"Hah? Kok aku sih?" tanyanya lagi.

"Karena kamu biang masalahnya," teriak keduanya lagi kompak.

"Apaan sih aneh banget?" desis ino sambil bergedikkan bahunya.

"Kamu yang aneh!" teriak keduanya lagi.

"Tolong deh, gak ada lomba kekompakan sekarang disini," tutur Ino. Membuat Ardan dan Sai tersadar jika sedari tadi yang mereka katakan itu kompak.

Ardan berdehem, pria itu melipat kedua tangannya di atas dada. Menghela napas, pria itu kembali berkata.

"Saya putuskan masalah ini. Di tentukan sendiri oleh Ino. Dia mau ikut kakaknya atau," Ardan menunjuk wajah Sai,"Kamu orang gak jelas!" sambungnya.

"Ino kamu pilih siapa?" tanya Ardan dengan matanya mulai menajam.

Melihat itu Ino tersenyum, gadis itu menepuk perutnya sekali.

"Siapa yang sanggup kasih makan aku 10 kali sehari, aku pilih dia." akhir Ino. Jelas membuat Ardan meringis sambil melirik dompetnya yang kosong melompong.

"Hanya itu?" tanya Sai sombong. Mengetahui gerak-gerik ketidak sanggupan Ardan setelah mendengar keputusan dari Ino.

"Jangan sombong. Jangankan 10 kali sehari! 100 kali sehari pun saya," Ardan menelan salivanya susah payah,"Saya masih sanggup." ucapnya sedikit ragu.

"Hah... yakin kak?" tanya Ino memastikan.

"Jangan ngeremehi uang kakakmu ini ya kak-"

"Mas susu Haikal habis ni, kamu belum beliin loh..." kata Mesya disitu harga diri Ardan langsung ambruk di depan Ino dan Sai.

"Gimana?" tanya Sai.

Ardan mengepalkan kedua tangannya.

"Baiklah... tapi awas kalau kamu berani macam-macam sama Ino," Ardan menepuk lengan berototnya dua kali,"Saya bunuh kamu!" ancamnya.

TbC

Mendadak Nikah! [Tamat✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang