COMPLETED✔
Dalam ilmu spiritual, angka 110 dipercaya sebagai angka yang dapat memanggil malaikat pelindung.
Hal tersebut seolah diamini oleh Kepolisian Indonesia dengan menjadikan angka 110 sebagai panggilan darurat yang akan dicari masyarakat untuk...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ruang rapat Polda Jateng pagi ini sudah dipenuh oleh tim investigasi khusus yang berjumlah sepuluh orang, terdiri dari orang-orang pilihan kepolisian yang kali ini menjadi tanggung jawab Polda Jateng, BIN, dan Densus 88. Tim ini diketuai oleh Werel sendiri, pemilihan sudah disetujui oleh semua lembaga yang terlibat.
Track record Werel ternyata tak main-main, sudah banyak kasus besar yang ia ungkapkan bersama timnya di BIN. Jika misi kali ini berhasil, Werel sudah digadangkan untuk mendapat kenaikan pangkat istimewa.
Werel menghubungi semua anggota tim investigasi khusus yang diberi nama Garuda 110 (G-110) untuk berkumpul menjalankan misi pertama mereka.
Brian memang bukan anggota G-110, namun perannya sangatlah penting dalam mencari informasi. Tak banyak yang tahu bahwa Brian-lah yang berada dibelakang semua ini, ia tak pernah mempermasalahkan tentang keanggotaan karena Werel kadang membayar jasanya cukup mahal.
Setelah semua berkumpul, tanpa basa-basi Werel pun memulai rapat, ia sempat melirik Anggra sejenak yang menatapnya dengan aneh. Sejak kejadian di kamar Werel dua hari yang lalu, mereka tak bertukar kabar lagi. Saat itu Werel mendapati dirinya tertidur di kasur dan terbangun karena bunyi telepon dari Brian untuk membukakan pintu ruang rahasia, sedangkan Anggra hilang entah kemana.
Tak hanya Anggra, Dema pun juga melihatnya sungguh intens namun sarat akan sebuah permohonan. Werel tak peduli dengan dua lelaki itu, ia kemudian berdeham untuk mengkondusifkan suasana.
"Erik Dilatas, bagi yang belum tahu siapa dia silahkan baca berkas di hadapan kalian." Semua anggota tim kecuali Anggra dan Sena membuka berkas itu lalu membacanya.
"Dia salah satu pengedar narkoba besar di kota ini dan seperti yang kalian lihat, di tangannya ada tato logo Mortem." Terdengar bisik-bisik di meja rapat. "Di halaman belakang juga ada data pria yang melakukan penyerangan terhadap saya, silahkan baca terlebih dahulu." Lagi-lagi semuanya berfokus kepada berkas yang mereka pegang kecuali Anggra dan Sena, karena kedua orang yang disebut Werel adalah kriminal yang ditangani oleh divisi mereka.
"Rekan saya sudah membagi tim ini untuk menyelidiki latar belakang kedua orang itu." Werel menyambut uluran kertas yang diberikan oleh rekannya untuk membacakan siapa saja anggota tim yang sudah dipecah belah itu,
"Tim pertama, menyelidiki yang namanya Putra. Recky, Yoda, Dian, Joda, dan Wiryo, silahkan pilih ketua sendiri." Werel seketika mengumpat dalam hati, berarti nama yang tidak disebutkan satu tim dengannya? Ia mencoba setenang mungkin agar kegundahannya tidak terlihat. Dalam situasi apa saja, bagaimanapun keadaannya, Werel harus mempertahankan profesionalitas kerja.
"Werel, Anggra, Dema, Sena, bagian Erik Dilatas. Satu orang yang tersisa, Ririn, kamu berada di markas untuk merangkum informasi dari kedua tim. Semua paham?"