ENAM

1.2K 155 113
                                    

Modal untuk memikat hati seorang perempuan tidaklah cukup jika hanya mengandalkan paras yang tampan. Butuh kemantapan dan ketulusan hati.

~ Brandon E. Herwingson ~

✈✈✈

"Sudah selesai," ucap ibu Desy yang bertugas sebagai petugas kesehatan seraya memasukkan obat-obatan ke dalam kotak obat.

"Terima kasih, Bu," balas Feyzia.

"Sama-sama, Fey. Kau harus rutin mengolesnya dengan salep yang Ibu berikan padamu tadi."

"Ya, Bu."

"Semoga lekas sembuh. Ibu mau keluar sebentar. Kau istirahat saja di sini."

"Baik, Bu. Sekali lagi, terima kasih."

Setelah ibu Desy keluar, Adelina masuk ke ruang tersebut dan menghampiri Feyzia yang sedang duduk di pinggir ranjang sembari menatap pergelangan tangannya yang memerah. Feyzia jadi teringat dengan kata-kata Brandon.

"Jika Feyzia adalah calon tunanganmu, kenapa kau menganiayanya? Seharusnya, kau menyayangi dia seperti kau menyayangi ibumu sendiri. Mereka sama-sama perempuan yang patut dijaga dan dicintai sepenuh hati."

"Aku sangat menghormati seorang perempuan. Perempuan itu harusnya disayangi dan diperlakukan dengan baik, bukan untuk dikasari ataupun dilukai."

Feyzia senyum-senyum sendiri membuat pipinya merona. Adelina tersenyum geli melihat tingkah Feyzia yang sedang melamun sembari tersenyum.

Adelina berdeham keras membuat lamunan Feyzia jadi buyar dalam sekejap. Tatapan Feyzia teralihkan menatap Adelina yang sudah berdiri di depannya.

"Hai, Del." Feyzia menyapa Adelina dengan ekspresi kikuk.

"Siapa yang kau lamunkan?" tanya Adelina langsung pada pokok pembicaraan dengan senyuman menggoda.

"Tidak ada," sangkal Feyzia.

"Jujur saja. Aku tahu siapa yang kau lamunkan itu."

"Siapa?" tanya Feyzia. Dia tidak ingin berkata jujur karena malu jika ketahuan oleh Adelina.

"Pria yang tadi menolongmu, 'kan?" tebak Adelina.

Feyzia terkejut. Ternyata, Adelina sudah mengetahuinya. "Bukan—"

Ucapan Feyzia terpotong oleh sebuah suara seseorang yang baru masuk.

"Hai, apa aku mengganggu kalian berdua?" Brandon menghampiri Adelina dan Feyzia. Pertanyaannya seketika membuat dua gadis itu terdiam sejenak.

Adelina memusatkan tatapannya ke arah Brandon yang berdiri di sampingnya. "Hai, Abang tampan. Sama sekali tidak mengganggu. Kami justru senang Abang ada di dalam ruangan ini." Menoleh ke arah Feyzia. "Ya 'kan, Fey?"

Feyzia tiba-tiba menjadi salah tingkah. Mulutnya tidak mengatakan apa-apa, tetapi bibirnya mengulas senyuman tipis yang terkesan malu di depan Brandon.

Brandon membalas senyuman Feyzia dengan senyuman yang sangat manis membuat keduanya beradu tatap. Ini kedua kalinya mereka bertemu dan bertatapan setelah kejadian yang tidak terduga di depan kafe De Food.

Adelina menatap Brandon dan Feyzia bergantian. Dia tahu arti tatapan keduanya. Sebaiknya, aku pergi dari sini. Mereka sedang butuh waktu berduaan, batinnya.

Adelina berdeham keras membuat tatapan Brandon dan Feyzia teralihkan ke arah lain. Mereka berdua jadi salah tingkah karena tidak menyadari Adelina yang masih berada di tengah-tengah mereka.

I'm Yours, Captain!✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang