COMPLETED✔
Dalam ilmu spiritual, angka 110 dipercaya sebagai angka yang dapat memanggil malaikat pelindung.
Hal tersebut seolah diamini oleh Kepolisian Indonesia dengan menjadikan angka 110 sebagai panggilan darurat yang akan dicari masyarakat untuk...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebulan pasca kejadian mengerikan di Kawasan Simpang Lima, tepatnya tanggal 10 November, Polda Jawa Tengah melakukan upacara untuk memperingati tanggal bersejarah yang biasa disebut Hari Pahlawan.
Selain mengenang para pahlawan yang gugur untuk merebut kemerdekaan puluhan tahun lalu, seluruh anggota Polri di Polda Jateng juga memperingati anggota mereka yang gugur saat insiden pengeboman di acara pembukaan festival hari jadi Kota Semarang.
Demi menghargai jasa-jasa pasukan yang terlibat, mereka yang selamat diberikan kenaikan pangkat oleh lembaga. Terutama untuk Anggra, Sena, dan Dema yang bergabung dalam tim investigasi khusus, tiga aparat itu mendapat kenaikan pangkat luar biasa dari Kapolri—yang saat ini telah diganti sementara karena Kapolri sebelumnya terlibat kasus suap.
Anggra, Sena dan Dema berdiri di tengah lapangan untuk penyematan penghargaan khusus tersebut, menggunakan seragam kebanggaan pas di badan. Riuh suara tepuk tangan menyambut momen bersejarah itu, untuk pertama kalinya anggota dari Polda Jateng mendapatkan penghargaan dan kenaikan pangkat khusus karena sudah berhasil memecahkan kasus yang tergolong luar biasa di Indonesia.
Setelah upacara dibubarkan, Egini terlihat memperhatikan Sena dari kejauhan sambil tersenyum malu, menunggu pria itu bersalaman dengan rekan-rekan yang memberikan selamat serta berfoto bersama.
Setelah sesi yang mirip dengan jumpa fans itu selesai, Egini segera menghampiri Sena.
"Hai Pak Sena! Aku harus panggil Pak, kan kalau di kantor?" ujar gadis itu sembari menarik lengan Sena untuk sedikit menunduk agar ia bisa berbisik.
"Kamu tidur selama upacara, dasar." Alih-alih merespon perkataan Egini, Sena malah memprotes Egini yang dari pertengahan upacara terlihat berkali-kali hampir terjatuh karena tidur sembari berdiri.
"Pasti kebiasaan dari dulu, setiap upacara selalu tidur."
Gadis itu menggeleng, "Aku emang jarang ikut upacara, apalagi waktu memperingati hari pahlawan begini," ujarnya dengan mempertahankan wajahnya ceria.
"Nggak punya jiwa nasionalisme kamu." Egini sedikit menunduk, raut wajahnya seketika berubah.
"Pak Sena, hari ini ada acara?"
Sena menggeleng, "Nggak, kenapa?"
"Nanti sore, temenin aku mau?"
"Ke mana?"
"Ngerayain hari pahlawan." Jawabnya sumringah. Meskipun bingung, Sena tetap mengiyakan, karena ia juga penasaran bagaimana memperingati hari pahlawan versi Egini.
Pada sore hari, Sena benar-benar menunggu Egini di parkiran kantor, tak lama setelah ia menghidupkan mobil sosok gadis dengan bawaan yang cukup banyak terlihat berlarian dari dalam gedung.
BRAK!!
Egini menaruh tumpukan berkas yang ia bawa di jok belakang mobil Sena, membuat mobil yang selalu rapi itu menjadi sedikit berantakan.