Feyzia sibuk memilih pakaian yang tergantung di lemarinya. Dia bingung ingin memakai pakaian yang mana. Besok malam, dia akan bertemu dengan orangtua Brandon. Kekasihnya itu baru saja memberitahunya lewat pesan whatsapp bahwa orangtuanya akan tiba di Jakarta besok pagi.
Satu per satu pakaian dikeluarkan dari lemari dan ditempel ke tubuhnya. Feyzia mematut penampilan di depan cermin pada meja riasnya. "Yang ini bagus, yang ini juga bagus. Hufft ... semuanya terlihat bagus, tetapi mana yang lebih cocok, ya? Sebisa mungkin, aku harus tampil cantik agar tidak memalukan di depan orangtua Brandon."
Erza mengetuk pintu kamar Feyzia sebelum masuk. Dia mengintip di balik pintu kamar yang tidak tertutup rapat. "Boleh Papi masuk?"
Feyzia lantas menoleh. "Tentu saja boleh, Pi."
Erza menghampiri Feyzia yang sedang berdiri di depan cermin. Melirik sekilas ke arah pakaian Feyzia yang berserakan di atas ranjang. "Kau sedang apa, Fey? Sepertinya, sangat sibuk."
Feyzia tertawa kecil. "Tidak juga, Pi. Aku sedang memilih pakaian yang cocok untuk besok malam. Brandon mau mengenalkanku kepada orangtuanya. Aku bingung, Pi."
"Kau ini sama saja seperti mamimu. Bingung memilih pakaian yang cocok hanya karena ingin bertemu seseorang. Pakai saja pakaian yang membuatmu merasa nyaman, Fey! Itu akan terlihat lebih baik. Lagipula, kau mewarisi kecantikan mamimu. Pakai gaun apa saja, pasti tetap terlihat cantik."
Feyzia tersenyum lebar. "Terima kasih, Pi."
"Oh ya, katakan pada Brandon, Papi dan mami juga ingin bertemu dengan orangtuanya."
"Ya, Pi. Aku akan memberitahunya nanti."
✈✈✈
Sebelum pergi ke apartemen Brandon, Feyzia meminta izin dulu kepada Farah yang sedang duduk dengan Erza di ruang tamu. Erza sudah mengizinkannya, tetapi tidak dengan Farah yang selalu melarangnya.
"Mi, aku mau pergi makan malam bersama keluarga Brandon. Apa boleh aku ... pergi, Mi?" tanya Feyzia dengan hati-hati.
Farah yang sedang memakai masker wajah, hanya bergumam dan menggoyangkan tangannya yang mengisyaratkan bahwa Feyzia boleh pergi. Dia mengizinkan Feyzia pergi bersama Brandon, bukan berarti sudah merestui hubungan mereka berdua. Hanya saja saat ini, dia lebih mementingkan penampilannya yang harus tampil cantik di depan istri Arnold Herwingson. Dia tidak tahu saja siapa yang ingin ditemuinya itu. Tidak lain, dia adalah ibu kandung Brandon, calon besannya sendiri.
Feyzia tersenyum lebar. "Terima kasih, Mi."
Feyzia langsung menghampiri Brandon yang menunggunya di teras rumah. "Ayo, kita pergi sekarang, Bran."
Malam ini, Feyzia akan bertemu dengan orangtua Brandon untuk pertama kalinya. Tak bisa diungkapkan bagaimana gugupnya Feyzia saat ini. Jari-jarinya saling meremas gelisah. Jantungnya memacu cepat. Tatapannya pun terus ke arah jendela mobil. Sepanjang perjalanan, dia berharap orangtua Brandon mau menerimanya dengan baik.
"Fey, kita sudah sampai," ucap Brandon usai memarkirkan mobilnya di parkiran.
"Ya." Feyzia semakin gugup.
Brandon setengah memutari mobil bagian depan, lalu membuka pintu untuk Feyzia.
Feyzia tersenyum tipis. "Terima kasih, Bran." Usai keluar dari mobil, dia berdiri di samping Brandon. Jantungnya semakin berdegup kencang.
Brandon menatap Feyzia seraya menggandeng tangannya. "Are you ready, My Princess?"
Feyzia tersenyum kaku. "Yes, i'm ready, My Prince." Ucapan dengan kata hatinya berbanding terbalik. Dalam hati, dia merasa belum siap. Takut orangtua Brandon menolak kehadirannya, merendahkan dirinya yang tidak terlalu cantik atau menghina dirinya yang tidak pantas bersanding dengan Brandon.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours, Captain!✔ (END)
Roman d'amourFeyzia Dirahanto-seorang gadis yang sangat ingin menikmati masa mudanya seperti gadis lainnya. Bebas pergi ke mana pun, dengan siapa saja, dan bahkan naik motor. Namun, dia tidak pernah merasakan semua itu. Dia merasa terkekang oleh larangan-laranga...