LIMA

1.3K 153 135
                                        

Perempuan itu harusnya disayangi dan diperlakukan dengan baik, bukan untuk dikasari ataupun dilukai.

~Brandon E. Herwingson ~

✈✈✈

Langkah Feyzia terseok-seok mengikuti langkah Davin yang menarik tangannya secara paksa.

"Sebenarnya, ke mana kau ingin membawaku, Vin?"

"Sebentar lagi, kau juga akan mengetahuinya." Tanpa menoleh, Davin menjawab dengan nada dingin.

Seketika, rasa takut menyelimuti hati Feyzia membuat gadis itu menjadi gugup dan gelisah. Feyzia melebarkan matanya ketika melihat arah tempat yang dituju Davin. Feyzia merasa akan terjadi sesuatu yang buruk padanya.

"Lepaskan tanganku, Vin!" ucap Feyzia bernada perintah seraya meronta-ronta. Dia berusaha melepaskan tangannya dari cengkeraman Davin.

Davin tidak menghiraukan ucapan Feyzia. Pria itu terus menarik tangan Feyzia tanpa ada rasa iba kepada gadis yang sedang menahan sakit pada pergelangan tangannya.

"Vin, lepaskan tanganku!"

"Aku tidak akan melepasmu!"

Dengan sekuat tenaga, Feyzia menghentikan langkahnya agar Davin tidak membawanya masuk ke dalam gudang kampus.

"Apa yang akan kau lakukan padaku?"

Davin menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke belakang. Sorotan matanya menatap Feyzia dengan tatapan tajam.

"Kau sudah berani mengerjaiku tadi pagi, maka kau harus mendapat hukuman yang setimpal atas perbuatanmu."

Melihat seringaian tipis di ujung bibir Davin membuat Feyzia semakin takut. Dia tahu Davin benar-benar akan menghukumnya. Dia menghela napas pelan sebelum berkata, "Aku melakukannya karena kesal melihat sikapmu yang pura-pura baik di depan orangtuaku."

Davin terkekeh pelan. "Aku memang berpura-pura baik di depan orangtuamu agar mereka mengira bahwa aku adalah calon suami yang baik untukmu dan mereka akan lebih memercayaiku. Dengan begitu, aku akan lebih mudah menyiksamu sesuka hatiku."

"Kau jahat, Vin!"

Davin menanggapi ucapan Feyzia dengan tertawa keras. "Terserah kau ingin berkata apa tentangku. Yang jelas, kau dan orangtuamu itu sangat mudah dibodohi."

"Apa maksudmu?"

Davin tertawa singkat. "Sebenarnya, pertunangan kita itu hanya sebuah tipuan semata agar ayahku bisa menguasai saham ayahmu di perusahaan keluargaku."

Dahi Feyzia berkerut. "Apa kau bilang? Tipuan semata?" ulangnya.

"Kau terkejut?" Davin tertawa keras. "Setelah kita resmi tunangan, semua saham ayahmu itu akan menjadi milik ayahku seutuhnya. Selain itu, setengah dari kekayaan ayahmu adalah milikku. Sebuah rencana yang hebat, 'kan?"

Feyzia menjadi geram dengan kata-kata Davin. Sebelah tangannya melayang ke atas hendak menampar wajah Davin, akan tetapi gerakan tangannya langsung ditahan oleh pria itu dengan mudah.

"Tampaknya, kau tidak takut padaku," ucap Davin.

Rasa takut pun seketika lenyap dan berganti dengan rasa amarah pada diri Feyzia. "Untuk apa aku takut pada pria sepertimu?"

Davin merasa tertantang dengan ucapan Feyzia. "Lihat saja apa yang akan aku lakukan padamu! Kau harus tahu sedang berhadapan dengan siapa sekarang."

"Kau boleh menyiksaku atau mengataiku apapun asalkan tidak pada orangtuaku. Aku tidak terima!"

Davin menarik kedua tangan Feyzia. "Cepat, ikut aku!"

I'm Yours, Captain!✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang