EMPAT BELAS

931 112 41
                                        

"Pi, Mi, aku ingin bicara."

Erza dan Farah yang sedang duduk santai di teras belakang, lantas menoleh ke arah Feyzia.

"Ada apa, Fey?" tanya Erza sambil menepuk-nepuk kursi santai di sampingnya. "Duduklah!"

"Ada yang ingin aku tunjukkan kepada Mami dan Papi," ucap Feyzia setelah duduk di kursi samping ayahnya.

Erza menautkan kedua alisnya. "Apa itu, Fey?"

Farah tidak merespons ucapan Feyzia. Dia masih kecewa dengan Feyzia gara-gara kejadian semalam. Dia memilih membaca majalah bisnis yang sedari tadi sedang dibacanya.

Feyzia membuka laptop miliknya, lalu memutar rekaman kamera CCTV dan menunjukkannya kepada Erza dan Farah.

Belum sempat Erza dan Farah melihat rekaman tersebut, Sumi menghampiri majikannya. "Permisi, Tuan, Nyonya. Ada dua orang sedang menunggu Tuan dan Nyonya di ruang tamu."

"Siapa, Bik?" tanya Farah.

"Mereka mengaku sebagai panitia acara pertunangan Non Feyzia, Nyonya," jawab Sumi seraya menundukkan kepalanya.

"Ayo kita temui mereka, Sayang!" seru Erza mengajak istrinya.

Farah beranjak dari tempat duduknya. "Sepertinya, mereka ingin membicarakan tentang dekorasi dan katering nanti."

"Hmm ... sepertinya begitu," balas Erza seraya ikut berdiri di samping Farah, lalu menoleh ke arah Feyzia. "Ah ... Fey, kita lanjutkan nanti, ya. Papi dan mami sedang ada tamu."

Feyzia tersenyum kecut. "Ya, Pi."

Erza dan Farah melangkah masuk ke dalam bersama. Meninggalkan Feyzia yang masih duduk di sana.

Feyzia menghela napas panjang seraya menatap sedih ke layar laptop. "Padahal, tinggal sedikit lagi mami dan papi akan mengetahui kebenaran ini," gumamnya pelan.

✈✈✈

Adelina membuka pintu kamar Feyzia dan langsung masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu. "Hai, Fey," sapanya dengan cengiran khasnya.

Feyzia sedang berdiri di depan jendela kaca, menoleh ke arah pintu. "Kupikir, kau tidak jadi datang."

Adelina duduk di pinggir ranjang Feyzia. "Aku pasti datang, Fey. Apa yang tidak akan kulakukan untuk teman terbaikku ini?"

Feyzia tertawa kecil sembari berjalan menghampiri Adelina dan duduk di sampingnya. "Terima kasih kau sudah menjadi teman terbaikku selama ini, Del. Kau selalu ada di saat aku sedang ada masalah atau butuh bantuanmu."

Adelina menyentuh punggung tangan Feyzia. "Kita sudah berteman sejak kecil, Fey. Kau sudah kuanggap seperti saudara dan aku akan selalu ada untukmu, Fey."

Feyzia langsung memeluk Adelina.
"Sampai kapan pun, kau adalah teman terbaikku, Del. Aku tidak akan pernah melupakan momen-momen yang sudah kita lewati bersama."

Adelina melepas diri dari pelukan Feyzia. "Oh ya, kau bilang di telepon tadi ingin menunjukkan sesuatu padaku. Apa itu, Fey?"

"Tunggu sebentar." Feyzia mengambil laptop miliknya, lalu memutar rekaman kamera CCTV dan menunjukkannya kepada Adelina.

"Davin benar-benar sudah keterlaluan, Fey," ucap Adelina usai melihat rekaman tersebut.

"Ya ... dan aku pasrah dengan jalan hidupku ini. Mungkin ... ini sudah takdirku, Del," balas Feyzia dengan helaan napas panjang keluar dari mulutnya.

"Kau jangan mudah menyerah dengan keadaan, Fey! Masih ada waktu untuk membatalkan semuanya," ujar Adelina memberi semangat.

Feyzia menggeleng. "Besok lusa, acara pertunanganku akan berlangsung. Kita tidak punya banyak waktu untuk membatalkannya, Del."

I'm Yours, Captain!✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang