TUJUH BELAS

1K 115 9
                                    

Jika kita sudah diberi kepercayaan oleh orang lain, jagalah dengan baik! Sekali berbohong, maka kepercayaan itu akan lenyap. Menyesal pun tiada guna.

~ Steffy Hans ~

✈✈✈

Feyzia mengedarkan tatapannya. Terlihat Adelina sedang duduk di antara para tamu. Gadis cantik itu tersenyum seraya sedikit mengacungkan jempolnya. Feyzia tersenyum tipis. Ternyata, memang Adel yang merekam video itu.

Tayangan video itu masih berjalan. Para tamu berbisik-bisik membicarakan Davin dan keluarganya. Mereka tidak menyangka sikap Davin akan sekeji itu terhadap Feyzia, calon tunangannya.

Semua pasang mata masih tertuju pada layar besar itu. Menanti apa yang akan terjadi selanjutnya.

Davin terkekeh pelan. "Aku memang berpura-pura baik di depan orangtuamu agar mereka mengira bahwa aku adalah calon suami yang baik untukmu dan mereka akan lebih memercayaiku. Dengan begitu, aku akan lebih mudah menyiksamu sesuka hatiku."

"Kau jahat, Vin!"

Davin menanggapi ucapan Feyzia dengan tertawa keras. "Terserah kau ingin berkata apa tentangku. Yang jelas, kau dan orangtuamu itu sangat mudah dibodohi."

Erza dan Farah membulatkan mata. Terkejut dengan kata-kata Davin. Tatapan mereka menajam ke arah Davin. Hati mereka terasa sangat sakit. Mereka begitu memercayai dan membela Davin, tetapi apa yang didapat mereka? Sebuah pengkhianatan dan penipuan. Seketika, rasa bersalah pun menghampiri diri mereka karena sudah tidak percaya dengan semua ucapan Feyzia, putri tunggal mereka sendiri.

"Apa maksudmu?"

Davin tertawa singkat. "Sebenarnya, pertunangan kita itu hanya sebuah tipuan semata agar ayahku bisa menguasai saham ayahmu di perusahaan keluargaku."

Dahi Feyzia berkerut. "Apa kau bilang? Tipuan semata?" ulangnya.

"Kau terkejut?" Davin tertawa keras. "Setelah kita resmi tunangan, semua saham ayahmu itu akan menjadi milik ayahku seutuhnya. Selain itu, setengah dari kekayaan ayahmu adalah milikku. Sebuah rencana yang hebat, 'kan?"

Dani dan Vira tidak bisa berkutik ketika tatapan Erza, Farah, dan para tamu  tertuju ke arah mereka. Mereka merutuki kebodohan Davin yang sudah membocorkan rahasia mereka di depan Feyzia. Kini, tak hanya Erza dan Farah yang tahu, para tamu juga. Mereka jadi semakin malu. Ingin rasanya segera pergi dari hadapan semuanya, tetapi mereka tidak bisa pergi ke mana-mana. Erza dan Farah sedang menghampiri mereka.

"Aku tidak menyangka kau berencana sekeji itu, Dan. Kita sudah berteman sejak lama. Kenapa kau tega melakukan ini kepadaku? Ingatlah bahwa aku yang sudah menolongmu dari keterpurukan, Dan! Jika aku tidak menolongmu saat itu, mungkin kau tidak akan bisa hidup seperti sekarang ini," ungkap Erza dengan nada kecewa.

"A—aku ...." Dani tidak punya pilihan lain. Dia menundukkan kepalanya. Tak berani menatap Erza. "Maafkan aku, Za! Maafkan aku! Aku tidak bermaksud mengkhianati pertemanan kita. Hanya saja, aku—"

Erza memotong ucapan Dani. "Kau ingin menyangkal tentang apa, Dan? Video itu sudah menjelaskan semuanya. Anakmu sendiri yang mengungkapkannya di depan putriku. Aku kecewa padamu, Dan. Kupikir dengan pertunangan ini, hubungan pertemanan kita bisa semakin dekat seperti keluarga. Nyatanya, kau membalas semua kebaikanku selama ini dengan sebuah pengkhianatan. Mulai sekarang, pertemanan kita berakhir, Dan. Mengenai sahamku di perusahaanmu, asistenku yang akan mengurusnya."

Dani menyusul langkah Erza dan Farah. "Za, maafkan aku! Aku sungguh menyesal. Aku—"

Erza menoleh dan mengangkat jari telunjuknya. "Aku tidak akan pernah memaafkanmu, Dan. Apa yang kau lakukan itu sudah keterlaluan. Menyesal pun tidak ada gunanya lagi sekarang. Semua sudah terjadi dan tidak akan bisa kembali seperti semula."

I'm Yours, Captain!✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang