COMPLETED✔
Dalam ilmu spiritual, angka 110 dipercaya sebagai angka yang dapat memanggil malaikat pelindung.
Hal tersebut seolah diamini oleh Kepolisian Indonesia dengan menjadikan angka 110 sebagai panggilan darurat yang akan dicari masyarakat untuk...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Baik, nanti kalau materinya sudah siap, asisten saya akan mengirimkan e-mail kepada pihak panitia."
"Baik Prof, kami tunggu." Sena berdiri sembari mengulurkan tangan kepada lelaki tua yang seluruh rambutnya telah memutih. Alis tebal, tubuh gempal, dan raut muka seperti orang sedang marah ini membuat sosok Guru Besar Hukum Pidana di kampus Egini terlihat sangat galak dan menyeramkan.
"Kamu!" Egini terlonjak kaget saat Prof. Serikat meninggikan suaranya saat menerima uluran tangan Egini. "Eh, hehehe, Prof.." ringisnya.
"Proposal kamu sudah direvisi apa belum?" sejak Tjahyo menugaskan Sena dan dirinya untuk bertemu Prof. Serikat terkait undangan seminar, Egini sudah berdo'a agar dosen pembimbingnya itu seketika lupa bahwa ia salah satu mahasiswi yang diampu untuk skripsi. Namun sayang, meskipun sudah berumur tapi ingatan dosennya itu masih sangat kuat.
"Prof, minggu depan saya janji. Keasyikan magang nih, Prof. hehehe"
"Dasar, pemalas!"
"Prof, sini saya kasih tahu." Egini mendekat dan berbisik sembari sesekali melirik Sena.
"Walaupun Prof galak, atasan saya yang berdiri di depan Prof lebih galak lagi. Auuum, marahnya kayak singa!"
"Ekhem." Prof. Serikat berdeham menahan tawa.
Bagaimana ia bisa lupa dengan mahasiswi unik seperti Egini? Yang saat bimbingan pertama menangis tersedu-sedu setelah dibentak karena tidak bisa menjawab pertanyaan paling mendasar?
Obrolan dan celotehan random dari gadis itu sering kali menjadi sebuah hiburan tersendiri bagi beliau, itulah mengapa dalam waktu singkat, Egini bisa dekat dengan dosen yang terkenal paling killer se-jurusan.
Sena hanya memasang wajah datar melihat tingkah Egini dan tak peduli sama sekali. Ia sudah menduga, apapun yang dikatakan oleh wanita itu, bukanlah suatu hal yang penting.
"Haaah. Selesai juga." Egini merentang kedua tangannya saat sudah berada di dalam mobil Sena. Laki-laki itu hanya menggeleng melihat gadis yang beberapa hari ini selalu mengikuti kemana saja Sena pergi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.