41. Sambutan Hangat

3.4K 427 370
                                    

*WARNING 18+!!!!!

Gio kembali ke tempat ini, sebuah ruang khusus yang disiapkan untuk kunjungan tahanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gio kembali ke tempat ini, sebuah ruang khusus yang disiapkan untuk kunjungan tahanan. Setelah hebohnya sebuah utas dari akun anonim perihal CEO yang melakukan banyak sekali kejahatan luar biasa, disusul dengan rilisnya data-data temuan korupsi dan suap dari pejabat pemerintah yang mempunyai kaitan erat dengan Aidan, membuat gempar Indonesia.

Memang belum disebutkan secara langsung bahwa para pejabat itu mempunyai keterlibatan dengan Kelompok Mortem, Brian hanya perlu memberikan data korupsi dan suap kepada lembaga non pemerintah yang berwenang agar mereka semua dapat dijerat.

Media Indonesia heboh, karena nama Kapolri dan beberapa struktur di bawahnya serta dari lembaga lain seperti TNI pun ikut terlibat. KPK segera turun tangan untuk melakukan pemeriksaan dan penyitaan di kediaman serta kantor para pejabat itu, ternyata benar, banyak sekali temuan yang mengarah pada perbuatan yang sudah jelas memiliki undang-undang tegas di negara ini.

Tak ada pilihan lain, seragam kebanggaan mereka kini berganti dengan seragam berwarna jingga khas dari 'hotel prodeo'.

Hal ini benar-benar sudah diluar kuasa Gio, karena Presiden sudah merilis pernyataan akan memantau dan mengawal langsung kasus ini hingga semua kebenaran terbuka. Untuk itu ia kembali mengunjungi Aidan berharap atasannya bisa memberikan pengarahan atau petunjuk untuk langkah selanjutnya.

Gio segera berdiri ketika Aidan memasuki ruangan, ternyata seminggu ditahan tidak membuat aura khas yang kuat dari lelaki itu hilang. Wajahnya masih saja tenang tak terusik, seringainya tajam mengerikan. Ia duduk tak jauh dari Gio, menatap wajah pria itu sebentar lalu berdecih seolah mentertawakan muka Gio yang terlihat lelah dan kusut.

"Bagaimana, Gio?" Gio menelan ludah, tak tahu harus memulai penjelasan dari mana. "Semua tertangkap, termasuk Kapolri dan—"

"Cukup." Aidan menyela sembari memejamkan matanya. "Siapa yang mengirim utas sialan itu?"

"Adiknya Anggra, Pak. Namanya Arimbi, kuliah di Tembalang—"

"Di mana dia sekarang?"

"Masih kami cari tahu, Pak. Sejak kejadian itu rumah Anggra kosong bahkan hingga sekarang dia jarang pulang ke rumah. Menurut yang di lapangan, ia bermalam di apartemen Nona Werel."

Lagi-lagi, Aidan menyeringai, "Menarik." Ia kemudian bersandar dengan tenang di kursi kayu sembari menyilangkan kaki. Gio benar-benar bingung harus bersikap seperti apa melihat respon Aidan yang begitu santai dan tidak gentar, ia datang mengunjungi Aidan dengan puluhan masalah yang harus ia beritahu, jika terus dibiarkan, maka bukan tidak mungkin semua rahasia Aidan selama ini akan terbongkar dan tentu saja Gio akan ikut terseret, karena hampir semua perintah Aidan dia lakukan dengan tangannya sendiri.

"Tenang, jika masih ada Nyonya Besar, semuanya bisa teratasi. Hari itu sudah dekat, Gio. Target saya hanya Haidar Rauf, kematiannya sudah cukup membayar semuanya meskipun saya harus mendekam di jeruji besi."

THE ANGEL NUMBER 110Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang