13. Leiden dan Awal Semuanya

2.1K 397 207
                                    

"Dem, serius ya kamu cuma sebentar di sini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dem, serius ya kamu cuma sebentar di sini?"

"Yaelah, kamu kenapa panik gini sih, La? Kan bareng aku."

Dema Prima Dirgantara.

Salah satu teman kampus Werel saat kuliah strata satu di Universitas Leiden

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salah satu teman kampus Werel saat kuliah strata satu di Universitas Leiden. Berbeda dengan Werel yang selalu sendiri dan tidak punya teman, sering menghabiskan waktu di perpustakaan untuk belajar atau sibuk di kafe untuk bekerja, justru Dema adalah seorang social butterfly  yang punya banyak teman. Circle pertamanannya pun tak main-main, terdiri dari anak keluarga kaya dan serba berkecukupan. Tak heran, karena Dema pun juga sama. Ia adalah cucu dari salah seorang pengusaha kaya raya di Indonesia. Lelaki itu memilih untuk sekolah di luar negeri pun hanya karena ingin terbebas dari aturan keluarganya yang bisa dibilang sangat disiplin.

Werel dan Dema pertama kali berkenalan sejak pria itu mampir di kafe tempat Werel bekerja part time. Secara tidak sengaja Dema mendengar Werel berbicara menggunakan bahasa Indonesia saat menelpon, bukan hal yang sulit bagi Dema untuk mendekati seseorang, wajah yang tampan di atas rata-rata, pintar, pengetahuan luas dan skill berbicara yang menarik membuat Werel betah mengobrol lama-lama dengannya.

Sejak perkenalan mereka, selama sebulan Dema selalu mampir ke kafe untuk bertemu dengan Werel, mengajak makan malam lalu mengantar gadis itu pulang. Sering juga ia menemani Werel belajar berjam-jam di perpustakaan tanpa protes sedikit pun. Segala hal yang dilakukan Dema berhasil membuat Werel luluh.

Semua mengalir begitu saja sampai pada akhirnya Werel menaruh perasaan lebih kepada Dema. Bahkan ia secara terus terang mengungkapkan ketertarikannya kepada lelaki itu dan disambut dengan baik.

Dema menerima pengakuan Werel, tapi mereka tak pernah memberi ikatan jelas atas hubungan mereka. Tidak ada ajakan untuk pacaran sebagaimana biasanya, namun mereka menjalani hari seperti layaknya orang berpacaran.

Dema sering menginap di apartemen Werel, begitu juga sebaliknya. Waktu tiga bulan ternyata berhasil membuat perasaan Werel tumbuh dengan pesat, bahkan ia memberikan apa yang seharusnya ia jaga sebagai seorang wanita kepada Dema, saking percaya dan sayangnya ia kepada lelaki itu.

THE ANGEL NUMBER 110Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang