26. Misi dan Permainan

1.9K 399 143
                                    

Ketika fajar mulai menyingsing, Werel dan Dema sudah siap dengan seragam lengkap mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika fajar mulai menyingsing, Werel dan Dema sudah siap dengan seragam lengkap mereka. Kali ini Werel tidak menggunakan jas seperti biasa namun pakaian khusus agen rahasia jika melakukan misi di lapangan.

Werel sudah mengirim kode bantuan kepada markas besar yaitu Polda Jateng agar mengirimkan pasukan untuk membantu penyergapan.

Ya, Werel dan Dema akan memimpin penyergapan Pesantren Al-Maliki untuk mengumpulkan apa saja yang bisa dijadikan bukti menguak kasus Kelompok Mortem.

Logo Mortem yang mereka temukan di ruang makan, ditambah penyanderaan serta penyiksaan terhadap Anggra, Sena dan Brian sudah bisa menjadi bukti yang kuat agar bisa menyeret kelompok ini secara terang-terangan, tapi tentu harus ada bukti pendukung lainnya agar posisi tim investigasi menjadi kuat.

Anggra dan Sena merasa bersalah karena tidak bisa ikut dikarenakan kondisi fisik mereka membutuhkan istirahat beberapa hari agar bisa pulih atau setidaknya agar bisa berjalan dengan normal. Anggra sempat memaksa ingin ikut dan mengaku ia baik-baik saja namun seketika itu ditolak oleh Werel.

Dua unit pesawat militer mendarat di Bandara Tunggul Wulung membawa pasukan Densus 88 yang untuk sementara waktu disambut oleh Kapolres Cilacap menunggu Werel dan Dema tiba di tempat. Mereka melajukan mobil sekencang mungkin karena perjalanan dari Desa Sidasari memakan waktu hampir satu jam.

Sesampainya di jalan utama, sebuah mobil polisi lalu lintas sudah stand by menyambut mobil yang sedang dikemudikan Dema, ini dilakukan agar perjalanan bisa menjadi lebih cepat. Suara sirine mobil polisi itu menyeru keras di sepanjang perjalan dengan kecepatan diatas rata-rata dan membuat pengguna jalan lainnya terpaksa menepikan kendaraan mereka.

Panas terik dan udara pengap dari laut terasa menyengat kulit dan kepala. Pasukan Densus 88 yang ditugaskan sudah berbaris rapi lengkap dengan seragam dan segala persenjataan mereka. Werel pertama turun dari mobil kemudian segera menghampiri Kapolres Cilacap untuk berjabat tangan.

Saat ini situasi tidak memungkinkan untuk berbasa-basi lebih lama, Dema menyusul dari belakang melakukan penghormatan ala militer yang sudah menjadi sapaan formal sesama aparat negara.

"Silahkan, saya serahkan sepenuhnya kepada anda." Ujar Kapolres mempersilahkan.

Sempat terjadi hening sesaat sebelum Werel menatap Dema dengan yakin dan berkata, "Your turn, Dema." Lelaki itu mengangguk kemudian maju beberapa langkah untuk mengambil alih pasukannya.

Werel merasa memang Dema-lah orang yang tepat karena secara stuktur internal Densus 88 pun, pria itu adalah ketuanya.

"Selamat pagi!!!"

"Pagi!!!" suara lantang menggema mengisi ruang terbuka landasan pesawat di bandara yang berukuran kecil itu.

"Misi kita hari ini melakukan penyergapan di sebuah pesantren bernama Al-Maliki." Peluh mulai menetes diantara topi pelindung yang mereka kenakan, sepertinya matahari pun tak kalah semangat dari pasukan ini.

THE ANGEL NUMBER 110Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang