Bahagiamu juga bahagiaku. Sedihmu juga sedihku.
~ Brandon E. Herwingson ~
✈✈✈
Feyzia menatap Alya dan Brandon bergantian. Dia bertanya dalam hati, Alya juga kenal dengan Brandon?
Brandon mengenalkan Feyzia kepada Alya dan Luna. Dia segera memberi tahu kepada Feyzia jika mereka baru saja bertemu dan berkenalan agar Feyzia tidak salah paham.
Feyzia menyela, "Aku sudah kenal mereka, Bran. Mereka adalah teman kuliahku."
"Ralat, Fey. Kau dan aku bukanlah teman. Lebih tepatnya, kita itu rival dan tidak akan pernah menjadi teman sampai kapan pun!" ungkap Alya dengan nada sarkasme.
Melihat tatapan Alya ke Feyzia, Brandon merasa Alya sangat membenci Feyzia. Dia pun pamit kepada Alya dan Luna, lalu mengajak Feyzia untuk masuk ke dalam restoran. Sedangkan, Alya menghentakkan kakinya karena kesal. Hatinya yang tadi berbunga-bunga, tergantikan dengan amarah yang menggebu-gebu.
"Kenapa Feyzia selalu menjadi penghalangku?" tanya Alya dengan nada kesal. "Pertama, Davin. Sekarang, Brandon. Kenapa pria-pria yang kusukai memilih bersama Feyzia? Kenapa bukan denganku?"
"Tenangkan dirimu dulu, Al!" ucap Luna seraya mengusap pundak Alya.
"Aku tidak terima, Lun!" sergah Alya. "Setiap pria yang kuinginkan, selalu saja terdahulukan oleh Feyzia. Apa istimewanya Feyzia sampai-sampai Davin dan Brandon begitu menyukainya? Apa mereka tidak terpesona dengan kecantikanku? Atau ... mereka tidak bisa membandingkan mana gadis yang cantik dengan yang tidak?"
"Mungkin, pria itu bukan jodohmu, Al."
Dikuasai oleh rasa kesal dan amarah yang menyatu, Alya tidak mengindahkan ucapan Luna. "Awalnya, Davin sudah direbut oleh Feyzia. Masa sekarang Brandon juga direbut olehnya? Kali ini, aku tidak akan tinggal diam, Lun! Aku akan melakukan sesuatu untuk merebut apa yang sudah menjadi milikku!" seru Alya tegas dan tidak terbantahkan.
Luna menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa jika Alya sudah bertekad seperti itu. Tak ingin melihat Alya membuat onar dan menjadi pusat perhatian banyak orang di sana, Luna segera mengajak Alya untuk pulang.
"Restoran ini milik pamanku. Kau bebas memesan apa saja," ucap Brandon ketika dia dan Feyzia sudah duduk di dalam restoran.
"Baiklah." Sebelum memesan, Feyzia melihat-lihat menu makanan dan minuman dari buku menu. "Aku bingung harus memesan apa, Bran."
"Kalau begitu, biar aku saja yang memesan." Brandon menatap ke pelayan yang berdiri di sampingnya. "Bawakan menu spesial dari restoran ini untuk gadisku!" perintahnya.
Pelayan itu mengangguk. "Baik, Tuan. Mohon tunggu sejenak. Pesanan Tuan akan segera diantar." Pelayan itu berlalu meninggalkan mereka berdua.
Apa Bran bilang tadi? Gadisku? Belum apa-apa, dia sudah mengklaimku sebagai miliknya, batin Feyzia.
Teringat dengan kejadian di acara pertunangannya, Feyzia memanggil Brandon. "Bran."
"Ya?"
"Aku ingin mengucapkan terima kasih padamu."
"Terima kasih untuk apa, Fey?"
"Karena ..., kau sudah menolongku dari acara pertunangan hari ini."
Brandon tertawa singkat. "Aku tidak melakukan apa pun, Fey."
"Ya ..., kau memang tidak melakukan apa pun, tetapi kau yang sudah menyuruh panitia acara untuk memutar rekaman video itu. Jika tidak ada rekaman itu, aku pasti sudah resmi tunangan dengan Davin hari ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours, Captain!✔ (END)
RomanceFeyzia Dirahanto-seorang gadis yang sangat ingin menikmati masa mudanya seperti gadis lainnya. Bebas pergi ke mana pun, dengan siapa saja, dan bahkan naik motor. Namun, dia tidak pernah merasakan semua itu. Dia merasa terkekang oleh larangan-laranga...
