Kerinci, Jambi.
Sebuah wilayah pelosok di pulau Sumatera yang posisinya dikelilingi oleh bentangan bukit barisan, membuat daerah ini masih terjaga keasriannya, seolah tak terjamah oleh tangan luar namun kemajuan daerahnya tidak tertinggal.
Kerinci terkenal sebagai penghasil kulit kayu manis terbesar di Indonesia dan menjadi daerah eksportir utama ke luar negeri. Banyaknya jenis hutan rimba dan suhu udara yang dingin, membuat kulit kayu manis tumbuh subur dibandingkan dengan daerah lain.
Faktor inilah yang membuat Aidan berani mendirikan sebuah perusahaan yang mengolah kulit kayu manis menjadi berbagai macam produk untuk dieksport ke berbagai negara.
Bisnis ini ia rintis sejak lima tahun lalu dan langsung sukses besar karena sistem eksport langsung tanpa distributor.
Tidak pernah ada kecurigaan terhadap PT yang diberi nama Cassiana ini, karena memang perusahaan tersebut tidak pernah terlibat masalah apapun. Program CSR dilakukan dengan lancar dan rutin, pajak lancar, instrument hukum lengkap dan bahkan masyarakat terutama pelaku UMKM banyak terbantu dengan berdirinya PT Cassiana di daerah ini.
Namun, siapa yang tahu, bahwa Aidan mendirikan perusahaan itu sebagai topeng untuk menutupi bisnis ilegal dibaliknya, yaitu perdagangan narkoba kelas dunia.
Di Kerinci banyak sekali bukit-bukit yang belum terjamah serta jauh dari pemukiman warga, dengan kekayaan yang ia miliki Aidan membeli banyak tanah dengan dalih untuk menanam ribuan batang kulit kayu manis sekaligus "budidaya" ganja dalam jumlah yang tidak sedikit.
Bukit Tirai Embun, diberi nama demikian karena bukit ini sangat tinggi dan selalu dibalut oleh embun tebal, jika berada tepat dipuncaknya, orang-orang seperti bisa menggapai langit dengan kedua tangan.
Bukit inilah yang menjadi pilihan Aidan untuk membangun sebuah markas bawah tanah sebagai tempat mengolah semua ganja serta jenis narkoba lainnya, untuk diselundupkan melalui laut dengan menggunakan kapal ilegal ke berbagai negara Asia juga Australia.
Markas besar ini dibangun dengan mengeruk inti bukit dan membuat dua cabang lorong yang terdiri dari banyak ruang.
Cabang pertama sebagai tempat mengelola ganja dan narkoba, sedangkan lorong kedua berisi ruangan seperti rumah sakit tempat Aidan menyuntikkan cairan adiktif kepada sejumlah remaja tawanannya agar menjadi pecandu narkoba lalu menandai mereka dengan tato logo Mortem.
Remaja-remaja ini nantinya akan dikirim kembali ke Jawa untuk disuntikkan idealisme teroris hingga pemahaman radikalisme tertanam dalam kepala hingga mereka siap mati untuk melakukan bom bunuh diri.
Sungguh keji.
Yang paling mengguncang kemanusiaan adalah remaja-remaja ini berasal dari panti asuhan yang Aidan ambil dengan alasan menawarkan pekerjaan yang layak dan gaji besar namun kenyataannya mereka dijadikan budak untuk pemuas ambisi Aidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ANGEL NUMBER 110
FanfictionCOMPLETED✔ Dalam ilmu spiritual, angka 110 dipercaya sebagai angka yang dapat memanggil malaikat pelindung. Hal tersebut seolah diamini oleh Kepolisian Indonesia dengan menjadikan angka 110 sebagai panggilan darurat yang akan dicari masyarakat untuk...