SATU

3.7K 211 98
                                    

"Halo, Bran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Halo, Bran. Kau ada di mana sekarang?"

Pria yang disapa Bran menjawab sambil menyetir mobilnya. "Aku baru saja tiba di Jakarta, Ri. Ada apa? Need help?"

Terdengar suara tawa dari seberang telepon. "Kau tahu saja, Bran. Ya, aku sedang butuh bantuanmu sekarang, tetapi kau baru saja tiba. Kutahu kau pasti sangat lelah. Sebaiknya, tidak perlu saja, Bran. Kau butuh waktu untuk istirahat."

Brandon terkekeh. "No problem for me, Ri. Sebenarnya, kau ingin minta bantuan apa? Aku siap membantu apapun untukmu, Ri. Kita 'kan sudah lama berteman. Jadi, jangan sungkan untuk minta bantuan padaku!"

"Terima kasih, Bran. Kau memang teman terbaikku. Aku ingin minta tolong padamu untuk menggantikan posisi Andi sementara waktu menjadi tukang ojek. Dia sedang sakit, sedangkan yang lain sedang sibuk. Jika kau tidak bisa, aku tidak akan —"

"Oke, aku siap, Ri," potong Brandon cepat. "Setelah balik ke apartemen nanti, aku akan singgah ke tempatmu."

"Oke siap ..., Captain!" seru Rio dari seberang telepon.

Setelah Rio menutup panggilannya, Brandon melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju apartemen yang telah dibelinya sejak dia menginjakkan kakinya pertama kali di Jakarta.

Di waktu yang sama, seorang gadis sedang duduk di kursi taman kampus sambil membaca buku. Buku-buku berukuran tebal selalu menemaninya di sela waktu luangnya. Tidak melulu buku pelajaran, buku jenis apa saja dibacanya setiap hari. Baginya, membaca buku telah menjadi bagian dari jiwanya. Sehari saja dia tidak membaca buku, separuh jiwanya seolah menghilang.

"Fey ...."

Gadis itu menoleh ketika temannya memanggil namanya. Dahinya mengerut melihat temannya terengah-engah di depannya. "Kau kenapa, Del?"

Sembari mengatur napasnya, Adelina menjawab, "Aku mencarimu ke mana-mana, Fey. Ternyata, kau sedang duduk di sini."

Feyzia terkekeh. "Kau tahu 'kan jika tempat favoritku di taman ini. Kenapa harus mencariku ke tempat lain?"

Adelina menepuk dahinya. "Oh iya, Fey. Aku lupa."

Feyzia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Penyakit lupamu itu memang tidak pernah berubah, Del. Dari dulu masih saja tidak sembuh-sembuh," candanya dengan tertawa ringan.

Adelina menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. "Sorry, Fey," balasnya dengan terkekeh malu. "Sebenarnya, aku ingin mengajakmu ke kafe De Food yang baru dibuka kemarin. Aku ingin mencicipi makanan yang ada di sana. Apa kau mau menemaniku?"

"Emm ... bagaimana, ya?" Feyzia mengetuk-ngetuk dagunya. Berpura-pura sedang berpikir.

Adelina duduk di samping Feyzia. "Oh ... ayolah, Fey! Mau, ya ...?" Menempelkan kedua telapak tangannya di depan dada seraya menatap Feyzia dengan tatapan memohon. "Please ...! Temani aku! Sebentar ... saja. Aku janji tidak akan lama."

I'm Yours, Captain!✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang