Farah terbangun ketika hari sudah gelap. Yang pertama kali dilihatnya adalah dia berada di ruangan serba putih dengan bau obat-obatan yang khas. Di pergelangan tangannya pun tertancap selang infus.
"Apa yang terjadi padaku?" gumamnya pelan.
Kemudian, dia menoleh ke kanan. Erza sedang tidur di sofa dengan lelapnya. Sembari mengingat-ingat kejadian sebelumnya, dia berusaha untuk duduk. Namun, kepalanya masih sedikit terasa pusing sehingga dia memilih untuk baring lagi.
Feyzia dan Brandon masuk ke ruangan Farah dirawat. Gadis itu tersenyum lebar ketika melihat ibunya sudah bangun.
"Mami ...." Feyzia menghampiri ibunya. "Mami sudah lama bangun?"
Farah menggeleng kecil. "Baru saja. Kau darimana, Fey?"
"Aku pulang ke rumah sebentar untuk mengambil pakaian ganti Mami. Sekaligus, aku mandi dan membawa makan malam untuk papi."
"Malam, Tante," sapa Brandon. "Bagaimana keadaan Tante sekarang?"
"Malam juga, Bran. Kepala Tante masih terasa pusing."
"Aku akan memanggil dokter dulu untuk memeriksa Mami," ucap Feyzia.
Brandon menahan lengan Feyzia. "Biar aku saja yang memanggil dokter. Lebih baik kau temani ibumu di sini."
Feyzia mengangguk kecil. "Baiklah."
"Aku bangunkan papi dulu ya, Mi."
"Jangan, Fey. Kasihan papimu. Biarkan saja dia tidur." Farah menatap wajah suaminya dari jauh. "Sepertinya, papimu sangat kelelahan."
Feyzia memilih diam. Dia tahu ayahnya lelah karena menunggu ibunya bangun.
Feyzia mengalihkan pembicaraan. "Mami mau makan atau minum?"
"Minum saja, Fey. Mami tidak nafsu makan."
Feyzia membantu ibunya duduk dan memberikan segelas air putih.
"Fey."
"Ya, Mi." Feyzia meletakkan gelas yang berisi air ke atas rak kecil, lalu duduk di samping ibunya. "Mami butuh sesuatu?"
Farah menggeleng pelan. "Kenapa Mami bisa dirawat di rumah sakit ini, Fey?"
Mami tidak ingat kejadian tadi siang? tanya Feyzia dalam hati.
"Badan Mami sangat panas. Jadi, aku mengajak Mami ke rumah sakit," jawab Feyzia. Dia tidak menceritakan kejadian nahas itu.
Benarkah hanya itu? Aku merasa masih ada yang lain, tetapi apa? Farah memejamkan matanya. Berusaha mengingat-ingat kejadian tadi pagi. Berawal dia masih di rumah. Tubuhnya terasa panas dan Feyzia membujuknya untuk pergi ke rumah sakit. Lalu, dia meminta Feyzia untuk singgah ke toko kue langganannya. Setelah itu, dia melihat ada mobil yang melaju ke arah Feyzia ketika putrinya itu akan menyeberang. Dia berteriak memanggil Feyzia dan pandangannya langsung mengabur. Dia tidak tahu lagi apa yang selanjutnya terjadi.
Feyzia mengerutkan dahi, melihat ibunya terdiam sambil memejamkan matanya. "Mami baik-baik saja?"
Farah membuka matanya perlahan. Dia menatap Feyzia dengan tatapan sendu, lalu meraih tangan Feyzia dan digenggamnya erat. "Fey, maafkan mami, ya! Seharusnya, Mami tidak menyuruhmu untuk singgah ke toko kue itu. Mami ...."
Ternyata, mami sudah ingat. Feyzia mengusap-usap punggung tangan ibunya. Dia tidak ingin ibunya yang masih sakit terus kepikiran kejadian nahas itu. "Sudahlah, Mi. Tidak perlu minta maaf. Kejadian itu bukanlah kesalahan Mami. Yang penting, tidak terjadi apa-apa padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours, Captain!✔ (END)
RomanceFeyzia Dirahanto-seorang gadis yang sangat ingin menikmati masa mudanya seperti gadis lainnya. Bebas pergi ke mana pun, dengan siapa saja, dan bahkan naik motor. Namun, dia tidak pernah merasakan semua itu. Dia merasa terkekang oleh larangan-laranga...