Sebuah mobil BMW berwarna hitam mengkilap berhenti tepat di depan lobi utama salah satu hotel bintang lima Kota Semarang. Karpet merah menyambut pria jangkung yang masih menggunakan jas lengkap dan rambut klimis berwarna cerah.
Seorang pelayan hotel menyambut kedatangannya dengan penuh rasa hormat.
"Mari tuan saya antar ke kamar anda." pria itu hanya tersenyum seadanya lalu mengangguk. Saat berada di dalam lift dan menekan tombol lantai delapan, sang pelayan melirik pria yang mempunyai wajah tampan namun tegas itu lalu berdeham pelan.
"Pesanan anda sudah ready, Tuan."
Ia tersenyum, memperlihatkan lesung pipi yang seketika membuat wajah garangnya terlihat lebih ramah. "Bagus. Saya bisa sendiri, sampai di sini saja." ujarnya saat pintu lift terbuka. Sang pelayan mengangguk dan kembali ke lobi utama.
Sebelum menekan tombol bel yang terletak di depan pintu kamar, pria itu mengaktifkan sesuatu yang berukuran sangat kecil di balik kerah jasnya.
"Sepuluh menit dari sekarang." ujarnya penuh ketenangan dan seringai tajam yang mematikan.
Beberapa saat setelah itu, pintu kamar hotel terbuka dan ia disambut oleh seorang wanita berpakaian seksi, memiliki lekukan tubuh yang sangat indah serta berparas cantik.
"Look, who is coming," Wanita itu tersenyum nakal, ia mendekat dan menarik dasi berwarna biru tua milik lelaki itu.
"Terlambat dua menit sayang." katanya dengan suara yang sengaja dibuat sedikit mendesah.
"Aku membayar mu dengan harga mahal tidak untuk memprotes keterlambatan ku, Lusi." yang dipanggil Lusi tertawa pelan.
"Baiklah, kita mulai sekarang? Oh—sebentar, aku rasa tuan akan menyukai ini." Lusi menarik tangan pria itu untuk menuntunnya ke sebuah meja bulat besar di sudut ruangan. Terdapat beberapa botol minuman keras bermerek mahal dan obat-obatan dalam beberapa plastik kecil.
Pria itu menyeringai "Bagus, persiapan yang sempurna." Lusi mendekat lagi, melingkarkan kedua tangannya di leher pria itu, "Aku sudah melakukan hal ini selama bertahun-tahun. Tuan tidak akan kecewa."
"Aku kira kau hanya melayani para pejabat elit, Lu."
"Hahaha. No baby," Jemari lentiknya menyusuri hidung mancung pria itu hingga ke bibir tebalnya.
"Melayani mereka hanya bonus kalau mereka membeli dalam jumlah banyak, seperti beberapa pejabat kota ini yang memanggil ku diam-diam ke resort mereka. You know, orang di balik pemerintahan semuanya berengsek. Tapi aku suka yang berengsek, jika mereka menghasilkan banyak uang." Pria itu menarik sudut bibirnya, merasa puas.
"Oh—aku sepertinya berbicara terlalu banyak. That's why I hate a handsome man, like you. Okay, We start? Now?"
"Yeah, Now." bersamaan dengan itu, terdengar suara dobrakan yang keras dari arah pintu diikuti masuknya sepuluh orang polisi berpakaian seragam lengkap dan membawa senjata. Belum selesai kekagetan Lusi, pria di depannya dengan cepat menarik kedua tangannya lalu mengeluarkan borgol yang tersimpan di balik jas hitam yang ia kenakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ANGEL NUMBER 110
FanfictionCOMPLETED✔ Dalam ilmu spiritual, angka 110 dipercaya sebagai angka yang dapat memanggil malaikat pelindung. Hal tersebut seolah diamini oleh Kepolisian Indonesia dengan menjadikan angka 110 sebagai panggilan darurat yang akan dicari masyarakat untuk...