Feyzia menunggu Brandon di luar gerbang Universitas Utama. Sebelumnya, Brandon meminta gadis itu untuk menunggunya setelah selesai kuliah melalui pesan singkat yang dikirimnya. Feyzia tidak tahu apa yang ingin dibicarakan Brandon kepadanya, tetapi pria itu berkata sangat penting. Sama halnya dengan Feyzia. Dia juga ingin berkata sesuatu yang penting kepada Brandon.
Beberapa menit kemudian, Brandon berhenti tepat di depan Feyzia. "Maaf sudah membuatmu menunggu lama."
Feyzia tersenyum. "Aku baru saja berdiri di sini." Tatapannya beralih ke motor yang dipakai Brandon. "Ini motor siapa, Bran? Kau ... tidak bekerja hari ini?"
"Motor temanku. Kebetulan, aku tidak bekerja hari ini. Jadi, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Emm ... bisa kita pergi sekarang?"
"Kita mau pergi ke mana, Bran?"
"Ikut saja! Nanti juga kau akan tahu."
Setelah Feyzia duduk di belakang, Brandon menyalakan motor dan melaju menuju suatu tempat yang ingin dikunjunginya dengan Feyzia.
Dari balik kaca mobil, Davin melihat Feyzia yang ikut dengan Brandon naik motor. "Ke mana mereka akan pergi? Aku harus mengikuti mereka."
Saat akan melaju pergi, ponsel Davin berdering. Dilihatnya, panggilan dari ibunya Feyzia. Bibirnya tersenyum miring. "Halo, Tante."
"Halo, Vin. Om dan Tante sudah tiba di Jakarta. Sekarang kami sedang dalam perjalanan pulang. Tante ingin mengajakmu dan Feyzia untuk makan siang di kafe De Food yang berada di depan kampus kalian. Apa Feyzia sedang bersamamu, Vin?"
"Sayangnya, Feyzia sedang tidak bersamaku, Tante. Dia ... sedang bersama orang lain."
"Adelina?"
"Bukan, Tante. Orang itu seorang pria."
"Pria? Siapa dia, Vin? Setahu Tante, Fey tidak punya teman pria."
"Posisi Tante sekarang di mana?"
"Tante sedang dalam perjalanan pulang."
"Kalau begitu, nanti aku singgah ke rumah Tante saja. Aku akan menceritakan semuanya kepada om dan Tante."
"Baiklah, Vin. Tante tunggu di rumah, ya."
Panggilan itu terputus. Davin meletakkan ponsel di samping tasnya. Sudut bibirnya menyeringai licik. "Setelah ini, kalian tidak akan bisa bersama lagi. Tamatlah riwayatmu, Bran!"
Kata-kata yang ingin diucapkan di depan orangtua Feyzia sudah disiapkan Davin di dalam otaknya. Dia akan merangkai cerita yang berbalik dengan kenyataannya sehingga Feyzia akan dilarang pergi dengan siapapun, terkecuali dengan dirinya.
✈✈✈
"Pantai Wulkan?" Feyzia bergumam pelan ketika Brandon menghentikan motornya. Sedari tadi dia bertanya kepada Brandon tentang tempat yang akan mereka tuju, tetapi pria itu tidak memberitahunya.
Brandon membuka helm-nya. "Ya, aku sengaja mengajakmu ke sini karena kupikir kau akan menyukainya. Apa kau tidak suka ke pantai ini? Jika kau memang tidak suka, kita pergi sa—"
Feyzia turun dari motor dan membuka helm-nya. "Aku suka, Bran," tukasnya cepat.
Aku tidak hanya suka saja, bahkan sangat senang, Bran. Karena ..., aku hampir tidak pernah pergi ke pantai sejak usiaku genap enam tahun, lirihnya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours, Captain!✔ (END)
RomanceFeyzia Dirahanto-seorang gadis yang sangat ingin menikmati masa mudanya seperti gadis lainnya. Bebas pergi ke mana pun, dengan siapa saja, dan bahkan naik motor. Namun, dia tidak pernah merasakan semua itu. Dia merasa terkekang oleh larangan-laranga...