TIGA PULUH TUJUH

857 83 18
                                    

Rio memberi tahu kepada Brandon melalui pesan whatsapp bahwa si pemilik mobil merah yang hampir mencelakai Feyzia kemarin siang sudah berhasil dilacak oleh tim kepolisian. Dia menanyakan apakah Brandon ingin tahu identitas pemilik mobil itu.

Brandon sedang duduk di luar ruangan sembari membalas pesan Rio. Tentu saja, Ri. Memangnya, siapa dia? Aku sangat penasaran.

Rio membalas pesan Brandon. Alya Riyadi, anak dari pemilik Universitas Utama.

Brandon terkejut membaca pesan balasan dari Rio. Dia tidak mengira jika Alya adalah pemilik mobil itu. Namun, apakah dia juga yang sengaja menabrak Feyzia? Masih penasaran dengan pelakunya, dia menanyakannya kepada Rio.

Rio menjawab lewat pesan whatsapp-nya.
Saat ini, Alya sudah diamankan oleh pihak kepolisian. Berdasarkan pengakuannya, bukan dia pelakunya, melainkan Davin. Si pelaku sudah masuk ke Daftar Pencarian Orang. Namun, dia berhasil kabur. Polisi sedang melacak keberadaannya sekarang.

Brandon belum bisa menghela napas lega saat ini. Walaupun si pemilik mobil sudah diketahui identitasnya dan ditangkap polisi, si pelaku yang sebenarnya masih berkeliaran bebas di luar sana. Dia berencana akan memperketat penjagaan di rumah sakit ini, terutama di bagian ruangan Farah dirawat. Dia yakin Davin akan bertindak lagi untuk menuntaskan dendamnya kepada keluarga Feyzia.

Brandon membalas pesan Rio lagi.
Apakah Alya ada hubungannya dengan kejadian ini?

Tak lama kemudian, Rio menjawab pada pesan itu.
Saat ini, Alya masih dimintai keterangan lebih lanjut, Bran. Dia tidak mengaku, tetapi pihak kepolisian yakin Alya ada hubungannya dengan Davin.

Feyzia duduk di samping Brandon yang fokus menatap layar ponselnya. Dia berdeham pelan dengan maksud tatapan  Brandon beralih ke arahnya.

"Sedang whatsapp dengan siapa? Serius sekali," sindir Feyzia sambil melirik nama yang sedang membalas pesan dengan Brandon.

"Kekasih baru," jawab Brandon asal. Dia tahu tunangannya itu pencemburu. Dia sengaja memanas-manasi Feyzia.

"Siapa dia?" tanya Feyzia penasaran, lalu merebut ponsel Brandon. "Aku lihat namanya dulu."

Brandon tertawa singkat. "Kau cemburu dengan Rio?"

Feyzia berdecak, lalu memberikan ponsel yang direbutnya tadi kepada pemiliknya setelah tahu nama teman whatsapp Brandon. "Kupikir kau sedang berbalas pesan dengan gadis lain. Ternyata, dengan Rio."

Brandon tertawa lagi sambil menggenggam tangan Feyzia. "Apa aku pernah melakukannya? Tidak pernah, 'kan? Lagipula, kita sudah tunangan, Fey. Apa kau masih meragukan perasaanku? Kau ingat, ada namaku di cincinmu. Begitu juga sebaliknya, ada namamu di kalungku. Itu artinya kita sudah terikat satu sama lain, Fey."

"Ya ... ya .... Aku minta maaf sudah salah sangka padamu. Aku janji tidak akan cemburu lagi."

Brandon tersenyum lebar. "Kalau kau cemburu, tidak apa-apa, Fey. Aku suka."

Feyzia mengerutkan dahinya. "Kenapa?"

"Cemburu itu tanda cinta. Itu artinya kau mencintaiku sampai-sampai takut kehilanganku," balas Brandon. "Benar, 'kan?"

Feyzia tersipu malu, lalu mengalihkan tatapannya dan mengangguk kecil.

"Kau tenang saja. Tidak ada gadis mana pun yang bisa mengambilku dari sisimu karena," Brandon menempelkan tangan Feyzia ke dadanya, "hatiku adalah milikmu."

Feyzia menatap Brandon lekat-lekat. Ya, seharusnya dia tidak cemburu kepada Brandon. Seharusnya juga, dia tahu betapa besarnya cinta Brandon kepadanya.

I'm Yours, Captain!✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang