44. Benang Merah

2.1K 399 508
                                    

Satu jam pasca ledakan bom susulan, suasana masih tidak bisa terkontrol

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu jam pasca ledakan bom susulan, suasana masih tidak bisa terkontrol. Kerusakan terjadi di beberapa titik di kawasan Simpang Lima dan Citraland Mall. Korban meninggal dan luka-luka bercampur dengan puing-puing reruntuhan. Kepolisian dan TNI mengerahkan pasukan tambahan untuk membantu mengamankan lokasi, tim medis dari Rumah Sakit Karyadi juga ikut terlibat.

Pusat Kota Semarang yang harusnya dipenuhi dengan riuh rendah sorakan bahagia, kini berganti dengan tangisan pilu, persis seperti yang dikatakan Aidan sebelumnya.

Sena, mengedarkan pandangannya ke setiap sudut, berlari ke segala arah, menghampiri dan mengecek kerumunan korban luka-luka yang sedang ditangani secara darurat, berharap dia menemukan sosok Egini diantara orang-orang itu.

Peluh yang menetes, noda hitam yang mengotori pelipis dan hidung mancungnya akibat membantu mengevakuasi korban beberapa saat lalu, seolah menambah kesan frustasi di wajah tampan lelaki itu.

Ia berhenti sejenak di depan deretan korban yang tak selamat, menggenggam erat bola karet Egini untuk menguatkan diri, setelah cukup yakin Sena pun melangkahkan kaki lalu membuka satu persatu kain putih yang menutupi para korban itu.

Tidak, jangan sampai ada Egini di sini, batinnya.

Sena membuang nafas lega ketika di ujung deret, Egini benar-benar tidak ada. Tapi detik berikutnya pikirannya kacau lagi.

Lalu, ke mana dia?

Sena sepenuhnya yakin bahwa bola karet yang sedang ia genggam adalah milik gadis yang suka sekali mengganggu dirinya, ia hapal sekali bentuk bola karet itu karena mainan tersebut adalah benda yang selalu bersama Egini ke mana pun gadis itu pergi.

"Cek, cek. Dema, Sena, Brian, aman?"

"Aman. Gue masih menyusuri lokasi." Dema menjawab.

"Werel mana?" alih-alih menjawab pertanyaan Anggra, Brian justru balik bertanya. "Werel kena tembak, sekarang gue lagi di ambulance ngebawa dia ke rumah sakit."

"Oh shit!" Brian menendang kursi besi yang ada di dekatnya. Ia segera keluar dan berpindah ke depan untuk melajukan mobilnya, menyusul Werel.

"Gimana keadaan Ella, Nggra?"

"Gue nggak bisa ngomong banyak, pokoknya gue akan temenin dia terus."

"Oke. Maaf gue harus nyelesein yang di lokasi." Ujar Dema lagi.

"Egini hilang." Akhirnya Sena bersuara.

"Hah?!" untuk pertama kalinya, Anggra, Dema dan Brian menjawab dengan kompak. Brian otomatis menghentikan mobil yang ia kemudikan secara mendadak.

"Hilang gimana?"

"Egini kok—"

"Gue nemu gantungan bola karet yang selalu dia bawa. Ini pasti punya Egini, gue yakin." Anggra mengacak rambutnya mendengar penjelasan Sena.

THE ANGEL NUMBER 110Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang