47. Ikatan yang Lepas

2.1K 409 229
                                    

"Hahaha, Pak Anggra sih waktu itu, pakai akting jadi Om Om hidung belang segala, cuma demi nangkap si Lusi Lusi itu,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hahaha, Pak Anggra sih waktu itu, pakai akting jadi Om Om hidung belang segala, cuma demi nangkap si Lusi Lusi itu,"

"Erik Dilatas ya namanya aslinya!"

"Dih, nggak menghormati gender lo! Doi kan cewek sekarang,"

"Iya deh, terserah. Vonisnya udah jatuh ya?"

"10 tahun penjara."

Suasana istirahat siang di ruang divisi narkoba cukup ramai, karena vonis Erik Dilatas baru dijatuhkan kemarin, mereka mengulang kembali masa-masa dan proses penangkapan gembong narkoba itu.

"Pak Sena ke mana ya, Pak?"

"Anggra," Sena tiba-tiba muncul dari pintu.

"Nah itu dia. Oi Sen, kenapa?"

"Bisa sini bentar? Urgent." Anggra saling bertatapan dengan rekan kerja yang lain, terlihat bingung dengan wajah Sena yang sedikit panik. Lelaki itu berdiri dan segera menyusul langkah Sena menuju ke sudut lorong di samping ruang divisi narkoba.

"Ada apa?" tanya Anggra.

"Lo nggak tau?"

"Apaan?"

"Werel sama Brian berangkat ke Leiden hari ini." seketika jantung Anggra lupa bagaimana cara berdetak, "Maksud lo?"

"Werel sama Brian balik ke Leiden, pesawat siang ini. Gue baru di kasih tahu Dem—" belum sempat mendengar kalimat lanjutan Sena, lelaki itu berlari masuk ke ruangan untuk mengambil kunci mobil.

Namun, ia berubah pikiran, "Pinjem kunci motor lo! Buruan!" titah Anggra kepada salah satu anak buahnya yang ada di dalam ruangan. Setelah mendapatkan kunci motor, pria itu berlari sekencang mungkin sampai lupa memberi hormat saat berpapasan dengan salah satu pimpinannya di halaman.

Motor yang dikemudikan Anggra melaju sangat kencang, telapak tangannya terasa kebas karena terlalu kencang menggenggam stang motor. Dari Jalan Pleburan, motor gede berjenis sportbike itu meliuk-liuk memotong jalan pengguna kendaraaan lainnya.

Sampai di kawasan tertib lalu lintas pun, melihat lampu merah di depan mata, Anggra memelankan sedikit kecepatan dan berteriak ke salah satu polisi lalu lintas, "Saya mau nangkap orang!" tanpa menunggu respon polisi itu, ia menerobos lampu merah dan tak peduli dengan suara klakson kendaraan lain bersaut-sautan kesal.

Setelah ini Anggra pasti akan mendapat surat peringatan karena melanggar, terlebih lagi ia sedang mengenakan seragam polisinya. Sudah terlintas di pikiran Anggra, wajah murka dari atasannya, namun ia tidak peduli.

Ia hanya memikirkan harus sampai di apartemen Werel secepat mungkin sebelum gadis itu berangkat.

Anggra memarkirkan motor pinjaman dari rekannya dengan sembarangan, menekan tombol lift tergesa-gesa.

Saat ia membuka pintu apartemen Werel, kebetulan sekali gadis itu sudah memegang kopernya dan terlihat bersiap-siap untuk berangkat.

Tentu saja Werel terkejut melihat sosok Anggra yang datang tiba-tiba di apartemen, padahal ia sudah merahasiakan keberangkatannya ke Leiden kepada lelaki itu.

THE ANGEL NUMBER 110Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang