3 tahun kemudian....
01 Juli, Hari Bhayangkara.
DORR!!DORR!!
DORR!!
"Tangan lo masih sakit, Nggra? Meleset terus." Ujar Dema dari belakang Anggra sembari memperhatikan papan sasaran yang berada beberapa meter di depan mereka.
"Lo nggak jadi periksa ke dokter Ortopedi? Maher udah ngasih kontaknya ke lo kan?" sambung Sena dari kursi tak jauh dari Anggra berdiri.
Pria yang sedang dibicarakan tak merespon, ia hanya sibuk memijit pundak dan memutar lengannya berusaha merilekskan otot-otot.
Sudah satu tahun bahu sebelah kanan Anggra sakit karena tertimpa reruntuhan saat misi penangkapan markas gembong narkoba, ia sempat dirawat selama sebulan di rumah sakit karena hal itu. Dokter mengatakan sakit di pundak Anggra akan sulit sembuh seperti sedia kala karena ada bagian syaraf yang lepas saking kerasnya benturan.
Sejak saat itu, jika ia sudah terlalu keras bekerja, maka sakit di pundaknya akan ngilu kembali. Terlebih ketika saat terlalu lama latihan menembak, terkadang sakitnya tak tertahankan.
"Palingan bentar lagi hilang sakitnya, selow lah, kalian berdua makin khawatiran aja perasaan." Ujar Anggra sembari tertawa ringan. Dema dan Sena hanya saling bertatapan, bahasan ini cukup serius bagi mereka. Entah mengapa Anggra selalu menunda pemeriksaan ulangnya kepada dokter spesialis yang sudah Maher sarankan. Bukan masalah kinerja Anggra yang semakin berkurang, tapi ini masalah kesehatan pria itu.
Apalagi semenjak kepergian Werel ke Leiden, Anggra seperti manusia yang gila kerja. Sering sekali ia tidak pulang dari kantor berhari-hari dan tidur di atas sofa ruang divisi narkoba. Ia memang jarang membahas tentang Werel, tapi baik Sena ataupun Dema, mereka tahu persis bahwa tidak pernah seharipun lelaki itu tidak merindukan Werel.
Hal ini terbukti dari Anggra yang menjadikan apartemen wanita itu sebagai rumah kedua. Anggra sering sekali menginap di sana karena memang Werel tidak menjual unitnya dan bahkan tidak mengganti password, seolah sengaja meninggalkan tempat yang banyak menyimpan kenangan agar Anggra selalu mengingatnya.
Bahkan pernah suatu ketika Sena berkunjung untuk memberikan berkas yang harus di tanda tangani Anggra, ia melihat letak dan posisi semua perabotan tidak ada yang berubah. Terutama di bagian kamar Werel, Anggra bahkan rutin mengisi ulang parfum untuk alat aroma diffuser dengan wewangian vanilla favorit Werel.
Anggra benar-benar tidak mengubah apapun yang ada di sana meskipun menggeser letak frame atau benda-benda kecil lainnya.
Tentu saja hal ini membuat Sena dan Dema khawatir kepada sahabat mereka, kepergian Werel benar-benar memberikan efek luar biasa kepada lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ANGEL NUMBER 110
FanfictionCOMPLETED✔ Dalam ilmu spiritual, angka 110 dipercaya sebagai angka yang dapat memanggil malaikat pelindung. Hal tersebut seolah diamini oleh Kepolisian Indonesia dengan menjadikan angka 110 sebagai panggilan darurat yang akan dicari masyarakat untuk...