Anggra perlahan membuka mata dan seketika itu juga pandangannya mengabur.
BYUR!
Seseorang menyiramkan seember air tepat di wajah Anggra demi membuat lelaki itu tersadar sepenuhnya. Kekuatan siraman air yang cukup kencang membuat tubuh Anggra terhempas namun sesuatu menahan badannya sehingga tidak ambruk.
Kedua tangan Anggra ternyata diikat kuat, persis seperti malam penyekapan.
Setelah separuh kesadarannya kembali, barulah ia merasa ngilu dan nyeri di sekitar hidung, bibir dan pelipis. Ketika ia menunduk ke lantai, terdapat banyak bercak darah yang sudah dipastikan adalah miliknya.
Seorang berbadan tegap kemudian mencekik leher Anggra dan memaksanya untuk menengadah, lalu mendapati Aidan sedang duduk santai menyilangkan kaki di kursi hitam yang empuk dengan seseorang di sampingnya, Anggra mencoba menebak bahwa pria itulah yang bernama Gio, orang andalan Aidan.
"Kejutan sekali, Pak Anggra." Ujar Aidan setelah menyesap sedikit wine dari gelas kaca yang ia pegang.
"Saya tidak menyangka kedatangan tamu spesial seperti anda di tempat kumuh ini." tawa ringannya penuh ejekan, membuat Anggra muak lalu meludahkan sisa-sisa darah dari mulutnya.
"Hahahaha," Anggra tertawa, sengaja untuk memancing amarah Aidan. "Sambutan anda sangat tidak sopan, tapi tidak apa-apa, hal seperti ini sudah biasa bagi saya." Raut muka Aidan perlahan berubah dan memerah, ia bangkit untuk berjalan mendekati Anggra, mengcengkram rambut lelaki itu dengan tegas dan keras.
"Bagaimana kau bisa menggantikan Haidar Rauf?" pertanyaan itu tenang namun penuh penekanan, seraya jambakan di rambut Anggra semakin kuat. Aidan menatap Anggra dengan penuh rasa geram, bola matanya seperti mengeluarkan kilat kebencian yang sangat tajam.
Dalam kepalanya, Anggra kembali mengulang di malam ketika Werel memberitahukan tentang rencana untuk hari pembukaan festival. Di mana Anggra harus menyamar menjadi sosok Haidar Rauf karena Werel sangat yakin anak buah Aidan pasti akan melakukan sesuatu kepada gubernur Jawa Tengah itu. Ketika Anggra –yang diyakini sebagai Haidar Rauf diculik, Haidar Rauf yang sebenarnya dibawa oleh Werel diam-diam ke tempat acara, seolah hal itu adalah siasat untuk memberikan sebuah kejutan bagi rakyat yang datang.
Misi ini bertujuan untuk mengetahui tempat persembunyian Aidan dan kelompoknya, serta mencoba mencari tahu apakah ada rencana lain yang Aidan siapkan untuk merusak acara besar Kota Semarang yang persiapannya memakan waktu satu tahun lebih.
Anggra tertawa ringan tepat di depan wajah Aidan mengingat itu semua.
"Letkol Husada dan istrinya, tersangka penembakan di Patra Jasa, puluhan remaja yang anda kirim untuk melakukan bom bunuh diri, belum lagi yang kini tersiksa di tempat persembunyian anda di Kerinci, dan...Pak Irjen, apakah semua nyawa itu tidak bisa membayar kebencian anda kepada keluarga Rauf?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ANGEL NUMBER 110
FanficCOMPLETED✔ Dalam ilmu spiritual, angka 110 dipercaya sebagai angka yang dapat memanggil malaikat pelindung. Hal tersebut seolah diamini oleh Kepolisian Indonesia dengan menjadikan angka 110 sebagai panggilan darurat yang akan dicari masyarakat untuk...