42. Hari Festival

2.3K 368 131
                                    

Anggra terbangun dengan penerangan yang masih sama dengan semalam, ia memicingkan mata mencari keberadaan Werel yang sudah tak ada di sampingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anggra terbangun dengan penerangan yang masih sama dengan semalam, ia memicingkan mata mencari keberadaan Werel yang sudah tak ada di sampingnya. Lelaki itu bangun sembari memungut baju yang sudah bertebaran tak beraturan di lantai, berjalan keluar lalu mendapati Werel sedang berdiri memandang keluar jendela apartemen dengan secangkir kopi panas di tangan.

Ia mencoba berjalan diam-diam berniat untuk memeluk gadis itu dari belakang, tapi tiba-tiba,

"Prahasta Cahya Wisanggra, diam di situ." Memang insting dan kepekaan Werel tak bisa diremehkan. Anggra sontak menghentikan langkahnya seraya gadis itu berbalik dengan tatapan tajam.

Apalagi ini? Apa Werel akan melemparkan cangkir berisi kopi panas itu padanya? Karena tersadar apa yang mereka lakukan semalam adalah sebuah kesalahan yang besar?

Werel mendekat setelah meninggalkan kopinya di atas meja kecil di samping jendela.

"Lo lihat ini, ini, ini, ini dan ini. Akibat ulah lo." Werel menunjuk beberapa tanda yang terlihat di area lehernya, "Ini baru yang keliatan dari luar, belum yang—hah udah lah."

Anggra mengikuti langkah Werel dari belakang sembari mengulum senyum, berusaha menahan tawa penuh kepuasan melihat Werel memprotes dirinya, "Tapi kan semalam lo menikm—"

"Ssttttt." Werel berbalik dan menempelkan jari telunjuk di bibir Anggra, "Gue nggak mau dengar apapun dari lo, I hate you so much."

"But I love you, We—"

"Anggra stop! Lo lihat badan gue merinding," Werel memperlihatkan lengannya kepada Anggra, "Jangan nyebut-nyebut that word lagi."

Anggra tak bisa lagi menahan tawa, ia sampai memegang perut yang terasa geli melihat ekspresi Werel yang terlihat kesal. Ternyata begini rasanya berhasil menggoda wanita keras kepala seperti Werel.

Dia seperti memiliki dua kepribadian, semalam sungguh tunduk dan menurut dengan permainan Anggra, tapi sekarang sifat angkuh dan menyebalkannya kembali lagi.

Nit nit nit,

Terdengar suara seseorang menekan password pintu apartemen Werel.

Brian, akhirnya kembali setelah semalaman tak pulang.

"Bri—"

"Aidan melarikan diri dini hari tadi,"

"Hah?!"

"Apa?!" ujar Anggra dan Werel bersamaan.

"Nggra, sekarang lo pastiin keluarga lo aman, dan Werel ki—what the hell on your neck?" Brian mengerutkan kening melihat keadaan Werel, "You twodamn! Lo nanti jelasin ke gue." Sambungnya menunjuk Anggra yang menahan nafas karena tatapan tajam Brian.

"Sekarang semua polisi dikerahkan untuk mencari Aidan, that man—Hah, so insane. Dia bisa kabur tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Kaki tangannya bernama Gio untuk sementara paling dicurigai melancarkan aksi kaburnya, karena cuma dia yang menjenguk Aidan kemaren." Werel mengusap wajahnya frustasi. Anggra berlari ke ruang rahasia Werel untuk menelpon keluarganya yang saat ini masih mengungsi di rumah Eyangnya di luar kota.

THE ANGEL NUMBER 110Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang