SEMBILAN

1K 130 69
                                    

"B—bang Brandon," ucap Somad dengan suara yang semakin pelan.

Brandon tersenyum lebar. "Kita sudah lama tidak bertemu, Som."

Davin mengerutkan dahinya seraya menatap ke arah Brandon dan Somad bergantian dengan tatapan keheranan. "Apa-apaan ini!" sergahnya sambil menatap Somad. "Kau kenal dengan pria itu?"

"Apakah pria itu yang Bos maksud tadi?"

"Ya. Memangnya kenapa jika dia orangnya?"

Somad menundukkan kepalanya di depan Davin. "Ma—maafkan sa—saya, Bos! Saya tidak bisa menjalankan tugas ini lagi."

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti."

"Saya tidak bisa menembaknya, Bos."

"Ingat, Som! Aku sudah membayarmu dengan jumlah uang yang banyak. Jadi, kau harus melakukan apa yang kuperintahkan!"

"Saya akan mengembalikan uang Anda, Bos."

Davin mengembuskan napas kasar. "Aku tidak tahu harus berkata apa padamu, Som." Mengusap kasar pada wajahnya, lalu mengambil pistol Somad yang terjatuh di aspal. "Cepat, tembak dia sekarang! Setelah itu, kau bebas melakukan apa pun dan kita tidak ada urusan lagi."

Somad menolak mengambil pistolnya yang berada di tangan Davin. "Maaf, Bos. Saya tetap tidak bisa melakukannya. Saya sangat berutang budi kepada bang Brandon. Dulu dia pernah menolong saya saat hampir dibunuh orang lain. Jika saat itu dia tidak datang, mungkin sekarang saya su—"

Davin menyela, "Apa pun alasanmu itu, aku tidak peduli!"

Somad tidak sanggup menatap wajah Davin. Tatapan pria itu sangat mengerikan seolah-olah akan menelannya hidup-hidup. Kepalanya masih tertunduk. "Ma—maafkan saya, Bos."

Somad bergegas menghampiri Brandon, lalu menempelkan kedua telapak tangannya di depan wajah. "Maafkan saya, Bang. Saya tidak bermaksud untuk menembak Abang. Saya hanya diperintah saja. Saya juga tidak tahu jika Abang adalah orang yang dimaksud Bos Davin. Sekali lagi, maafkan saya, Bang."

"Tidak apa-apa, Som. Saya mengerti."

Somad menggenggam tangan Brandon. "Terima kasih, Bang. Terima kasih sudah memaafkan saya. Kalau begitu, saya pamit undur diri."

Brandon mengangguk. "Baiklah. Semoga kita bisa bertemu lagi."

"Ya, Bang." Somad berlalu dari hadapan Brandon dan menghampiri anak buahnya.

"Kita pulang!"

Davin menahan lengan Somad. "Eh, urusan kita belum selesai, Som."

"Bos tenang saja. Saya akan mengembalikan semua uang yang sudah Bos transfer tadi. Saya benar-benar tidak bisa membunuh orang yang sudah berjasa pada hidup saya. Maaf, Bos!" Somad menepis tangan Davin dari lengannya dan masuk ke dalam mobil.

Mobil Somad dan anak buahnya bergerak meninggalkan Davin seorang diri. "Hei, Som. Jangan tinggalkan aku sendiri di sini! Som ...!" teriak Davin sembari berlari menyusul mobil Somad.

Brandon kembali memakai helm-nya dan menyalakan mesin motornya, lalu melaju pelan menyusul langkah Davin. "Kasihan sekali! Lagi-lagi, rencanamu sudah gagal," ejek Brandon.

Davin mendelik tajam ke arah Brandon. "Jangan kau pikir aku akan diam saja, Bran! Kali ini aku memang gagal, tetapi tidak untuk lain waktu. Kau tunggu saja! Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan acara pertunanganku dengan Feyzia."

Brandon menanggapi gertakan Davin dengan santai. Bibirnya mengulas senyuman. "Aku sudah tidak sabar menunggunya, Davin."

"Kau ...!" geram Davin.

I'm Yours, Captain!✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang