ENAM BELAS

954 127 12
                                    

Kebohongan tak 'kan bertahan lama. Serapat apa pun kamu menyimpannya, lambat laun akan terungkap juga.

~ Steffy Hans ~

✈✈✈

Suasana gedung itu mulai ramai didatangi oleh para tamu undangan. Di bagian luar gedung, nampak beberapa pria berbadan tegap dengan setelan serba hitam berdiri sambil mengawasi tamu-tamu yang datang.

Dani sengaja menyewa beberapa pria itu untuk memperketat penjagaan. Tidak hanya itu saja, para tamu undangan juga harus membawa kartu undangan sebelum memasuki gedung. Hal ini dilakukannya untuk mengantisipasi kedatangan Brandon. Dia tidak ingin musuh putranya itu mengacaukan acara pertunangan putranya.

Keluarga Dani dan keluarga Erza sudah datang empat puluh lima menit yang lalu. Sebelum acara dimulai, mereka berbaur dengan para tamu yang sudah hadir. Menyambut kedatangan mereka dengan senyuman ramah, menyalami mereka satu per satu, dan berbincang sejenak.

Feyzia merasa asing dengan semua ini. Ingin rasanya pergi menjauh, tetapi sebelah tangannya justru digenggam erat oleh Davin yang berdiri di sampingnya.

"Ingin kabur, eh?" ledek Davin dengan berbisik di telinga Feyzia. "Tidak akan bisa, Fey! Kau lihat saja di luar gedung. Ada orang suruhan papa yang berjaga di sana. Kau tidak akan bisa pergi ke mana-mana lagi karena ... kau akan menjadi tunanganku sebentar lagi."

Feyzia memalingkan wajahnya. Enggan menatap Davin. Dia terus merapalkan doa di dalam hati. Walaupun mustahil, tak henti-hentinya dia berharap ada sebuah keajaiban besar terjadi agar acara pertunangannya itu gagal.

Davin menyeringai licik. Berbisik di telinga Feyzia. "Tinggal selangkah lagi, rencana papa akan berhasil. Setelah kita resmi tunangan nanti, hidupmu dan keluargamu akan ada di dalam genggamanku. Dengan begitu, kami bisa menguasai kalian dengan mudah."

Feyzia mendelik tajam ke arah pria yang berdiri di sampingnya. "Semua itu hanya akan terjadi di dalam mimpimu saja, Vin."

Davin tertawa singkat. "Really? Nyatanya, semua akan terjadi, Fey. Sebentar ... lagi."

Tak lama kemudian, acara pertunangan itu dimulai dengan kata sambutan dari seorang MC ternama. Riuh tepuk tangan menggema di dalam gedung megah itu. Feyzia, Davin, beserta keluarganya pun dipersilakan untuk maju ke depan.

Feyzia sangat gelisah. Tidak nyaman berada di samping Davin. Dia berharap Brandon datang dan sedang duduk di antara para tamu yang hadir. Hanya Brandon yang bisa menggagalkan semuanya dan membawanya pergi sejauh mungkin dari Davin saat ini, pikirnya. Matanya terus mencari sosok pria itu. Namun, yang diharapkannya itu tidak ada.

Feyzia mendesah berat. Brandon memang tidak datang. Itu berarti hidupku dan keluargaku akan hancur sebentar lagi, keluhnya di dalam hati.

Menyadari arti tatapan Feyzia, Davin  berbisik lagi ke telinga gadis itu. "Mencari pangeranmu?"

Feyzia melirik tajam. "Bukan urusanmu!" serunya ketus.

Davin tertawa kecil. "Jangan berharap apa yang tidak ada, Fey! Untuk apa kau mencarinya? Dia tidak akan hadir di sini."

"Apa maksudmu?"

"Jika dia datang pun, dia tidak akan bisa masuk ke dalam. Karena, orang suruhan ayahku yang akan melemparnya keluar," jawab Davin dengan seringaian miring di bibirnya.

"Kalian benar-benar jahat!"

"Sayangnya, orangtuamu tidak tahu hal itu," tanggap Davin santai.

Kini tiba saatnya acara tukar cincin. Davin dan Feyzia diminta untuk berdiri di tengah para tamu. Kemudian, ada seorang gadis yang menghampiri mereka dengan membawa satu kotak kecil berwarna merah. Kotak itu berisikan dua buah cincin berlian. Davin mengambil salah satu cincin dan meraih tangan Feyzia. Bersiap akan memakaikan cincin itu ke jari manis Feyzia.

Gadis mana pun pasti akan bahagia bila dilamar oleh kekasihnya, apalagi jika diberikan cincin berlian. Namun, berbeda halnya dengan Feyzia. Tidak sedikit pun nampak rona bahagia di wajah gadis itu. Dia menatap benda yang berkilau itu dengan tatapan sendu. Tangannya gemetar. Dia tidak ingin cincin itu melekat di jari manisnya. Tak sanggup melihat kenyataan, dia memejamkan matanya.

Dalam sekejap, lampu di ruangan itu meredup. Semua orang yang hadir menjadi panik. Feyzia langsung membuka matanya. Apa yang terjadi? Dia jadi bingung.

"Maaf atas ketidaknyamanan ini, Bapak dan Ibu sekalian. Tetap tenang, ya! Tidak perlu panik. Pihak gedung sedang berusaha memperbaiki lampu ruangan ini," ucap MC mereda kepanikan para tamu.

Sial! Ini pasti ulah Brandon, umpat Davin dalam hati. Dia melepas tangan Feyzia dan menghampiri salah satu orang suruhan ayahnya yang berjaga di dalam ruangan itu.

"Cari tahu apa yang sedang terjadi! Aku yakin musuhku itu ada di dalam gedung ini. Pastikan dia tidak mengacaukan acaraku!" perintah Davin dengan suara pelan.

Pria berbadan tegap itu mengangguk. "Baik, Tuan!" Segera berlalu dari hadapan Davin dan berlari ke belakang.

Feyzia tersenyum tipis seraya menghela napas lega. Walaupun dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, setidaknya Davin sudah gagal memakaikan cincin ke jari manisnya. Namun, senyum di bibirnya tidak bertahan lama ketika lampu-lampu di ruangan itu kembali terang.

Semua yang hadir menghela lega. Mereka bisa kembali tenang. Namun, tidak dengan Feyzia yang kembali gelisah. MC pun kembali memulai acara yang tertunda.

"Aku yakin pangeranmu itu yang sudah membuat kekacauan tadi, tetapi ... lihatlah! Semua sudah kembali pada keadaan yang semula. Kau ... 'kan jadi milikku, Fey!" seru Davin pelan dengan nada penekanan di akhir kalimatnya.

"Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah jadi milikmu, Vin. Tadi itu adalah pertanda bahwa takdir hidupku bukanlah bersamamu," balas Feyzia.

"Benarkah? Kita lihat saja nanti."

"Kepada Saudara Davin, silakan pakaikan cincin itu ke jari manis Feyzia!" seru MC.

Davin menatap Feyzia dengan senyuman penuh kemenangan. Meraih tangan Feyzia dan memakaikan cincin itu dengan cepat agar hal yang serupa tidak terjadi lagi. Namun, baru saja cincin itu akan masuk di jari Feyzia, suara Davin dan Feyzia terdengar jelas dari sebuah layar besar yang terdapat di dalam ruangan itu.

Awalnya, layar itu menayangkan foto-foto Feyzia, Davin, dan keluarga besar mereka yang diiringi lagu-lagu romantis. Namun, tayangan itu kini berganti dengan video rekaman saat-saat Davin mencengkeram tangan Feyzia di dekat gudang belakang kampus.

Semua orang yang hadir sangat terkejut dengan video itu. Terlihat jelas bagaimana Davin menyakiti Feyzia. Baik Davin maupun keluarganya, tak sanggup menahan malu di depan para tamu dan keluarga Feyzia.

Feyzia menautkan alisnya. Siapa yang merekam kejadian ini? Gadis itu berusaha mengingat-ingat kejadian itu. Saat itu, hanya ada aku dan Davin. Lama kemudian, datang Brandon dan Adel. Mungkinkah salah satu dari mereka yang merekamnya? Tetapi ..., tidak mungkin Brandon. Karena, dia yang menolongku dari cengkeraman Davin. Lalu, siapa? Ah ..., apakah Adel yang melakukannya? gumamnya dalam hati.

✈✈✈

Bersambung ... (18-04-2020)

Makasih banyak kepada kalian semua yang sudah bersedia mampir ke ceritaku ini, memberi vote dan komentar juga. 😘😘

Oh ya, follow akun Ig aku: fanny.hans90 

Next? Oke, ditunggu ya 😉

I'm Yours, Captain!✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang