"Pak Aidan, ada keperluan apa anda ke sini?"
Werel tidak bisa menyembunyikan nada sarkasnya saat bertanya kepada Aidan Syam Prasaja. Bahkan tatapan matanya men-scaning pria itu dari atas hingga bawah seolah keberadaan Aidan sangat tidak diharapkan untuk ada di rumah sakit tempat Daddy-nya dirawat.
"Tentu saja untuk menjenguk Pak Tjahyo, Ayah anda." Jawabnya dengan ramah tanpa terusik dengan sikap dingin Werel. Gadis itu hanya diam lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang rawat inap, kemudian suara Aidan kembali menghentikannya, "Pengawal pribadi anda sedang libur?" Werel berbalik, begitu juga Aidan. Ada kesan puas tergambar di wajahnya melihat reaksi Werel yang bisa dibilang agak terkejut dengan pertanyaan tadi.
"Pengawal pribadi? Apa maksud anda?"
"Lelaki yang datang bersama anda saat meeting pertama kita, polisi yang bernama Anggra. Dia pengawal pribadi anda, bukan? Mengapa dia tidak bersama anda? apakah sedang libur?" Tanyanya bertubi-tubi.
Jika orang lain yang menanyakan ini kepada Werel, ia tidak akan pernah mencurigai apapun, namun berbeda halnya dengan Aidan, pertanyaan ini terasa seperti bukan pertanyaan basa-basi biasa.
"Bagaimana anda tahu Anggra adalah pengawal pribadi saya?"
Aidan tersenyum. "Sepertinya anda tidak tahu sedekat apa saya dengan Pak Tjahyo, kami bersahabat dekat, anda bisa tanyakan langsung kepadanya nanti." Tiba-tiba saja Werel muak melihat wajah pria itu, ia segera memutar kenop pintu lalu masuk ke ruang rawat inap. Sedangkan Aidan kembali melanjutkan langkah dengan rasa puas karena sudah membuat Werel tidak nyaman.
"Werel?" Tjahyo sontak bangun karena terkejut saat melihat sang putri datang.
"Why you look so scared? Santai aja Dad, aku cuma sebentar di sini." Pandangan Werel terarah ke meja di samping kasur, ada vas kecil yang terisi oleh bunga ungu yang manis. "Bunga ini lagi, are you really like this flower?"
"Sudah terbiasa dari dulu, jadi aneh kalau tidak ada." Werel hanya mengangguk tanpa minat. Sedari dulu bunga ungu berukuran kecil namun lebat itu selalu ada di ruang kerja Daddy-nya, baik di rumah dan di kantor. Ternyata sampai ke rumah sakit pun Tjahyo tetap menaruh bunga itu.
"Daddy ngasih tau Pak Aidan kalau Anggra kerja untuk Daddy? Jadi pengawal pribadi aku?"
Jemari Tjahyo tergenggam erat di samping tubuhnya, Aidan ternyata sudah tau. Laki-laki itu pasti memeriksa semua tentang Werel.
"I-iya, Daddy yang kasih tau." Jawab Tjahyo berbohong.
"Oh..Oke."
Ada rasa canggung luar biasa yang menghampiri ketika Werel hanya berdua dengan Daddy-nya. Sudah bertahun-tahun tinggal di Belanda, dia tak pernah mengizinkan kedua orang tuanya untuk berkunjung.
Tjahyo dan Wilona pernah berangkat diam-diam lalu mengikuti Werel ke kampus. Sejak lulus SMA, Werel memilih untuk pergi ke luar negeri. Wilona sudah sering sekali membujuknya untuk pulang namun tak pernah ia gubris.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ANGEL NUMBER 110
FanfictionCOMPLETED✔ Dalam ilmu spiritual, angka 110 dipercaya sebagai angka yang dapat memanggil malaikat pelindung. Hal tersebut seolah diamini oleh Kepolisian Indonesia dengan menjadikan angka 110 sebagai panggilan darurat yang akan dicari masyarakat untuk...