Apa tujuan terorisme?
Ya, menciptakan kepanikan dalam masyarakat untuk menunjukkan sebuah eksistensi tak terkalahkan tentang apa yang sedang diperjuangkan. Biasanya, terorisme sering dilakukan dengan memberi peringatan untuk menarik perhatian agar terciptanya kecemasan dan rasa takut.
Suasana itulah yang terasa mendominasi ruang rapat Polda Jateng ketika Kapolri beserta jajaran kepolisian, BIN, dan tim Densus 88 berkumpul.
"Bisa kita mulai rapat darurat ini?" Tanya Kapolri kepada peserta rapat.
"Izin komandan, ada anggota saya sedang menuju ke sini, dia yang bertanggung jawab atas kasus Patra Jasa yang terjadi sebelumnya." Jawab pimpinan Densus 88 pusat. Semua yang berada di ruangan saling berbisik.
Werel bergeming, gejolak itu muncul lagi. Ia tahu persis siapa sosok yang akan memasuki ruang rapat tempatnya duduk saat ini.
Anggra masih saja sulit melepaskan tatapannya dari Werel, sedangkan wanita itu tak pernah menggubris, justru telihat seperti orang tak saling mengenal.
"Izin masuk, Komandan."
Dema Prima Dirgantara, muncul dari pintu dengan seragam Densus 88 lengkap, tak lupa senjata panjang ia jinjing di tangan kanannya.
Kapolri hanya mengangguk mempersilahkan, Dema segera mencari tempat duduk yang masih tersisa untuknya.
Kedua kaki Dema tiba-tiba saja terasa berat saat melangkah setelah mendapati seorang wanita yang duduk tepat di sebelah kursi kosong di sudut ruangan. Wanita itu menatap Dema dengan tatapan yang sulit didefinisikan. Yang jelas, jantung Dema seperti ingin keluar dari kerangka dadanya terlebih ketika ia melihat seragam yang dikenakan Werel.
Gadis yang dulu terlihat polos dan begitu penurut saat masih berpacaran dengannya kini menjadi agen rahasia khusus BIN? Yang benar saja, batin Dema memberontak. Ia berdeham berkali-kali sebelum menarik kursi lalu duduk di sana.
Sedangkan Werel? Ia seketika membuang muka dengan santai seperti Dema bukanlah orang yang cukup penting untuk dia sapa.
"Silahkan, dimulai saja biar cepat." Kapolri mempersilahkan kepada Wakapolda Jateng untuk membuka rapat yang juga menjadi penanggung jawab utama atas apa yang terjadi hari ini.
"Baiklah, saya langsung kepada intinya saja. Dalam kurun waktu satu bulan, telah terjadi empat pengeboman di Kota Semarang." Wakapolda memulai penjelasannya, dimulai dari investigasi yang telah dilakukan, sejauh mana penyelidikan dan penangangan kasus, keterkaitan dengan kasus narkoba, serta kematian tersangka pun tak luput dari bahasan.
Anggra sudah tidak fokus dengan rapat ini, sedari tadi ia tak henti-hentinya melirik Dema dan Werel secara bergantian.
Bagaimana tidak, lelaki yang sejak awal sudah tidak disukai Anggra itu tak pernah mengalihkan pandangannya dari Werel.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ANGEL NUMBER 110
FanfictionCOMPLETED✔ Dalam ilmu spiritual, angka 110 dipercaya sebagai angka yang dapat memanggil malaikat pelindung. Hal tersebut seolah diamini oleh Kepolisian Indonesia dengan menjadikan angka 110 sebagai panggilan darurat yang akan dicari masyarakat untuk...