Werel memutar kenop lalu mendorong pintu berwarna hitam itu hingga terbuka setengah, segera saja semua mata tertuju kepadanya. Werel merubah ekspresi wajahnya dengan cepat, berjalan sembari membuka jaket kulit yang ia kenakan hingga menyisakan dress di atas lutut berwarna merah terang dengan lengan hanya berbentuk tali tipis. Sungguh ia berterimakasih kepada foundation mahalnya yang berhasil menutupi bekas luka di bagian tubuh yang terbuka dengan sangat baik.
Seorang pria bertumbuh gempal diapit oleh dua orang wanita berpakaian tak kalah seksi dengan Werel, menyunggingkan senyum yang cukup membuat perut Werel bergejolak dan ingin muntah karena terlihat sangat menjijikkan. Kalung emas berbentuk rantai tergantung sempurna di leher berlemaknya, belum lagi beberapa cincin dengan batu yang cukup besar menghiasi jari gendut pria itu.
Dengan pesona yang ia miliki, Werel berhasil mengunci tatapan lelaki itu agar tertuju padanya seorang. Setelah berada tepat di depan meja, Werel menuangkan isi dari sebuah botol berwarna cokelat ke dalam gelas, lalu menegukkannya perlahan dengan mata menggoda yang tak pernah lepas dari lelaki hidung belang yang sudah terpikat dengan dirinya.
"Saya tidak bisa berlama-lama, Tuan." Ujarnya sedikit mengernyit karena rasa bir yang tak sesuai di lidah.
"Saya diperintahkan ke sini hanya untuk mengambil pesanan Tuan saya." Lelaki itu sontak tertawa.
"Hahaha, kemari lah.." Werel tersenyum lagi, melempar tatapan remehnya kepada dua wanita yang duduk mengapit pria itu. "Saya orangnya tidak suka berbagi, Tuan." Pria itu langsung mengerti, ia memberi isyarat kepada kedua wanita bayaran yang berada di sisinya untuk menghindar agar Werel bisa mengisi kekosongan tempat yang mereka tinggalkan.
Werel menahan nafas sejenak ketika ia mendekat dan mendudukkan dirinya tepat di sebelah pria itu, aroma alkohol bercampur dengan parfum seperti bau orang tua membuat Werel tidak tahan. Namun, mau tak mau ia harus melewati semua ini.
Lelaki itu mendekat dan membelai rambut Werel lalu berpindah ke pipi meronanya, "Siapa namamu cantik?"
Ugh, bau mulut pria ini, bola mata dan keseluruhan wajahnya, Werel langsung tahu bahwa yang berada di hadapannya adalah pecandu narkoba sejak lama.
Werel memajukan dirinya untuk berbisik, "Saina, Tuan." Pria itu memejamkan mata, terlihat begitu menyukai sapuan nafas Werel di telinganya.
"Saina, sebelum saya berikan barang pesanan tuan mu, temani saya terlebih dahulu," kini giliran pria itu yang mendekat untuk berbisik kepada Werel, "Saya bayar berkali lipat dari yang pernah tuan mu berikan." Seketika Werel menyeringai, jebakannya berhasil.
"Bayaran saya sangat mahal Tuan, saya ragu anda bisa memenuhinya."
"Hahahaha, untuk mu, isi dunia saja bisa saya berikan." Werel menaikkan sebelah alisnya, namun senyum manis dengan bibir merah tak pernah ia hapus dari wajahnya, karena ia tahu persis pesonanya berasal dari mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ANGEL NUMBER 110
Fiksi PenggemarCOMPLETED✔ Dalam ilmu spiritual, angka 110 dipercaya sebagai angka yang dapat memanggil malaikat pelindung. Hal tersebut seolah diamini oleh Kepolisian Indonesia dengan menjadikan angka 110 sebagai panggilan darurat yang akan dicari masyarakat untuk...