Matanya menyipit, senyum tipis terbit dari bibir pria berkemeja kotak-kotak berwarna merah. Menatap gadis sepertinya ia kenal, penasaran akhirnya pria itu memutuskan untuk masuk ke dalam. Dan teryata benar. Gadis itu adalah kenalannya. Ino."Hei Ino," sapa pria itu. Bernama Tara, tersenyum, pria itu menatap ke arah Ino yang tengah sibuk mengupas kulit kepiting dengan kedua tangannya.
Terasa terpanggil Ino mendongak sejenak. Senyum makar ia tunjukan saat melihat kedatangan kakak seniornya.
"Eh kak senior?" kaget Ino. Tangannya berhenti mengupas kulit kepiting di tangannya.
"Aku punya nama kali Ino," ujar Tara,"Btw, aku boleh duduk gak ni?" tanya Tara yang diangguki Ino.
"Lupa nama kak senior," sahut Ino dengan polos. Memancing Tara tersenyum.
Mata pria itu mengamati satu per satu makanan yang di pesan Ino yang memenuhi meja makan. Tepat di depannya.
"Kamu makan semua ini?" tanya Tara heran. Lagi Ino mengangguk. Gadis itu menjilat-jilat kesepuluh jarinya.
Melihat itu Tara tertawa kecil. Membuat Ino mengerutkan keningnya lalu bertanya.
"Kenapa kak?" tanyanya. Tara mencoba berhenti tertawa, satu tangannya menuntup mulutnya.
"Kamu kocak ya? Entah kenapa seneng lihatnya..." kata Tara keceplosan.
"Ah gitu lah..." jawab Ino sekenanya. Gadis itu kembali melanjutkan aksi makannya yang sempat tertunda.
"Kamu tidak kuliah?" tanya Tara.
Ino menyeruput capit kepiting dengan rakusnya. Detik setelahnya ia melirik Tara yang tak hentinya menahan tawa.
"Kak senior sendiri gak kuliah?" Ino bertanya balik.
Tara menggaruk pelepis alisnya,"Ini lagi kuliah," kata Tara. Ino menyatuhkan kedua alisnya bingung, gimana ceritanya kuliah di restaurant?
"Hahaha..." tawa Tara menggema. Untuk yang ke sekian kalinya dirinya di buat ketawa oleh Ino yang kepolosannya melebihi apapun.
"Ino jangan bingung. Maksud aku, kami lagi ngerjai skripsi bareng teman aku, di restaurant ini..." jelas Tara.
Ino tampak berpikir keras, gadis itu masih tidak mengerti apa yang baru saja di jelaskan Tara untuknya.
"Teman aku belum datang, atau mungkin akunya datangnya kecepetan..." sambung Tara. Membuat kerutan di kening Ino perlahan menghilang.
"Bilang kek dari tadi... Ino dari tadi gak paham." jelas Ino sangking polos atau sangking bodohnya.
Tara menggulun bibir atas dan bawahnya, tersenyum lalu membuat lubang pada pipinya.
Ino yang menyandari itu langsung membulatkan matanya. ia sangat suka dengan pria berlesung pipi sama seperti Tara.
"Astaga! Kak senior punya lesung pipi?!" teriak Ino histeris. Jarinya terulur untuk menyentuh pipi kanan Tara yang berlubang.
Sebelum itu Tara memundurkan tubuhnya ke belakang disusul kedua tanganya menyilang.
"Jangan sentuh Ino..." larang Tara.
Ino langsung menghentikan aksinya, lalu kedua pipinya mengembung kesal.
"Maaf Ino, soalnya tangan ka-"
"Oh ya maaf kak.." sela Ino di barengi kekehan kecil.
"Nanti kalau tangan kamu sudah bersih kamu boleh sentuh," Tara tersenyum kemudian menampakan kedua lubang di pipinya. Lalu kedua tangannya menunjuk pipi kanan dan kirinya bersamaan.
"Kamu boleh sentuh sepuasnya..." ujar Tara.
Pipi Ino tiba-tiba memanas, mendengar ucapan Tara yang seperti menggodanya.
"Emang boleh?" Ino bertanya ragu.
"Boleh dong, untuk Ino semua boleh..." kata Tara. Mungkin membuat siapapun akan salah paham dengan perkataannya barusan. Berbeda dengan Ino yang menanggapi perkataan Tara hanya sekedar rayuan semata.
"Oke," balas Ino singkat.
"Oke apa?" tanya Tara dengan sudut bibirnya yang melengkung ke atas.
"Oke, selesai makan. Nanti Ino mau nusuk-nusuk pipi kakak..." kata Ino. Lagi membuat tawa Tara menggema.
"ih tambah gemes mau nusuk pipi kak senior!" gemas Ino.
TbC
![](https://img.wattpad.com/cover/181005482-288-k138470.jpg)