DUA PULUH TIGA

1K 113 22
                                    

Bel pintu berbunyi. Sumi tergopoh-gopoh menuju pintu utama. Feyzia yang baru saja menuruni tangga, lantas mencegah Sumi dengan berkata, "Bik, biar aku saja yang membuka pintunya."

Sumi menundukkan kepalanya. "Baik, Non." Berbalik, lalu kembali ke dapur.

Feyzia merapikan penampilannya sejenak, lalu membuka pintu dengan memasang senyuman manis di bibirnya.

"Hai, Bran," sapa Feyzia usai pintu rumahnya terbuka.

Brandon membalas sapaan Feyzia dengan tersenyum juga. "Sudah siap?"

"Ya."

"Oh ya, di mana orangtuamu? Aku ingin minta izin dulu sebelum mengajakmu pergi."

"Tunggu sebentar, aku—"

"Kalian mau pergi ke mana?" tanya Farah yang sudah berdiri di belakang Feyzia.

Brandon menyapa Farah dengan sopan. "Pagi, Tante."

Farah mengabaikan sapaan Brandon. Dia menatap Feyzia. "Jawab pertanyaan Mami, Fey!"

"Aku mau pergi ke apartemen Brandon, Mi," jawab Feyzia dengan suara yang pelan. Dia yakin ibunya tidak akan mengizinkannya pergi.

"Apartemen? Untuk apa?" Farah bertanya lagi.

Saat Feyzia akan menjawab lagi, Brandon memintanya untuk diam. "Begini, Tante. Kemarin, adik saya datang dari Los Angeles. Dia sangat ingin bertemu dengan Feyzia. Maka dari itu, saya ingin mengajak Feyzia untuk bertemu dia di apartemen saya," jelas Brandon.

Farah mendengkus. "Kenapa bukan adikmu saja yang datang ke sini? Kenapa harus Fey yang datang ke sana?"

Erza menengahi perdebatan istrinya. "Ada apa ini, Far?"

"Brandon mau mengajak Fey ke apartemennya karena adiknya ingin bertemu dengan Fey. Kenapa Fey yang harus datang menemui adiknya? Jika ingin bertemu dengan Fey, seharusnya adiknya yang datang ke sini, bukan Fey," jawab Farah agak ketus.

Erza menghela napas pelan. "Maaf ya, Bran. Nada bicara Tante memang seperti ini. Harap maklum."

Brandon tersenyum kecil. "Tidak apa-apa, Om."

"Oh ya, kalau kau mau mengajak Fey, kalian boleh pergi," ucap Erza lagi.

Wajah Feyzia berbinar bahagia. "Sungguh, Pi?"

Erza mengangguk. "Asalkan, kau pulang sebelum jam makan malam."

Farah menyilangkan kedua tangannya di depan dada seraya menatap tajam ke arah suaminya. "Kau mengizinkan mereka pergi, Za?"

"Brandon 'kan sudah memberi tahu tujuan dia mengajak Fey pergi, kenapa kita tidak mengizinkannya?"

"Bagaimana jika pria ini hanya mengarang cerita? Lalu, dia—"

Erza buru-buru menutup mulut Farah. "Bran, antar Fey pulang sebelum jam makan malam, ya! Jaga dia dengan baik!"

"Om tenang saja. Saya akan menjaga Fey dengan baik," balas Brandon, lalu menggenggam tangan Feyzia. "Ayo, kita pergi sekarang, Fey."

"Mi, Pi, aku pergi dulu." Usai pamit, Feyzia pergi bersama Brandon.

Farah melepas kasar tangan Erza yang menutup mulutnya. "Kenapa kau mengizinkan Fey pergi, Za?"

"Sudah waktunya, kita memberi kebebasan kepada Fey, Farah. Dia sudah dewasa dan juga pasti bisa menjaga dirinya sendiri."

"Bagaimana jika pria itu melukai atau memanfaatkan kepolosan Fey? Apa kau mau bertanggung jawab jika terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan pada Fey?"

I'm Yours, Captain!✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang